131. Ketika Kita Menikah Nanti, Kamu Pasti Ketagihan

137 6 0
                                    

"Apakah kamu tahu, biasanya orang-orang akan melanggar aturan jika aturan itu ditetapkan. Jadi intinya, aturan itu ada untuk dilanggar, kan?"

Luce berkata sembari membalikkan tubuhnya. Ia melangkah dengan terbalik, dan kedua tangannya bersembunyi dibelakang tubuhnya. Manik hijaunya memandang tepat pada sepasang iris hitam yang pada saat itu juga memandangnya dengan kerutan didahinya. Tidak bisa berkata-kata atas pernyataan gadis itu.

Sejak pertemuan pertama mereka, Hesian tidak menduga bahwa gadis itu benar-benar terus muncul didepannya dengan segala ocehannya yang tidak berguna baginya sama sekali. Bahkan terkadang, dia tidak mengerti dengan ucapannya. Tetapi, ada sebuah masalah yang lebih membingungkan daripada dua hal diatas.

Hesian tidak benar-benar merasa terganggu akan kehadirannya.

Luce kembali pada cara berjalannya yang semula dan kembali mengoceh. "Pamanku baru saja mengatakan bahwa aku tidak boleh memakan banyak makanan berlemak dan aku diam-diam mencuri sepiring besar daging dari dalam kulkas dan memanggangnya sendiri. Lagipula, daging itu enak. Bagaimana aku bisa menahan godaan untuk tidak memakan daging coba?"

"Oh iya! Apakah kamu suka dengan binatang? Sebenarnya dulu aku memiliki seekor kucing kecil yang menggemaskan, namun karena alasan kesehatan, kucing itu terpaksa harus dijauhkan dariku, jadi aku sebenarnya benar-benar kesepian dirumah."

Luce tidak mengatakan kebohongan. Dulu, ketika dia berumur lima tahun, dia memiliki seekor kucing kecil yang memang menggemaskan. Namun, meskipun menggemaskan, kucing itu sebenarnya adalah binatang suci. Karena sihir dan kekuatan suci adalah dua hal yang bertabrakan, sihir milik Luce perlahan diserap oleh kucing itu, sampai kucing itu mengamuk karena mengalami kerusakan inti binatang dan terpaksa harus dibunuh.

Mengingatnya kembali, Luce selalu merasa sedih. Setidaknya, kucing itu adalah temannya disaat dia merasa kesepian didalam sangkar peraknya.

Memandang helaian rambut hitam Luce yang bergoyang samar, Hesian mengerutkan keningnya. Diam dalam keheningan yang berlalu.

Ia menunduk, mengikuti kakinya melangkah, dan untuk pertama kalinya setelah berjam-jam berlalu, ia membuka bibirnya. "Apakah kau lapar?"

Luce dengan segera membalikkan tubuhnya hingga membuat Hesian tersentak dan menghentikan langkahnya. Ada perasaan halus dihatinya ketika dia melihat ekspresi Luce. Bercahaya dengan sepasang mata yang berbinar. Ia bahkan hampir bisa melihat bintang-bintang didalamnya. Ia tidak tahu dimana bagian yang membuat gadis itu bersemangat, namun didetik berikutnya, dia telah diseret ke tengah jalan di tengah kota.

"Makanan apa yang kamu inginkan?" Sembari bertanya, sepasang maniknya berbinar dengan senyuman yang mengembang diwajahnya.

Tidak ada kecemasan atau kekikukan, dan dia benar-benar menganggap dirinya sendiri sebagai orang terdekatnya. Rambutnya yang panjang tersapu angin ketika ia berjalan dengan riang, dan sedikit menyapu wajah Hesian. Lembut, dan harum.

Bunga plum.

Bunga plum, beraroma manis dan lembut. Sangat cocok dengan kepribadiannya yang riang dan secerah mentari.

Hesian mengerutkan bibirnya dan dengan gerakan samar membalas genggaman tangan mungil di tangannya sendiri. Ia membuka bibirnya dan membalas pertanyaan Luce. "Aku makan apa saja."

Mendengarnya, Luce merenungkan banyak makanan lezat dan banyak tempat terkenal dibenaknya, namun pada akhirnya membawa pemuda itu ke sebuah kedai yang harus masuk ke dalam gang yang cukup panjang. Kedai itu berdiri dengan bangunan yang terbuat dari kayu, dan dari penampilan luarnya, bangunan itu nampak meragukan. Namun Luce benar-benar meyakinkan pada Hesian bahwasannya bagian dalam tempat itu tidak seburuk yang terlihat dari luar.

Legenda Bulan Kristal [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang