15 - MELALUI RADIO CAMPUS

1K 217 153
                                    

"Oke! Thanks to Baghawira, yang udah luangin waktunya untuk sedikit bincang-bincang nih sama sobat radio campus."

Perkataan itu terlontar dari sosok lelaki sebaya dengan Bagha. Ia Andre, salah satu penyiar radio campus. Senyum lelaki itu merekah. Tatkala melihat Bagha terkekeh dan mengangguk. Bagha begitu membantu jalannya menghidupkan kembali aktivitas radio campus.

Sudah satu jam Bagha dan Andre berbincang perihal permasalahan hidup remaja. Terutama para mahasiswa yang akhir-akhir ini ramai akan isu permsalahan mental. Bagha memberikan beberapa tips untuk para kawan-kawan kampusnya, agar dapat selalu santai dalam menghadapi setiap permasalahan yang berada di depan menghalangi sebuah langkah kemajuan.

"Gue selalu salut ya sobat kita yang satu ini. Gila! Gak ada capeknya coy! Semua hal yang menurut dia bisa, ya dia lakuin. That is Baghawira, si tengil yang banyak dedek gemesnya. Hahaha!" imbuh Andre, lelaki itu tertawa lepas bersama dengan Bagha.

"Last with full of your heart, lo mau ada sepatah kata for anyone yang lagi dengerin radio campus sekarang, gak?" tawaran oleh Andre yang kini tersenyum kecil.

Bagha mengangguk menanggapi apa yang Andre ucapkan. Keduanya tak hanya berdua, beberapa anggota radio campus pun berada di ruangan. Mengerjakan pekerjaan sesuai bidang masing-masing.

Bagha menghela napas pelan. Senyum lelaki itu terus merekah menghiasi wajah tampannya. "Oke! Gue juga sangat berterima kasih atas undangan yang begitu terhormat. Gue bahkan ngerasa masih banyak kurangnya, tapi sobat-sobat radio campus percayain buat diskusi masalah mental para mahasiswa sekarang sama gue. Ini sesuatu yang besar, menurut gue," ujarnya pelan. bibirnya tepat berada di depan microphone radio campus.

Bagha tersenyum lagi dan lagi. "Jujur, radio campus ini salah satu UKM yang dulu gue mau banget buat gabung. Tapi karna lumayan susah ya atur jadwal dan waktu, gue juga kan kerja. Gue harus relain UKM ini untuk orang-orang yang emang lebih berbakat dalam hal penyiaran daripada gue. Contoh kecilnya, Mas Andre ini gue rasa udah cukup memenuhi kriteria penyiar radio gede nih," tutur Bagha yang diselingi kekehan kecil lelaki itu.

Andre yang mendengarnya pun kini ikut terkekeh kecil. Lelaki itu memberikan acungan jempolnya untuk Bagha. "Radio campus akan selalu welcome buat lo, Gha. Come on! Kita sama-sama belajar!" serunya masih dengan kekehan.

Bagha tersenyum dan mengangguk pelan. "Cukup lah, tugas jadi penyiar udah cocok buat lo, Ndre!"

"Ah ya! Gue mau kasih beberapa kalimat, buat salah satu perempuan special yang kebetulan udah gue suruh buat dengerin radio campus. Sampai sesi gue selesai," jelas Bagha yang direspons anggukan mengerti oleh Andre.

Bagha menghela napas panjang, membuangnya secara perlahan. Lelaki itu tersenyum salah tingkah. Andre yang melihatnya pun terkekeh pelan.

Bagha memejamkan mata sejenak. Tatapannya kini hanya terpaku pada meja kayu yang menumpu microphone radio. Senyum lelaki itu merekah kecil. "Kaluna, dengerin baik-baik. Gue gak akan ulang lagi apa yang bakal gue bilang buat lo kali ini. Ayo, gue kasih 5 detik buat lo korek telinga," ujar Bagha dengan kekehan di akhir kalimat. Juga Andre yang terkejut dan terkekeh secara bersamaan bersama Bagha.

"Wait wait, maksud lo ini Kaluna yang anak teknik sipil itu?" tanya Andre dengan wajah terkejutnya.

Bagha mengangguk pelan dengan senyumannya. "Iya."

"Come on, Kaluna! Lo harus dengerin ini baik-baik! Hahaha!" seru Andre bersemangat.

Bagha terkekeh pelan. "Tuan putri udah belum korek telinganya? Gue harap sih udah ya," ujar Bagha pelan di depan microphone radio.

"Kaluna, tuan putri yang akhir-akhir ini selalu ada di sisi gue. Kalau lo tanya sejak kapan gue mulai tertarik dan nyaman sama lo, jujur gue juga gak pernah sadar sejak kapan. Tapi Kal, setiap saat habisin waktu kosong sama lo, gue tau kalau gue udah jatuh sama lo Kal. Gue mau ada sosok yang bisa gue ajak ngobrol tentang apapun itu, gue mau ada sosok yang bisa ketawa bareng sama candaan yang gue kasih, gue mau ada sosok yang bisa nguatin gue dengan pelukannya," ujar Bagha, dengan wajah merah salah tingkah tak terkendali.

BAGHAWIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang