1.9

8.3K 620 88
                                    

"Jake itu tidak lucu sama sekali." Omel Jay dengan raut wajah yang benar-benar kusut.

Benar-benar lelah secara mental dan fisik, ia baru saja kembali dari paris bersama Niki.
Baru saja memasuki mobil van ia sudah mendapat kabar jika Jake tiba-tiba saja collapse.

Yang lainnya menunggu diluar, wajah Jungwon sudah sembab karna terlalu banyak menangis.
Bahkan Sunghoon yang jarang menangis, menangis begitu hebat hingga penampilan nya terlihat sangat kacau.

Sunoo yang seharusnya syuting penuh di acara reality show terpaksa menghentikan syuting dan hanya tampil setengah acara.
Heeseung ditemani Wonjae yang hendak pergi ke Paju untuk pengambilan gambar majalah, harus meminta maaf karna mengganti jadwal secara tiba-tiba dan rela membayar denda jika pihak mereka meminta penggantian kerugian.

"Jangan seperti itu lagi, mengerti.
Jika mimpimu terlalu buruk kau hanya perlu melawannya dan harusnya kau terbangun."

Jay menjatuhkan kepalanya diatas genggaman tangannya dengan tangan Jake.
Tubuhnya memang terlihat lebih kekar, namun Jay tetaplah Jay orang yang begitu perasa.
Bahu tegap itu menurun dan perlahan bergetar menahan tangis.

"Jake.. kumohon bangun, aku membutuhkanmu.
Yang lainnya pun begitu."

Sejin menepuk bahu Jay, mengusapnya pelan seraya menatap Jake yang masih terus terpejam, namun ia sadari jika pelupuk mata itu mengalirkan air mata.

"Mimpi apa yang kau alami sekarang Jae, apa disana begitu indah sampai kau enggan membuka matamu.
Atau disana begitu buruk hingga kau terus menerus menangis seperti ini." Ujar Sejin yang dibenarkan oleh Jay.

"Jake.. aku janji jika kau bangun saat ini, aku akan menuruti semua keinginanmu."

Tak ada respon berarti, hanya suara alat EKG yang memenuhi ruangan tersebut.

"Jake.. kumohon."

📸📸📸

"Hyung, ayo bangun..
Tak ada yang mau menemaniku pergi bermain diluar atau menemaniku sekedar makan atau berbelanja." Adu Niki seraya mengusap lembut pucuk kepala Jake.

Bahkan sudah hampir satu bulan rambut itu tak dikeramas, namun tetap terasa lembut dan wangi.

"Hyung kau tau? Tinggiku bertambah dua centi..
Sepertinya aku harus berhenti mengonsumsi tenten, kalau tidak tinggiku bisa-bisa mencapai dua meter." Tambah Niki diakhiri dengan tawa miris.

"Hyung ayo bangun, temani aku ke tempat pelatihan baseball.
Atau kita pergi memancing seperti yang Hyung selalu inginkan.
Aku janji tidak akan banyak mengeluh dan akan dengan sabar sampai kail pancingku tergigit ikan.
Ah satu lagi, aku janji tidak akan mengejekmu jika Hyung kalah bermain game, aku akan mengalah supaya Hyung menang.
Jadi.. kumohon tolong bangun, aku mohon dengan sangat Hyung."

Niki menghela nafasnya, memejamkan matanya lantas mengusap kasar wajahnya.
Benar-benar begitu frustasi melihat keadaan Jake saat ini.
Bahkan maniknya kini sudah memerah lantaran menahan tangis.

"Hyung tau.. Sejin Hyung kembali mendatangi kuil, kali ini permintaannya berbeda.
Jika dulu permintaannya adalah ingin kau berperilaku baik dan lebih rendah diri.
Kali ini Sejin Hyung meminta kau secepatnya bangun, hanya itu permintaannya.
Sampai kedua lututnya memar, bahkan mengeluhkan kram.
Hyung tidak kasihan dengan Sejin Hyung?"

Tak ada balasan berarti, Niki menundukkan kepalanya, membiarkan setetes air mata jatuh membasahi pipinya yang kemudian semakin ia tahan semakin mengalir deras.
Bahkan kini ia terisak begitu memilukan, benar-benar sudah merasa tak sanggup.

One More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang