3 - DUNIA KITA

1.4K 147 22
                                    

Bergumam lirik lagu dari salah satu lagu milik Taylor Swift, yang merupakan idola dirinya. Melangkahkan kaki dengan lebar sembari tersenyum cerah secerah cuaca siang ini. Kaluna kini mulai memasuki lorong gedung fakultas teknik. Ia akan menuju area belakang yang dipenuhi pepohonan di bagian samping tiap ruangan kecil, yang berisikan peralatan yang tak jarang juga dijadikan tempat berkumpul beberapa mahasiswa sibuk organisasi.

Mengingat dirinya yang baru saja mengajukan diri untuk bergabung dengan UKM jurnalistik. Gadis itu harus melalui screening yang biasa dilakukan para anggota UKM jurnalistik terdahulu. Hal basic yang harus dilakukan sebelum masuk dalam suatu organisasi maupun kelompok tertentu, bukan?

Senyumnya merekah menyapa sosok Arif. Teman semasa ospek universitasnya dulu sekaligus ketua umum UKM jurnalistik. Gadis itu melambaikan tangan kepada Arif yang berada tepat di pintu sekre UKM. Lelaki itu pun membalas lambaian tangan dari sosok Kaluna.

"Lo udah nunggu lama ya? Sorry banget Rif, jalanan tadi macet parah. Biasalah, ibu kota" ujar Kaluna dengan wajah memelasnya.

Gadis itu menghampiri Arif dan menjalankan highfive, kebiasaan yang ia lakukan pada kawan-kawannya. Kawan dekat, maupun jauh. Tak heran ia dijuluki social butterfly oleh ketiga kawan baiknya.

Arif terkekeh kecil melihat wajah memelas yang Kaluna buat. Lelaki itu mengangguk menanggapi apa yang Kaluna utarakan, "Gak apa-apa, Kal. Gue juga baru banget dateng"

"Oh ya, masuk dulu aja. Lebih ke ngobrol santai aja sih bukan screening yang gimana-gimana" tutur Arif pelan. Ia mempersilahkan Kaluna untuk memasuki ruangan sekre jurnalistik yang tak begitu luas. Hanya berukuran 3 x 3. Seukuran kamar kost mahasiswa.

Memasuki ruangan sekre, mata Kaluna kini mendapatkan satu lelaki dan satu gadis yang sibuk dengan laptop di meja masing-masing. Meja kecil yang biasa digunakan para anak-anak menggambar. Terbayang kan?

Kaluna tersenyum manis. Lambaian tangannya ia berikan kepada dua insan yang berada di hadapannya, "Hai! Gue Kaluna biasa dipanggil Kal, sipil 20" sapanya, sekaligus memperkenalkan diri.

"Gue Lovi, elektro 20"

"Gue Ismail, panggil aja Mail. Sebagai editor di sini, mesin 20"

Setelah selesai dengan perkenalan yang ketiganya lakukan. Arif, selaku ketua memulai screening bersama dengan Kaluna. Lelaki berkacamata dan berpakaian rapih itu merupakan mahasiswa teknik informatika. Keduanya kini terduduk dan saling berhadapan, di sebelah kanan Arif terdapat Lovi. Di sebelah kiri Arif kini terdapat Mail.

Arif terkekeh dengan tanggapan-tanggapan yang Kaluna berikan sejak dimulainya screening dengan pertanyaan-pertanyaan yang Arif tanyakan pada Kaluna, "Jadi, menurut lo mading yang kita buat belum oke?" tanyanya dengan kekehan yang melekat di belakang kalimat.

Kaluna tersenyum kikuk. Dirinya keceplosan perihal memberikan informasi bahwa isu-isu, maupun peletakan, dan keunikan dari mading fakultas teknik sendiri memang tidak mencuri mata siapapun.

Gadis itu menggaruk kepala bagian belakangnya, "Maksud gue, mading-mading yang ada di sekitaran fakultas tuh kurang memikat mata gitu loh. Dari segi grafis, bahkan kadang isu yang dibuat full huruf. Orang yang males baca kaya gue, jadi gak tertarik buat baca. Jangankan baca, liat aja gak tertarik"

Untuk dibilang screening, lebih tepatnya mungkin kotak pengaduan yang Kaluna berikan kali ini. Gadis itu lagi-lagi menyesali perkataannya. Cengiran lebar kini ia berikan kepada Arif, juga Lovi dan Mail yang semula sibuk berkutat dengan laptop tiba-tiba tertarik dengan pembicaraan yang Kaluna dan Arif lakukan.

Arif tersenyum menatap Kaluna. Kepala lelaki itu mengangguk mengerti, "Masuk akal" ujarnya pelan.

Lovi terkekeh pelan, "Kenapa lo gak masuk jurnalistik dari awal aja sih, Kal?" tanya Lovi yang sialnya baru menyadari bahwa Kaluna memiliki potensi meningkatkan mutu dari UKM jurnalistik fakultas teknik.

BAGHAWIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang