128. Ini Adalah Karma

114 5 0
                                    

"Lepaskan dia."

Rema berkata dengan dingin. Memandang mereka dengan ancaman yang tersirat jelas di maniknya. Mirocuez melangkah mundur, dan secara ajaib, Asta melayang, mengikuti jejak Mirocuez. Kechexer menatap Rema. Keduanya saling beradu pandangan dengan dingin. Sebelum tiba-tiba, Kechexer melompat. Rema mengangkat tangan kanannya, menahan serangan Kechexer dengan dingin pelindung transparan yang melengkung seperti kubah. Menahan cakaran Kechexer.

Percikan kekuatan supranatural beradu, menghasilkan gelombang terang. Merah dan keemasan yang beradu.

Rema mengangkat tangannya. Gelombang cahaya kemerahan berkumpul ditangan kanannya. Kekuatan yang memadat, membawa tekanan kuat yang membuat sekelilingnya bergetar. Reruntuhan kecil bangunan itu berjatuhan, dan debu pasir berterbangan kesegala penjuru arah. Untuk pertama kalinya, dalam hidupnya, Rema ragu untuk mengeluarkan serangan ketika melihat Asta yang berdiri disana, kebingungan ketika debu dan pasir serta serpihan batu jatuh keatasnya.

Rema tidak bisa mengeluarkan kekuatannya, karena dia tahu, bahwa satu serangannya saja bisa menghancurkan bangunan ini.

Mengerutkan keningnya, Rema menarik serangannya dan melompat kebelakang, memberi jarak antara dirinya dan Kechexer. Prioritasnya saat ini adalah membawa Asta pergi dari tempat ini, membebaskannya dari mereka ke tempat aman. Sebelum, dia menghancurkan mereka.

"Serang aku! Lawan aku sebagaimana kau menyerang sukuku!" Kechexer meraung, berlari rendah dengan kecepatan tinggi. Lintasannya acak dan tidak tertebak.

Sepasang manik tajam itu hanya terarahkan kepada Rema. Rema melawan serangan secara langsung, namun sebisa mungkin, gadis itu menghindari serangan yang membuatnya harus menggunakan sihirnya. Dia memejamkan matanya sesaat di tengah serangan Kechexer, dan ketika dia membuka matanya kembali, dia sudah ada beberapa meter didekat Asta. Dia berlari, mengulurkan tangannya untuk meraih Asta, sebelum ia dikejutkan oleh Kechexer yang muncul kembali disampingnya, melompat dan melayangkan serangan selangkah lebih cepat sebelum dia sempat menyentuh Asta.

Brak!

Tanah berlubang dan setengah hancur ketika Rema melompat kebelakang menghindari cakaran Kechexer. Maniknya menyipit, dan dia melihat gadis berjubah itu mengangkat tangannya. Diujung jarinya, ada samar cahaya keunguan yang berpendar.

"Teleportasi? Aku adalah ahlinya." Ucap Mirocuez dengan wajah datar nan malas andalannya.

"Untuk setiap nyawa yang kau renggut. Untuk setiap dosa yang kau lakukan. Kau akan mendapatkan karma yang setimpal untuk itu. Surga tidak akan pernah melihatmu, dan neraka pun tidak akan pernah menerimamu. Kau akan hidup sebagai hukuman itu sendiri. Kau akan dipenuhi penderitaan, kau akan menangis, dan kau akan kehilangan sari kehidupan. Kau hanya akan jadi hantu tanpa jiwa. Kau akan hancur."

Mirocuez berkata dengan sepasang manik yang melebar. Nada yang digunakannya tajam, berat dan dingin. Siapapun yang mendengarnya akan merasakan tulang punggungnya bergetar. Tatapan gadis itu sedikit goyah, namun hatinya selalu memantapkan apa yang telah dikehendaki dan dilakukannya.

Kechexer tertawa kesetanan dan mulai kembali menyerang. Serangan membabibuta yang menghancurkan dan tak terarah. Setiap serangan menghantarkan kekuatan yang tidak main-main, dan Kechexer tidak pernah ragu untuk mengayunkan tangannya bahkan meskipun serangan itu berpotensi menghancurkan apapun yang dikenainya.

Mirocuez melindungi dirinya sendiri dari reruntuhan, namun dia tidak melindungi Asta dari reruntuhan. Manik Rema menggelap, tatapannya tajam dan napasnya memberat.

Sialan!

Rema melayangkan pukulan kepada Kechexer, membalas tendangan pemuda itu. Satu pukulan itu berhasil mengantarkan Kechexer untuk hampir menghancurkan salah satu dinding bangunan itu. Memanfaatkan kesempatan, Rema berlari memejamkan matanya dan berpindah kehadapan Asta.

Legenda Bulan Kristal [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang