6 - UNTUK YANG KEDUA KALINYA

1K 157 74
                                    

Menatap hamparan sekumpulan pohon tinggi di depan teras ruang sekre ukm jurnalistik. Kaluna menikmati sejuknya angin yang menerpa wajah dan tubuhnya. Jemarinya kini mengetik sibuk di ponsel yang berada pada genggamannya. Gerutuannya kini terdengar.

"Damn, Jendral!" serunya kecil. Wajahnya mengisyaratkan kepanikan.

"Jendral! Gosh! I swear I'll beat him up later"

"Kalau sampai Bagha ilfeel ke gue gimana? Sialan Jendral!" Ini semua karena ulah Jendral yang dengan sengaja membalas cuitan curhatannya dengan menyebut nama Bagha, yang merupakan sosok yang ia kagumi, di laman salah satu aplikasi yang biasa ia dan kawan-kawannya gunakan untuk mengetahui update informasi-informasi terbaru, baik informasi di area Universitas Nusantara maupun di dunia luar.

Seruan itu semakin menjadi tatkala pop up notifikasi di ponselnya memunculkan nama sosok yang ia kagumi. Menanggapi kejahilan seorang Jendral.

"MAMPUS GUE!!" teriaknya kencang. Beberapa anggota UKM jurnalistik pun yang semula sibuk dengan kegiatan masing-masing, kini menatap Kaluna.

Kaluna yang sadar akan hal itu, hanya dapat memberikan cengiran lebarnya. Lagi dan lagi gerutuan kecil kembali keluar dari mulut mungilnya. Gadis itu benar-benar ingin memberikan sumpah serapahnya kepada Jendral.

Dengan gerakan cepat, ia memilih untuk meluruskan segala hal-hal yang mungkin saja memperburuk suasana yang sudah aman di antara dirinya juga Bagha. Mengetik sebuah pesan untuk Bagha yang berakhir dengan sebuah teriakan senang akibat balasan pesan yang Bagha berikan untuknya.

"PLEASE TELL ME, ISN'T A DREAM RIGHT?" teriakan itu begitu kencang. Semua mahasiswa yang berada di sekitar Kaluna pun kini menatapnya dengan heran. Bagaimana tidak? Kaluna sudah berteriak dua kali dengan suasana hati yang berbeda.

Kaluna bergerak cepat menemui Lovi, teman satu UKM yang tengah bersantai sembari duduk di ruang sekre bersama Ismail dan Arif, kini terkekeh menatapnya. "Apalagi nih, Kal?" tanya Lovi sembari menghisap rokok di mulutnya.

Kaluna tersenyum begitu lebar. Gadis itu tak tahan dengan kesalah tingkahannya. "Lov, tell me this world is real. This isn't a dream world right? Ini beneran dunia nyata no fake fake kan?" tanya Kaluna bersemangat.

Jemari Kaluna bergerak untuk meraih jemari Lovi. "Tolong cubit gue, yang keras. Please," ujarnya sembari memberikan lengannya kepada Lovi yang kini tertawa kencang.

Lovi tak mengelak. Gadis itu dengan cepat memberikan cubitan kerasnya pada Kaluna.

"HOLY SHIT!" teriak Kaluna kencang.

Semua mata kembali tertuju pada Kaluna. Gadis itu tertawa bersama Lovi. Kaluna sudah meyakini bahwa ini semua bukan mimpi. Ajakan dari Bagha untuk kembali berbincang berdua itu merupakan nyata. Bukan hanya mimpi semata.

Lovi masih dengan tawanya. "Apa sih Kal yang mimpi nyata mimpi nyata itu? Mana minta cubit lagi," tanya Lovi sembari melanjutkan kegiatan menghisap rokoknya.

Kaluna tersenyum malu-malu. Gadis itu baru saja akan mengucapkan sekata dua kata kepada Lovi. Panggilan dari sosok yang ia kagumi berhasil membuatnya mati kutu bak patung. Badannya sangat kaku saat ini.

"Kaluna." Suara itu begitu merdu terdengar di indra pendengaran Kaluna.

Kaluna bahkan belum memutar tubuh untuk menatap sosok yang memanggilnya. Tapi ia sudah tahu betul bahwa tentu saja, Bagha yang memanggilnya.

Lovi dan beberapa mahasiswa yang mengenal Bagha, pun dengan cepat menyapa lelaki itu. Kaluna perlahan bergerak untuk memutar tubuh menghadap Bagha. Gadis itu menahan bibirnya untuk tidak berteriak histeris.

BAGHAWIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang