11 - KINI AKU DAN KAMU?

1.1K 172 76
                                    

Melepas kaos putih penuh dengan bercakan oli juga kotoran mesin. Menampakan tubuh ideal meski tak begitu kekar. Bagha kini melangkah dengan tubuh bagian atas yang tak mengenakan rangkaian benang sedikitpun. Keringat terlihat menetes satu sama lain di dada bidang lelaki itu.

Kakinya kini melangkah meraih tool box milik bengkel. Menempatkannya di ruangan dalam, khusus penyimpanan beberapa alat service mobil. Kembali melangkah, kakinya kini menuju keran air. Menyalakannya dan mulai membersihkan tangan juga wajah yang kotor.

"Temen lo udah pada nunggu tuh di depan. Ada cewek lo juga, siapa namanya? Gue lupa yang kemarin lo bawa ke sini," ujar Farid sembari membersihkan tangan setelah Bagha selesai.

Bagha menaikkan kedua alisnya. Lelaki itu meraih kain putih yang tergantung di celana. "Bocahan juga di depan, Bang?" tanya Bagha pelan.

Farid mengangguk kecil. Kaki lelaki itu melangkah pergi meninggalkan Bagha. Sementara Bagha kini mulai melangkah menuju bagian depan bengkel yang rolling doornya bahkan sudah tertutup di beberapa bagian. Meraih kaos hitam miliknya yang tergeletak di kursi, lelaki itu mulai memakai kaosnya dengan cepat. Dan kembali melangkah untuk menemui kawan-kawannya.

Kakinya semakin melangkah cepat. Tatkala matanya kini bertabrakan dengan Kaluna yang menyambutnya dengan senyuman manis gadis itu.

"Kok sama mereka?" tanya Bagha pelan. Lelaki itu menyentuh pundak Kaluna. Matanya memandang sekitar. Baik kawan dirinya maupun kawan dari Kaluna. Semuanya kini berada di teras depan bengkel.

Kaluna terkekeh kecil. "Aku mau balikin ini terus mau pergi main sama Giselle, Maya, Vira. Tapi ternyata udah ada mereka di sini," jelasnya sembari memberikan jaket milik Bagha yang semalam lupa ia kembalikan pada lelaki itu.

Gadis itu tak sadar. Bahwa satu kata yang ia keluarkan membuat Bagha kini tersenyum menahan kekehan kecil. Lelaki itu memberikan sentilan kecilnya di dahi Kaluna.

"Coba ulang tadi bilang apa?" tanya Bagha pelan. Senyum lelaki itu tak luntur.

Melihat Bagha yang kini memberikan senyuman mengejek kepadanya. Kaluna kini menikuk alis dengan tajam. Apalagi lelaki itu memberikan sentilan kecil di dahinya. "Ini. Aku mau—" ujar Kaluna terpotong oleh kesadarannya. Gadis itu menutup mulut dengan telapak tangannya. Matanya membelalak lebar.

"MAKSUDNYA GUE! IYA! GUE MAKSUDNYA!" seru Kaluna kencang. Wajah gadis itu memerah menahan salah tingkah dan rasa malunya. Bagaimana bisa ia menceploskan panggilan yang begitu asing untuk dirinya, dan Bagha.

Mendengar dan melihat kepanikan yang dirasakan oleh Kaluna. Bagha kini tertawa dengan kencang. Tak sadar dua sejoli ini begitu menarik perhatian para kawan-kawannya. Terutama Giselle yang notabennya selalu ingin melindungi Kaluna dari ketidak jelasan Bagha.

"Kenapa panik gitu ah? Kalau mau pake aku juga, dengan senang hati diterima sama aku," goda Bagha pada Kaluna yang kini menggeleng dengan cepat. Lelaki itu bahkan menekan kata 'aku' untuk menambah godaannya pada Kaluna.

"Engga ih! Gue salah sebut itu!" balas Kaluna cepat. Wajah merahnya tak dapat hilang hingga kini.

Bagha tersenyum melihat penolakan yang Kaluna berikan. "Salah gitu kalau pake aku? Istimewanya pake gue itu apa emang?" iseng bertanya, lelaki itu membuat Kaluna mati kutu.

Bagha lagi dan lagi tak dapat melunturkan lengkungan di bibirnya. Jemarinya kini mengusap puncak kepala milik Kaluna. "Jaketnya diterima ya. Aku–kamunya juga diterima,"

Lelaki itu merangkul Kaluna dan menuntun gadis itu untuk berjalan bersamanya menuju para kawannya yang telah menunggu. Tentu saja dengan lemparan ejekan yang mereka berikan kepada Bagha dan Kaluna.

BAGHAWIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang