12 - KATA IBU, RASA ITU TAK PERNAH SALAH

942 172 58
                                    

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu berhasil membuat sosok lelaki yang semula masih berada di alam mimpi, kini membuka matanya perlahan. Hari ini merupakan hari minggu, hari dimana ia dapat menghabiskan banyak waktu bersama sang Ibu. Bagha tersenyum kecil tatkala seruan Ibunya menggema di telinga lelaki itu.

"Mas! Bangun loh, gak baik tidur sampai siang!" seru Jasmin, Ibu dari Bagha, di luar pintu kamar.

Bagha mendudukan tubuhnya di pinggiran kasur single size yang terdapat di kamarnya. "Hmm," gumam Bagha sedikit kencang, agar Ibunya dapat mendengar.

"Jendelanya jangan lupa dibuka, Mas. Biar sirkulasi udaranya bagus!" seruan itu kembali terdengar.

Bagha terkekeh. Ia membangkitkan tubuhnya. Membuka pintu kamarnya, mendapati sang Ibu kini tengah menyapu sekitaran depan kamar miliknya. Senyumnya merekah lebar. Ia berjalan pelan menuju sang Ibu. Menyandarkan kepalanya di punggung sang Ibu. Memejamkan matanya di sana.

Jasmin terkekeh pelan. kepalanya menggeleng-geleng kecil. "Mandi sana! Bau iler!"

Tuturan Jasmin berhasil membuat Bagha kini tertawa kecil. Kakinya melangkah menuju kamar mandi, berniat untuk membasuh muka dan menggosok gigi. Bukan mandi, seperti yang Ibunya perintahkan.

"Jendela kamar belum dibuka, Bu!" teriak Bagha dari dalam kamar mandi.

Jasmin yang semula sibuk menyapu ruang tengah, pun kini terdiam. "Loh tadi kan udah Ibu suruh buat buka, Mas!" seru Jasmin jengkel.

Dari arah dalam kamar mandi terdengar suara cekikikan. Tentu saja itu suara dari anak semata wayang milik Jasmin, darah daging satu-satunya, yang memiliki sifat dan sikap sama persis dengan mendiang suami.

"Ibu aja yang buka! Mas lupa tadi, Bu!" seru Bagha masih berada di dalam kamar mandi.

Jasmin yang sudah hafal dengan anaknya, pun kini melangkah memasuki kamar milik Bagha. Sprei di atas kasur dan bantal berserakan. Kepala wanita paruh baya itu menggeleng-geleng pelan. melangkah kembali menuju jendela kamar milik Bagha, jemarinya membuka jendela dengan sempurna. Menampakan cahaya mentari yang kian menyorot terang.

Jemari yang semula memegang sapu, pun kini sapunya diletakan di dinding kamar. Jasmin mulai membereskan area kasur milik Bagha. Setelah selesai, kakinya kini melangkah menuju dapur dan meletakkan sapu di dekat area dapur.

Matanya kini menangkap anak semata wayangnya yang terduduk di kursi ruang tengah. Ia pun kini mulai bergabung dengan Bagha, mendudukan tubuh tepat di samping Bagha.

"Sarapan sana. Ibu masak nasi goreng dari nasi sisa kemarin," tutur Jasmin pelan. jemarinya meraih remote tv.

Bagha mengangguk kecil. Tubuhnya ia bangkitkan. Melangkah menuju dapur, meraih sepiring nasi goreng buatan sang Ibu. Dan kembali menuju ruang tengah, berniat sarapan sembari menonton acara tv bersama sang Ibu.

"Hari ini ke makam Papah, Mas. Belum dijenguk udah berapa minggu ini, bersih-bersih di sana nanti," ujar Jasmin kepada Bagha yang kini mengangguk sembari mengunyah. Keduanya kini sama-sama terfokus pada acara tv. Begitupula dengan Bagha yang masih mengunyah.

Setelah selesai dengan kegiatan sarapannya. Bagha kini bangkit dari duduknya. Melangkah menuju wastafel dapur dan mulai mencuci piring juga alat makan yang tersisa di wastafel.

"Biar Ibu nanti yang cuci, Mas!" seru Jasmin tatkala ia mendengar suara bergelotak dari arah wastafel dapur.

Bagha terkekeh kecil mendengar seruan Ibunya. "Sedikit ini, Bu. Biar Mas yang cuci, janji bersih kinclong kali ini nyucinya!"

Seruan Bagha berhasil membuat Jasmin kini tertawa kecil. Tak berselang lama, matanya kini menangkap anak semata wayangnya telah kembali dari mencuci piring. Bagha kini telah kembali duduk di tempat yang semula lelaki itu duduki.

BAGHAWIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang