1.1

10.9K 770 62
                                    

"Jangan dekati Sejin Hyung, emosinya sedang tidak stabil." Ujar Niki yang dibalas pelototan kesal oleh Sejin.

"Berkat siapa aku jadi begini?!" Balas Sejin sewot, bahkan ia memberikan lirikan mematikannya teruntuk Niki.

Sunoo nampak menggedikkan bahunya acuh, ia memilih memejamkan matanya, membiarkan wajahnya disapukan make up oleh Soyul.

"Sunoo nanti kalau mau keluar atau ketoilet ajak-ajak ya, jangan pergi sendirian." Pesan Jake yang dibalas kekehan oleh Sunoo.

"Aku tidak akan dekat atau mendekati grup lain, tenang saja." Balas Sunoo.

"Janji?"

Sunoo membuka pejaman matanya, lantas menghalau tangan Soyul didepan wajahnya lantas beranjak berdiri guna menghampiri Jake yang duduk disofa bersama Niki.

Ia berdiri tepat didepan Jake, yang mana membuat Jake mendongak dengan manik puppy-nya.

"Gemas sekali." Seru Sunoo seraya menangkup pipi Jake dan menjawil gemas hidung bangir itu.

"Ciumanku menyusul di dorm." Bisik Sunoo yang dibalas  cibiran oleh Niki, sementara Jake hanya mengerjapkan matanya dengan pipi yang entah mengapa bersemu merah.

"Berhenti menggodaku, ish!" Omelnya kesal kontras dengan tingkahnya yang terkesan malu-malu.

"Kembali ketempatmu Kim Sunoo." Seru Niki seraya menarik lengan Sunoo untuk segera kembali ketempatnya, lebih tepatnya mengusir paksa Sunoo untuk menjauh dari Jake.

"Tidak sopan!" Cibir Sunoo yang memilih kembali ketempatnya walaupun kegondokannya pada Niki jelas bersarang dihatinya.

Ia masih ingin menggoda Hyung beda setahunnya itu malah dirusak oleh si pecemburu hebat macam Niki.
Ah bukan hanya Niki, tapi memang semua member BlockBusters itu pecemburu hebat.

Jake sendiri kini sibuk dengan ponselnya, setelah merasakan getar berkali-kali pada ponselnya.
Dimana ada banyaknya pesan chat yang masuk dan ketika melihat pop up notifikasi yang ternyata pesan dari grup keluarganya.

Senyumnya merekah saat sang Ibu mengatakan akan datang ke korea, bahkan ia memintanya untuk membawa beberapa barang yang tak sempat ia bawa ke korea saat menjadi trainee dulu.
Namun saat maniknya tertuju kearah dinding tepatnya melihat tanggalan hari ini, ia sempat terdiam beberapa saat karna merasa aneh dengan perasaannya, ia merasa ada yang salah dengan hari ini.
Seperti ada suatu perayaan besar atau ada kejadian besar ditanggal ini, tapi ia melupakannya.
Bahkan ia berusaha mengingat-ingat apa yang terlewatkan dihari atau tanggal ini.

"Kenapa?" Tanya Heeseung ketika masuk mendapati Jake terdiam dengan pandangan lurus menatap tanggalan yang tertempel didinding dekat cermin.

Bahkan usapan tangannya dikepala Jake tak kunjung membuat Jake merespon panggilannya.
Sampai ia nekat mengecup sudut bibir itu, setelah melihat situasi jika tak ada yang melihatnya.
Barulah Jake terkesiap, bahkan wajah kagetnya itu sangat menggemaskan.

"Apa yang kau pikirkan, sampai Hyung panggil tapi tak merespon sama sekali."

Jake nampak linglung, kepalanya mendongak menggeleng ragu namun detik setelahnya maniknya membola dengan raut yang begitu panik.
Ia berdiri tiba-tiba membuat Heeseung yang tak siap harus merasakan nyeri didagunya karna terhantuk kepala Jake.

Jake meringis tentu saja, ia menatap Heeseung tak enak seraya mengucap maaf.

"Tak apa, Hyung baik-baik saja." Ujarnya namun pandangannya tak lepas dari raut Jake yang memucat tiba-tiba.

One More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang