2 - BERTEMU DI KANTIN

1.6K 179 20
                                    

"Si Gunawan anjing emang, gue sama sekali gak kepikiran kalau materi minggu kemarin bakal ditanyain lagi hari ini" ucap Bagha dengan raut wajah yang uring-uringan.

Ia menduduki kursi tepat di hadapan Givan yang kini sedang memainkan ponselnya. Bagha dan kawan-kawannya kini berada di kantin fakultas, terkecuali Jendral yang masih berkutat di laboratorium, mengulang praktikum semester lalu.

Keenam lelaki tampan itu biasa menghabiskan waktu kelar kelas di meja paling pojok yang berada di kantin fakultasnya. Lalu akan berhambur menuju bengkel untuk lebih leluasa melakukan aktifitas maupun membicarakan beberapa hal perihal isu di kalangan anak muda masa kini.

"Nyari mati sih lo minggu kemarin tipsen! Mana ketauan, lupa kah kalau Gunawan selalu crosscheck absen alias mahasiswanya dipanggil di akhir kelas? Hahaha" ucap Givan setengah terkekeh.

Mendengar hal yang tepatnya seminggu lalu menimpanya, Bagha mendecak kesal. Wajahnya meringis mengingat pasti namanya ditandai oleh Pak Gunawan. Panjatan doa akan ia sertai agar tidak mendapatkan nilai E di mata kuliah yang Pak Gunawan pegang kali ini.

"Masalahnya gue udah tanpa keterangan 3 kali. Udah abis jatah bolos gue nyet. Kalau bolos sekali lagi aja nih, udah gak bisa gue ikut ujian akhir semester" ucap Bagha sembari menyeruput kopi hitam tanpa diaduk, masterpiece ala dirinya jika berada di kantin fakultas.

Bagha menghela napas pelan sebelum melanjutkan kalimatnya, "Mana bengkel lagi rame-ramenya. Ya kali gue ninggalin gitu aja. Lumayan bro, tip satu mobil 50 ribu"

Kavreno terkekeh pelan. Kepalanya mengangguk mengerti dengan alasan yang Bagha berikan, "Emang kalau di mesin, Gunawan paling sadis?" tanyanya sembari meminum minuman kaleng bersoda yang ia beli di salah satu warung kantin.

Givan tersenyum remeh mendengar pertanyaan yang Kavreno berikan, "Bukan sadis lagi, Ren. Itu orang emang gak punya rasa kemanusiaan anjir!!" serunya.

"Lo bayangin aja dah, misalkan kelas dia jam 7 pagi nih. Dia dateng jam 7 pas. Terus ada mahasiswa di belakangnya. Pas banget dah di belakangnya, malah DIUSIR!!" bak mendongeng, Givan menjelaskannya dengan perasaan menggebu.

"Intinya kalau lo berangkat tapi posisinya di belakang dia yang masuk kelas duluan, gausah ngarep dikasih masuk apalagi dikasih toleransi waktu keterlambatan dah!!!" seru Givan kian menggebu.

Januar terkekeh kencang, "Sama kaya Pak Farid, anjing! Dosen senior emang suka gitu euy" seru Januar yang disetujui oleh Kavreno yang mengangguk-anggukan kepala.

Bagha mendecak kesal. Tangannya menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Alamat gue gak diizinin ujian sama si Gunawan ini" frustasinya.

Givan terkekeh dengan kencang. Ia paham situasi yang Bagha lalui, "Yailah ribet bener, gausah ikut ujian kalau gitu. Kaya si Jendral noh, ngulang tiap semester masih santai aja"

"Sialan, ngulang matkul sih gak apa-apa. Bayar spp tambahannya yang jadi masalah" balas Bagha.

Realistis saja, dirinya bukan dari kalangan yang bisa menghamburkan uang sesukanya. Mencari uang beberapa puluh ribu saja sudah dapat menguras keringat di tubuhnya.

Semuanya terkekeh pelan melihat kefrustasian yang Bagha perlihatkan. Givan dan Bobby bahkan menepuk-nepuk pundak Bagha untuk menenangkan lelaki itu.

Banyak hal yang Bagha pikirkan perihal perkuliahan. Bukan malas, Bagha hanya membagi kuliah dan kerjaan secara merata. Ia butuh pendidikan, tapi tak munafik juga bahwa ia membutuhkan uang untuk sekadar membantu meringankan beban dari sang Ibu.

Jam menunjukan pukul 12.00 WIB yang artinya kantin fakultas sedang ramai-ramainya dikunjungi para mahasiswa untuk mengisi perut mereka. Kavreno yang melihat raut wajah Bagha tak sekonyol biasanya, pun kini membuka suara kembali di antara ramainya area kantin.

BAGHAWIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang