"Hyung.." panggil Jake dengan manik yang berkaca-kaca.
Ia menatap Sejin dengan perasaan sesak yang sejak tadi ditahannya, tubuhnya gemetar ketakutan.
Bahkan pelukan hangat Sejin tak kunjung meredakan ketakutannya."Bagaimana bisa terjadi?" Tanya Sejin yang dibalas gelengan lemah oleh Jake.
"Semuanya salahku, ini salahku.." racau Jake dengan nada suara yang begitu lirih.
"Kenapa hanya aku-"
Suaranya tercekat, bahkan rasa pening yang mendera kepalanya ia abaikan.
Ia menatap wajah Sejin dengan manik basahnya, lantas menatap kedua tangannya yang memerah lantaran noda darah yang hampir setengahnya sudah mengering."Jae, kau perlu diobati."
Jake menggeleng menolak ajakan Sejin, lantas menatap kearah ruang operasi dimana ada dua member yang kini tengah bertaruh nyawa disana.
"Lukaku tidak seberapa, Hyung. Tapi yang lainnya.. Hyung.. hiks.. Hyung."
Tangis Jake tumpah ruah, mencengkram kerah kemeja Sejin yang duduk bersimpuh didepan Jake yang duduk dikursi tunggu.
"Hyung.. ini semua karnaku hiks.. harusnya aku tidak merengek pada mereka hiks-"
"Jae.."
Sejin kembali menarik tubuh Jake kedalam pelukannya, menepuk-nepuk punggung rapuh tersebut yang kini semakin mengeraskan tangisannya, seraya terus menyalahkan dirinya.
Sejin memejamkan matanya, menahan tangisnya sambil terus memanjat doa untuk keselamatan keenam member Blockbuster yang saat ini tak sadarkan diri dan bertaruh nyawa akibat kecelakaan beruntun yang terjadi beberapa jam yang lalu.📸📸📸
Pandangan Jake begitu kosong, namun air matanya tak kunjung berhenti keluar dari pelupuk matanya.
Disebelah kanan dan kirinya ada Wonjae dan Sejin yang terus menerus menggenggam erat tangannya yang mendingin.Bahkan saat satu persatu keluarga para member datang, memeluk dirinya ia tak juga bersuara.
Sementara keluarganya masih di brisbane menunggu penerbangan cepat ke korea, saat mendengar kabar dan berita yang beredar tentang kecelakaan yang dialami oleh Boy grup BlockBusters yang namanya saat ini sedang berada diatas.Brangkar pertama keluar, Jake segera beranjak menatap brangkar dengan tubuh kaku Sunoo. Yang wajahnya terlihat begitu damai seperti orang tertidur dengan senyum tipisnya.
"Sunoo~ya.." lirih Jake begitu lemah.
Wonjae dan Sejin membuang pandangannya, berusaha menahan tangisnya walau hatinya begitu sesak melihat tubuh Sunoo yang perlahan ditutup oleh kain.
Bahkan suara tangisan kepedihan Ibu dan Kakak Sunoo semakin membuat perasaannya tak karuan.Kepala Jake menoleh saat brankar lain didorong, tangannya digenggam erat oleh Sejin, seakan mengirim sinyal untuk tetap berdiri kuat.
Penutup kain dibuka, Jake menahan nafasnya saat melihat beberapa luka baret di pipi kiri Jungwon.
Namun bibir tersebut mengulas senyum bahkan disaat terakhirnya.
Ibu Jungwon menangis dalam diam, namun beberapa detik setelahnya ia tak sadarkan diri karna terlalu shock."Jungwon.. hiks.."
"Jung-won.." panggilnya sekali lagi berharap Jungwon saat ini membuka matanya dan mengatakan kalau semua ini bagian dari pranknya saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance
Fanfiction"kenapa kalian menatapku seperti itu?" "seperti itu bagaimana?" tanya Heeseung dengan sebelah alis terangkat keatas. raut wajahnya memang terlihat tenang, namun siapa sangka sebuah senyum miring tercetak samar dibelah bibirnya. "jadi.. Hyung menyuka...