Mentari pagi menjelang siang ini begitu terik menyinari gadis yang kini berdiri dengan tegap. Jemarinya menggenggam tas kecil yang ia bawa. Senyumnya merekah dengan cantik tatkala angin menerpa di setiap sisi. Rambutnya kini terurai dengan bebas. Menunggu sang kekasih di bawah pohon palm tinggi yang terdapat di depan kediamannya.
Kaluna tersenyum melihat sang ayah yang kini menatapnya dengan memicingkan mata. Senyum lelaki tua itu mengembang. Sibuk dengan pekerjaannya tak menutup kemungkinan tetap ingin berkomunikasi dengan baik setidaknya dengan keluarga kecil.
"Mau ke mana, Kaluna? Tumben gak bawa mobil," ujar Damar, kini melangkah perlahan mendekati Kaluna yang memberinya cengiran lebar.
Damar terkekeh kecil. "Malah cekikikan! Mobil kamu mogok?" tanya Damar yang masih heran dengan anak bungsunya.
Kaluna tak pernah lepas dengan mobilnya. Damar sebagai ayah, tahu akan hal itu. Namun hari ini melihat anak bungsunya ingin pergi tanpa membawa mobil. Tentu Damar mati penasaran.
Kaluna menggeleng kecil. Senyumnya merekah ketika mata indahnya kini berbinar menangkap sosok Bagha dengan Samuel yang kini semakin mendekat ke arahnya.
"Sama pacar Kaluna dong!" seru Kaluna kencang. Senyuman lebar itu kian merekah.
Damar terdiam. Matanya menjurus menatap sosok lelaki muda yang kini semakin dekat menuju kediamannya menggunakan motor tua. Mata Damar kini beralih menatap Kaluna dengan satu alis yang terangkat.
"Siapa juga yang ngizinin kamu pacaran?" ujar Damar dengan ketus. Wajahnya tak bersahabat. Sebagai sosok ayah, tentu Damar mewanti-wanti siapa lelaki yang mendekati anak gadis bungsunya.
Kaluna mendecak kesal. "Emang pacaran harus izin gitu? Kan belum mau nikah, ya walaupun nanti Kaluna yakin 100% bakal nikah sama dia," cerocosnya tak berhenti.
Damar mati-matian menahan kekehannya. Ia harus terlihat berwibawa, tentu saja. Apalagi di depan lelaki yang berani-beraninya menjadikan anak bungsunya sebagai pacar. Tanpa izinnya. Ia tak mengenal pula.
Bagha kini telah memarkirkan Samuel. Lelaki itu melangkah dengan postur tubuh yang sedikit menunduk. Ia tahu sopan santun, kekurangannya hanya satu. Selama menjadikan Kaluna sebagai pacar, pernah kah dia meminta sekadar izin untuk mengajak Kaluna berpergian? Tidak.
Kaluna tersenyum senang. Jemarinya melambai-lambai kepada ayahnya. Tentu Damar dengan cepat menggeleng dengan tegas.
Sementara Bagha, lelaki itu tersenyum dengan manis kepada Damar. Kakinya semakin melangkah mendekat. Bagha sudah dapat menebak yang di hadapannya ini adalah ayah dari Kaluna. Hidung mancung dan mata berbinar yang dimiliki Kaluna, ada pada Damar.
Bersaliman dengan sopan. Bagha memperkenalkan diri. "Baghawira, Om," ujarnya pelan. Senyumnya tak hilang.
Damar berdeham kecil. "Oh ya," singkatnya.
Kaluna tersenyum kecil. "Itu Papah," jelas Kaluna pada Bagha yang kini mengangguk mengerti.
Lelaki itu terlihat begitu santai. Hanya menggunakan kaos hitam dengan nama band metal favoritnya, tentu bajunya berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Dipadukan dengan celana jeans panjang dan sepatu sneakers hitam. Berbeda dengan Kaluna, gadis itu terlihat begitu effort untuk pergi dengan Bagha hari ini.
Kaluna menggunakan kaos tanpa lengan berwarna pink dan celana jeans panjang. Sepatunya sneakers berwarna putih. Juga jaket abu yang ia sampirkan di lengannya. Gadis itu menggenggam jemari Bagha.
Mendapat perlakuan dari kekasihnya, Bagha kini tersenyum. "Izin bawa Kaluna main, Om," ujar Bagha sopan.
Sejujurnya lelaki itu sedari awal ingin berkenalan dengan orang tua Kaluna. Namun rasa tidak percaya dirinya begitu tinggi. Mengingat Kaluna merupakan anak dari kontraktor yang begitu terkenal seantero kota. Dengan seadanya Bagha, lelaki itu merasa 80% kehadirannya tidak akan diterima.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAGHAWIRA
Novela JuvenilAkankah Baghawira Gentha menerima sosok Kaluna Armatef di dalam hidupnya? Dipenuhi dengan perbedaan latar belakang, akankah keduanya dapat saling melengkapi dan meyakinkan satu sama lain? Perjalanan kisah klasik para muda dan mudi di masa perkuliaha...