"Oke, aman! Om! Mau bayar nih, ganti aki tadi sama isi nitrogen!"
Seruan itu terlontar untuk Dimas dari sosok lelaki yang kini mengusap peluh yang menetes di paras tampannya. Ia tersenyum kepada pelanggan yang kini tengah berdatangan.
"Gha, kuliah sana. Satu jam lagi loh, jam 1 kan kamu kelas?" ujar Dimas seraya menepuk bahu milik Bagha.
Lelaki itu terkekeh dan mengangguk pelan. "Santai, Om."
Langkahnya semakin melebar menuju ruangan belakang bengkel. Tempat para montir meletakkan barang-barang pribadi. Jemarinya kini meraih ponsel yang berada di saku celana. Mengetikan sebuah balasan pesan dari para kawan-kawannya.
Givan : Mesin kosong bre, Pak Sahid di luar kota
Jendral : Bangke! Gue udah di kampus anjing
Bobby : Kantin ae sih repot, lagian kesurupan apaan lo nyet udah di kampus
Jendral : Sekalian nganterin Vira tadi. Lo di sana Bob?
Bobby : Iye nih sama anak-anak radio campus
Givan : Dih bajingan, masuk ukm radio lo?
Bobby : Nguping doang wkwkwk
Jendral : Bangsat emang
Bagha : Kantin ah bosen bengkel
Jendral : Ikut ah
Setelah mengetikan balasan pada pesan grup. Bagha kini melangkah menuju kamar mandi di dalam bengkel yang Dimas sediakan untuk para karyawan yang terkadang menginap di sana. Lelaki itu kini membersihkan diri, dari peluh dan bau oli juga mesin di tubuhnya.
Setelah selesai dengan kegiatan membersihkan tubuhnya. Kini Bagha telah keluar dari kamar mandi dengan setelan kemeja hitam juga celana jeans panjang. Lelaki itu meletakkan baju bekas bekerjanya di dalam kantong kresek. Memasukannya ke dalam tas. Yang kemudian kakinya melangkah menuju tempat Samuel di parkirkan.
"Om, kampus dulu!" seru Bagha kencang kepada Dimas yang kini tengah menjelaskan beberapa product onderdil kepada pelanggan.
Dimas yang mendengarnya, pun hanya merespons dengan mengankat tangan dan mengacungkan jempolnya kepada Bagha.
Kaki Bagha kini kembali melangkah. Mendekati Farid yang sedang sibuk mengganti oli mobil milik pelanggan. Bagha menepuk bahu Farid pelan. "Duluan, Bang!" yang dihadiahi acungan jempol juga anggukan ringan.
Bagha kini telah berada di mana Samuel di parkirkan. Lelaki itu tengah mengendarai motor tua kesayangannya tanpa menggunakan helm. Helmnya ia genggam dengan jemari kirinya. Mengendarai dengan begitu pelan, bengkel tempat Bagha bekerja dengan kampusnya hanya berjarak puluhan meter saja.
Memasuki area kampus, lelaki itu mengarahkan motornya langsung menuju kantin fakultas teknik. Belum sampai di area kantin, matanya kini menangkap sosok gadis yang akhir-akhir ini mengisi harinya. Senyum lelaki itu merekah dengan cepat. Bagha dengan sengaja semakin menepi tatkala melihat Kaluna kini bersama Maya berjalan di area trotoar kampus.
Sementara Kaluna, yang mendengar suara knalpot motor tua Bagha. Pun kini menoleh. Gadis itu tersenyum lebar, menunjukan deretan giginya yang begitu rapi. Tangannya kini melambai menyapa lelaki yang juga memberikannya senyum menawan.
"Kelas juga?" seru Kaluna begitu bersemangat. Gadis itu menampakan bahwa dirinya begitu bersemangat jika melihat sosok Bagha di hadapannya.
Bagha terkekeh menggeleng kecil sesaat Samuel kini menepi di hadapan Kaluna dan Maya. Kedua kakinya menopang beban Samuel. Bagha tak turun dari motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAGHAWIRA
Teen FictionAkankah Baghawira Gentha menerima sosok Kaluna Armatef di dalam hidupnya? Dipenuhi dengan perbedaan latar belakang, akankah keduanya dapat saling melengkapi dan meyakinkan satu sama lain? Perjalanan kisah klasik para muda dan mudi di masa perkuliaha...