Melangkahkan kaki dengan santai keluar dari area kelas. Bagha tersenyum dan menyapa beberapa mahasiswa jurusannya maupun jurusan lain yang mengenal maupun dikenali dirinya. Matanya kini beralih kepada ponsel yang kini digenggamnya. Menampilkan pesan dari sosok Kaluna yang kini tengah menunggunya di area taman kampus dekat perpustakaan.
"Kantin, Gha?"
Seruan kencang yang diberikan oleh Givan memenuhi indra pendengaran Bagha. Lelaki itu merangkul Bagha. Bersama dengan Jendral yang baru saja keluar dari area kelas. Ketiganya melangkah beriringan.
Bagha menggeleng menjawab pertanyaan Givan. "Ada wawancara sama anak jurnal." jawabnya dengan santai.
Jendral dan Givan terkekeh dan mengangguk. Wajah keduanya bahkan seperti menggoda sosok Bagha.
Bagha menatap Givan dan Jendral dengan kedua alis yang menikuk tajam. Lelaki itu dengan cepat melangkah mendahului kedua kawannya. Menghampiri Samuel, motor tua kesayangan miliknya yang terparkir rapi di area depan gedung kelasnya berada.
Menjalankan motor dengan terburu, bunyi klakson yang ia berikan kepada Jendral dan Givan yang kini masih terkekeh menatapnya. Bagha mengitari kampus, menuju taman kampus dekat perpustakaan kampus yang letaknya hampir di ujung belakang.
Semilir angin siang begitu menyejukan wajahnya. Meskipun sinaran mentari begitu menyengat, pohon-pohon besar yang berada di pinggiran jalan area kampus membuat kejamnya mentari perlahan terganti dengan sejuknya angin.
Matanya kini menatap satu-satunya mobil sedan hitam yang terparkir di area taman kampus. Ia sudah hafal dengan mobil milik Kaluna. Sosok cantik dengan rambut model ponytail itu kini membangkitkan tubuh. Senyum cerahnya menyapa Bagha.
Bagha dengan cepat memarkirkan motor kesayangannya di dekat mobil Kaluna terparkir. Kakinya melangkah mendekati Kaluna yang masih tersenyum lebar ke arahnya. Bagha dengan senang hati membalas senyuman gadis itu.
"Duh, maaf Kal gue lama." Bagha dengan cepat mempersilahkan Kaluna untuk duduk kembali.
Kaluna terkekeh dan mengangguk. "Santai aja, Gha. Gue malah yang minta maaf karna ganggu kesibukan lo," ujar Kaluna dengan cengiran lebarnya.
Mata gadis itu benar-benar terpaku dengan sosok Bagha. Dengan setelan kemeja hitam juga celana jeans hitam. Bagian lengan yang lelaki itu lipat, gelang hitam, juga jam tangan stainless yang menambah kesan menarik di mata Kaluna. Kaluna benar-benar ingin menggenggam lengan itu, dan menjadikan sandaran terbaik.
Bagha tertawa kecil, lelaki itu meluncurkan tangannya untuk bersandar di kepala kursi yang ia dan Kaluna duduki. Jelas membuat Kaluna mati kutu, ia yang sedang menyandarkan punggung di kursi dapat merasakan tangan Bagha di area punggungnya.
"Gimana nih? Mau mulai sekarang?"
"Atau mau ngobrol dulu?" tanya Bagha menatap Kaluna yang kini masih menatap dirinya. Jarak keduanya begitu dekat. Mata lelaki itu bahkan dapat menangkap aura cantik dan mengagumkan dari sosok Kaluna.
Kaluna gelagapan, gadis itu dengan cepat merapikan buku yang hampir saja terjatuh dari pangkuannya.
"O–oke, sebentar. Gue jadi lupa harus nanya apa," ungkap Kaluna dengan cengiran canggungnya.
Bagha tersenyum kecil melihat tingkah gelagapan dari sosok Kaluna. Ia jadi merasa tak enak hati. Dengan perlahan lengan yang semula berada di belakang punggung Kaluna pun kini ia tarik. Sedikit demi sedikit ia bergeser pelan, memberikan jarak duduk di antara keduanya.
Dan sialnya, perbuatan Bagha tentu membuat Kaluna merasa kecewa. Gadis itu menatap jarak di antara ia dan Bagha. Kemudian matanya beralih menuju Bagha yang menatapnya sembari menopangkan dagu di tangannya, bibir lelaki itu pun melengkung membentuk senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAGHAWIRA
Ficção AdolescenteAkankah Baghawira Gentha menerima sosok Kaluna Armatef di dalam hidupnya? Dipenuhi dengan perbedaan latar belakang, akankah keduanya dapat saling melengkapi dan meyakinkan satu sama lain? Perjalanan kisah klasik para muda dan mudi di masa perkuliaha...