(20) Putus

2.5K 132 18
                                    

don't forget to vote and comment⚠️

*

(Sebelum membaca alangkah baiknya memberikan vote dan komenannya)

Happy reading--

enjoy guys

Dinginnya embun bertepatan dengan menggemanya suara adzan subuh membuat rafka mendudukkan dirinya pada sandaran ranjang lalu memijat pangkal hidungnya.

Setelah dirasanya sudah tidak merasakan kantuk ia melihat ke sebelah ranjang dimana punggung sang istri yang bergetar, tampaknya vera sedang menangis dengan posisi memunggunginya dengan membungkusi dirinya menggunakan selimut.

Rafka beranjak dari ranjang lalu mendekat dan berdiri dihadapan vera "maaf.." ungkapnya pelan.

Vera dengan cepat menghapus air mata "Kenapa lo meminta maaf? Lo gak ada salah?" ungkapnya dengan wajah bingung.

"Maaf untuk yang tadi malam, akuu.. sungguh tidak bisa mengontrolnya lagi, aku.. telah diselimuti hawa nafsu. Sekali lagi maaf telah membuatmu menangis" ucap rafka sambil mengusap pelan bekas air mata yang tersisa di pipi sang istri.

"Gue bukan nangis karena itu gilak, lo kira gue nangis cuma karena dimakan ama lo, gak la yaw"

Rafka kini memposisikan dirinya untuk duduk disebelah vera "jadi karena apa kamu menangis hm?.."

"Seperti kata gue tadi malem, hari ini gue bakal pergi nemuin darel dan mutusin dia"

"Ada apa sampai-sampai kamu ingin memutuskan hubungan dengannya?"

Flashback on..

"gak ada" protes vera menoleh kearah regan dengan wajah merah menahan tangis.

Regan yang tadinya mengotak-atik handphonenya langsung mematikan benda pipih tersebut.

"ikut gue" ucapnya lalu berjalan mendahului vera, sedangkan gadis itu mengikutinya dari belakang.

Namun seseorang yang ia kenali tampak sedang asik berjoget sambil bercumbu mengikuti alunan musik yang menggema, air mata sudah tidak dapat lagi terbendung.

'd-darel' batinnya.

Akhirnya vera memilih melanjutkan langkahnya dari pada berlama-lama melihat pemandangan yang tak menyenangkan itu.

Flashback off..

"Oh.. jadi seperti itu, memangnya kamu sudah tidak sakit?" tanya rafka dengan sedikit berhati-hati.

Vera mengerutkan dahinya "sakit? Kecuali 24 jam baru sakit, cuma sampe subuh gak ngaruh" ucapnya sombong.

"Ah ya aku ingin bertanya, mengapa kamu membawaku kesini? Ini sebenarnya kamar siapa?"

Vera memutar bola matanya malas "lo tanya sohib lo yang gak jelas itu, dia yang nyuruh gue bawa lo kesini" rafka mengangguk pelan.

"Karena ini sudah waktunya subuh aku ingin mandi setelah itu sholat, kalau kamu bisa ayo kita bersih-bersih setelah itu melaksanakan sholat bersama di masjid terdekat"

Vera mengangguk, lalu menyibakkan selimutnya, namun dengan cepat ia kembali membungkus tubuhnya dengan selimut tersebut "g-gue gak pake baju ya? Lupa gue.."

Rafka tersenyum penuh arti "kamu masih belum terbiasa ya? Yasudah bawa saja selimutnya ke kamar mandi sekalian dan aku akan biarkan kamu mandi duhulu".

Bergerak mulai bangkit dari tempat tidurnya, vera mulai melangkahkan kakinya, namun baru mulai satu langkah, bibirnya mengeluarkan rintihan kecil "awssh"

History of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang