Episode Ketiga

844 31 0
                                    

Aku mengambil sepedaku, baru mau ku naiki, Mega kulihat pamitan sama temannya.
Mega menghampiri ku.
Angga Tunggu

Iya Kenapa?
Aku mau ajak ke rumahku.
Sepedaku boncengannya gak ada nih.
Jalan aja, sepedanya di pegang.
Ohh.. Rumah mu jauh.
Dekat kok. Itu atap merah, liat gak.
Iya. Itu rumah mu.?
Iya. Aku disitu

Dari kejauhan, atapnya sudah nampak. Mungkin rumahnya dua lantai atau lebih, karna atap itu keliatan tinggi.
Mega berperawakan cantik, toket kayak kates dan bokongnya gede.
Kulit putih, rambut agak ke kuning kuningan. Hidung mancung, wajah mirip2 dengan wajah orang turkey. Begitulah kira2.
Om togel aja sangat suka memandangi bokong dan toketnya.

Ayo sini. Sepedanya simpan disitu aja.
Itu anjingmu?
Iya kenapa?
Gak usah ya, lain kali aja.
Kenapa, gak ggigit kok.
Sebenarnya aku trauma sama anjing, waktu SD dulu aku di gigit anjing. Dan sampe sekarang, masih takut dekat anjing. Mana lagi. anjingnya, anjing pelacak, setinggi pinggang dan besar. Bisa mati aku kalo di gigit anjing ini.
Tapi berkat gigitan anjing aku jadi mental sama ciwi2.

Rumah mega Sangat Mewah, halaman luas, dua mobil parkir depan rumah, ada motor 2 dan 2 sepeda gunung.
Di depan ada kolam ikan hias.

Aku gak usah masuk, aku antar kamu sampe sini aja.
Gapapa, masuk dulu.
Pakeanku kotor, gak enak aku.
Santai aja. Gapapa.

Aku terpaksa masuk, Subhanallah luar biasa rumahnya. Lantai terasnya aja sudah mengkilap, gimana dalamnya.
Oh iya Rumahnya ini ada 3 lantai.

Papi...
Mami...
Teriak mega
Iya sayang. Terdengar suara perempuan.
Aku masih berdiri pandangan ku fokus di dalam. Semuanya memgkilap, lukisan di tembok,. Photo yang di bingkai. Ntah berapa ukurannya. Ada photo keluarga,
tapi heranku cuma mega sendiri di tengah2 papi maminya. Tak ada lagi photo cewek atau cowok lainnya.

Ayah dan ibunya menghampiriku. Juga ada kakek, belum terlalu tua mungkin usianya baru 50an, kelihatan, cuma rambut sudah hampir putih semua.
Keluarga mega tampan dan cantik. Keluarga yang sempurna buatku.

Baru kali ini Anak ku bawa cowok ke Rumah... Kata papinya
Iya Pi.. Kata maminya
Papi, mami kenalin ini cowokku. Mega merangkul tanganku.
Aku mau bilang bukan pacarnya,
tapi mega beri kode di tanganku.
Agar aku diam saja.
Maminya menarik mega, dia bicara pelan pake bahasa kutai tapi sedikit bisa ku artikan. "ganteng sih tapi kamu gak salah milih.
Liat pakeannya".

Papinya menjabat tanganku, tapi sebelumnya tanganku
ku lap di baju dulu.
Aku Angga om, tante.
Tangan papinya masih memegang tanganku. Aku jadi gugup, kalo papinya panggil anjingnya matilah aku.

Ayo duduk dek. Kata papinya.
Gak usah om, bajuku basah dan kotor, ntar kursi om basah dan kotor. Sengaja kubilang begitu
agar maminya dengar.
Nggak apa-apa. Ayo duduk.
Kata papinya lagi
Kakek  itu datang. Saya Opa nya mega.
Ingin menjabat tanganku.
Kujabat lalu ku cium tangan opanya.
Namaku Angga, Opa.

Opa sehat2 saja?
Alhamdulillah.
Masih kuat makan nak.
Alhamdulillah. Kataku
Duduk nak kata opa.
Sementara papinya tidak melepas aku dari pandangannya.

Aku terdiam, seperti gemetar tubuhku.
Duduk di sofa empuk,
menginjak kan kaki di lantai berbahan Marmer.

Adek asli sini.
Opa membuka percakapan.
Bukan opa.
Saya cuma pendatang disini.
Dari Sulawesi.
Disini sama siapa,
potong papi nya mega.
Ikut kakak om,
aku berbicara santun.
Ku jaga sikapku.
Kakakmu ada disini,
Daerah mana?
Aku angkat jari jempol ku bantu tangan kiri menunjuk ke arah gunung belah.
Rumah kakakku disitu om,
di Gang Amanah.
Ohh kakak mu sudah berkeluarga?
Iya om, kakak yang perempuan sudah bersuami disini, Om
Kamu berdua atau masih ada keluarga lain.
Aku angkat jempol lagi.
Dekat Tepian mahakam ada tanteku disitu om.
Kalo kakak ku yang lain.
Ada di kutai barat, ada di jalan penjaitan dekat masjid agung om. Kalo yang satu tinggal di rumah kakak ku juga.
Kamu berempat?
Iya om.

R A N T A UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang