91. Menuju Nosten

632 54 0
                                    

Suara jangkrik melengking dipadang yang luas itu. Deru suara ombak dan samar suara angin terdengar malam itu. Memang pemandangan yang cukup asing untuk melihat padang dan pantai yang saling membelah. Itu benar-benar bukan pasir, tetapi itu juga bukan danau atau mata air, melainkan pantai yang terhubung langsung kelaut lepas.

Orang diwilayah itu sering memanggilnya dengan nama Tundra Airia.

Meskipun tempat ini tidak terlihat begitu menarik dalam keindahannya, dan bahkan air pantainya yang lebih gelap dibandingkan air pantai yang jernih, namun tempat ini adalah tempat yang paling luar biasa dimuka bumi.

Ada sebuah kabar yang mengatakan bahwa siapapun yang menginjakkan kakinya disana, tak akan pernah kembali lagi secara hidup-hidup. Tetapi itu terjadi hanya sejak sepuluh tahun belakangan. Tidak hanya satu orang yang memberikan kesaksian, tetapi hampir seluruh orang diwilayah itu menceritakan tentang menemukan potongan anggota tubuh didekat sana.

Mereka percaya bahwa ada penunggu ditempat itu karena kutukan penyatuan dua hal yang sebenarnya sangat tidak sepantasnya disatukan. Dan orang-orang memanggil kutukan itu dengan nama "Rohe".

Kicau burung terdengar, semilir angin menerpa dedaunan dihutan yang dihuni oleh satwa liar. Bahkan tak ada jejak roh sihir atau binatang sihir disana. Suara burung yang seperti tawa, suara serangga yang seperti lengkingan jerit, dan suara mamalia yang seperti memanggil.

"Kudengar tempat ini menyembunyikan harta yang luar biasa," kata seseorang.

"Benarkah?" Tanya yang lain.

Dua orang itu melangkah menyusuri jalan setapak dihutan. Meskipun mereka telah mendapatkan peringatan dari penduduk desa yang mereka temui, mereka masih terus maju untuk memasuki gerbang menuju Tundra Airia.

Ada seorang pengumpul kayu ranting yang melihat mereka dari jarak yang cukup jauh. Pakaian mereka seperti pakaian penduduk kota maju, dan mereka memiliki lencana sihir dipinggang mereka. Pria itu meninggalkan sementara rantingnya dan berlari mendekati mereka yang hampir mencapai pilar bertempelkan jimat berwarna kuning.

"Tunggu! Jangan masuk!!" Lantangnya menahan gerakan mereka.

Terengah, dia mendengar mereka berkata. "Ingin memperingatkan kami? Kami sudah cukup mendengarnya selama diperjalanan."

"Ya, pak! Tolong jangan menghambat kami." Kata yang bertubuh tinggi.

Pria itu terkejut mendengar perkataan keduanya. "Kalian sudah diberitahu tetapi masih tetap ingin pergi?! Kalian harus tahu tentang Rohe! Makhluk itu berbahaya!!"

Meskipun dia memperingati mereka, namun dua orang itu mengabaikannya dan melangkah melewati pilar. Pria itu hendak mengejar mereka, namun ketika menyadari kakinya tinggal selangkah didekat pilar, dia melompat kebelakang karena terkejut.

"Aku sudah memperingati mereka." Gumamnya samar dengan nada ketakutan.

Ia memandang punggung dua orang itu yang makin menyempit. Ketika ia mengangkat sedikit tatapannya, ada sesosok bayangan samar diatas puncak pohoh dipinggir hutan itu. Jantung pria itu berdetak keras, dan dia berlari sembari menahan jeritannya.

Dia melihatnya! Sang Rohe!!

Memejamkan matanya, Iloania memasang posisi pertahanan diri ditengah tanah lapang yang dikelilingi hutan. Langit nampak mendung, dengan angin yang sedikit berhembus dengan lebih kuat daripada biasanya. Sesaat ketika dia melangkahkan kakinya selangkah kedepan, ada bilah tajam yang terarahkan kepadanya. Dengan kecepatan tinggi. Tetapi mengandalkan latihannya selama beberapa minggu ini, Iloania berhasil menghindarinya dengan mudah.

Syut!

Sebuah mata pisau berhenti didepannya, disusul mata pisau lainnya. Iloania mengangkat tangannya dan menggerakkannya samar dengan gerakan pelan, hingga membuat pisau-pisau itu berputar mengitarinya.

Legenda Bulan Kristal [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang