Suasana Baru

131 9 1
                                    

........
........
........

Suasana di Kutai Barat, tepatnya di Desa Barongtongkok.

Aku ikut kerja di bengkel tempat abangku kerja.
Karena tamatan SMK, Otomatis aku juga bisa servis dan sedikit faham tentang mesin.

Bos abangku suku jawa.
Jawa Timur yaitu Jombang, bos abangku namanya Bos Iwan dan istrinya namanya ida.

Bos iwan kerja di Kantor DEPAG dan istrinya Honor di kantor Dinas Pertanian. Dia memiliki 2 anak cowok,. Anak pertama namanya Afif dan adiknya bernama Andika.

Jika afif memanggil ke adiknya dengan sebutan adek Dhika.
Sedang dhika memanggil abangnya dengan sebutan mas afif.

Bos iwan memiliki 3 karyawan di tambah aku yang bantu jadi 4.

Mekanik : Daeng Ali usia 45±
                  : Mas toton usia 32th
Tralis       : Ilham (abangku) usia 35th

Dan saat ini usiaku 19th, orang2 mengatakan kalo aku tampan. Putih, plus menggoda iman kaum hawa

Aku datang kesini hanya fokus kerja dan mencari pengalaman.

Kedua anggota bos iwan tak ada yang masuk kriteria ku.
Daeng ali meskipun sudah tua, tapi malas bersih2kan dirinya.
Sementara toton bagiku masih muda belum tergolong kriteria ku.
Kecuali bos iwan, kulit sawo matang, kumis tebal, dan botak seksi.
Tidak mungkin aku memacari bosku.

Setelah perkenalan satu persatu, aku di suruh istrahat. Karena pasti capek dalam perjalanan.
Perjalanan kami tempuh 12 jam dari Kutai Kartanegara ke Kutai Barat. Menggunakan motor Honda Supra.

Kutai Barat tergolong Kabupaten yang masih tahap pembangunan, karena pecahan dari Kabupaten Kutai Kartanegara.

Tempat mereka tidur rumah tanpa bilik, yang berukuran 5X10.
Ada dapur berukuran 3x3.
Kamar mandi dan wc tersedia juga.
Hanya saja kalo ganti pakaian, terkadang mereka ganti di rumah yang tanpa bilik. Aku sering melihat telanjang hanya mengenakan sempak saja.

Sedangkan aku tidak terbiasa ganti pakaian di depan orang yang belum ku kenal. Meskipun aku sudah pernah sering bugil di depan om calvin, dan ipar ku.
Aku pake pakaian menggunakan sarung.
Tp dengan mereka, masih malu2.
Dengan abang ku aja aku malu apalagi dengan mereka.
.
.
.
.
.
.

Bengkel disini hanya melayani kendaraan roda empat, dan tralis. Seperti pagar, pengaman pintu dan jendela.

Meskipun hanya bengkel mobil, namun bengkel itu sering rame. Karena mekaniknya handal.

Abangku juga biasa servis mobil kalo tak ada kerjaan, abangku bisa dibilang handal juga.
Karena abangku tamat di Sekolah Teknik Mesin (atau biasa disebut STM).

Karena pesanan pengaman pintu, jendela dan ventilasi mulai padat, aku bantu abang ku. Bengkok kan besi merangkai sesuai pesanan. sedang abang ku nge las.

Waktu berlalu begitu cepat hingga tak terasa, aku kerja sudah sebulan

Penghasilan abangku bulan ini, alhamdulillah bertambah 3x lipat.
Upah abang ku tak dibatasi, berapapun abangku dapat, bos iwan membagi 3. Tidak seperti mekanik, gajinya perbulan.

Abangku bisa las listrik atau karbit.
Makanya penghasilan abangku lebih banyak dibanding mereka.

Setelah sebulan kerja, baru x ini aku merasa bahagia karena bisa menghasilkan uang yang halal.

Ingin rasanya segera ke kantor pos mengirimkan ke ibu ku.

Hari minggu kami libur, jadi bisa bersantai2.
Abangku akhirnya membeli handphone, meskipun komuniketer tapi itu sudah keren. Pada masanya

Komuniketer aku singkat dari kata komunikasi dan senter. Hehehe...

Sedangkan di kampung, baru 1 sepupu yang beli. Hp nokia yang punya anten gitu.

Gajiku belum ku tabung karena, yang ku utamakan adalah orang tua dikampung.

...
Musim duren tiba

Kak...
Iya dek.. Kenapa
Nyari duren yok..
Dimana, sama siapa.
Disitu di bawah gunung.
Nggak takut...
Takut, aku panggil mas afif.
Hmm iya,.

Mas... Mas....
Huh... Huh....
Kenapa lari2...
Aku ajak kak ryan nyari duren, mas mau ikut.
Iya dek, aku ikut.

Ayo mas.
Kak ryan mana..
Di belakang.
Bentar dek, aku tanya ibu dulu.
Iya mas, aku tunggu di belakang.
Ho'oh.

Mas afif kemana dek.
Ada, izin sama ibu.
Ohh... Aku sikat gigi dulu.
Iya kak.

Mau kemana dek..
Nyari duren
Dibawa bukit?
Iya, kak ilham mau ikut.?
Gak...

Mas afif gak ikut kah,.
Ikut, kak.
Kak ilham mau kemana!?
Ini mas toton ngajak ke melak, jalan2 katanya.
Oh... Hati2 kak.
Iya dek, kamu juga hati2. Bawa parang kalo ke bawa bukit.
Yaa tidak ada parang.
Ini, kasi liat Ryan nanti.
Oh iya kak.

..

Gimana, ibu izinin.
Iya dek. Yang penting jangan lama katanya. Kak ryan mana.
Halo mas afif...
Widihh kakak mau nyari duren aja pake dandan.
Cuci muka aja, mas afif.

Ayo ah... Keburu siang, ntar tidak kebagian.
Iya kak, sering di cari orang juga. Kata dhika.
Emang pohon duren milik siapa, kenapa ada yang nyari. Bukannya milik ayahmu.
Bukan kak. Gak tau milik siapa,. Kata afif

Kamipun bertiga pergi menulusuri semak belukar, karena posisi di atas, kamipun hati2. Jangan sampe jatuh kejurang. Karena pohon duren tepat dibawa kaki gunung.

Sekitar 20 menitan kamipun sampe.
Kami berpencar mencari sumber aroma duren.

Asyik... Aku dapat kak. *Dhika.
Aku juga tapi ada bolongnya. Abang dapatkah.. Kata afif
Iya dek, ini ada 2, tapi ada bolongnya mungkin tupai yang makan.
Iya bang. Kata dhika

..

Duren kami kumpul ternyata banyak dapat 13 buah.
Aku membersihkan semak2 dulu, agar kami bisa bersantai disitu sambil menikmati buah Duren.

Bang, belah dong. Gak tahan nih.  Kata dhika
Iya bang, ngiler aku. Cium baunya.
Iya adek2 ganteng.. Sabar ya..

...
Hmm enak sekali mas afif,.
Iya dek.. Beda sekali dengan rasa buah Lai.
Buah lai itu apa.?
Itu loh bang, yg kayak duren tapi warnanya kuning dan isinya warna orens gitu. (dhika menjelaskan)
Iya rasanya gak seenak duren hutan. Kata afif.

Abang mau kemana, jangan tinggalkan kami. *afif
Mau kesitu, kebelet nih. Dari tadi tahan kencing.
Oh kirain *dhika
Tunggu bang aku juga mau kencing.
Aku takut sendiri dsni. Kata dhika
Disitu aja, dekat kok.

Aku pun kencing berdiri, karena pelerku hidup kalo pengen kencing, sedikit aja ku keluarkan.
Tiba-tiba afif kencing juga di sampingku.
Udah sunat dek.
Udah bang, abang sendiri.
Udah dong, masa segede gini belum sunat.

Afif melirik pelerku

Dek dhika.
Iya mas kenapa,.
Coba sini liat titit abang ryan.
Karena aku tak tau apa itu titit aku cuek aja.
Haahhh.... Gede sekali titit abang.

Karena penasaran titit itu apa, aku menoleh dan tak sadar pelerku ku keluarkan semua.
Afif dan dhika merasa heran.

Ku sapuh wajahnya afif.
Hehh kalian kenapa.
Titit abang kok bisa besar sekali.
Titit itu apa, aku merasa heran.
Ini bang, namanya titit (sambil menyentuh pelerku).
Ih kok adek sentuh. *afif
Hehe... Siapa tau titit abang palsu.

Hahahaha kalian ada2 saja.
Kok bisa segede itu bang.
Pulang yuk.. Banyak nyamuk. Kataku
Ih abang malah ganti topik. Padahal mas afif tanya.

Suatu hari ku jelasin. Udah kenyang kan...
Iya bang. Kata afif.

Kamipun pulang dan menemukan jalan, tempat orang2 menjerat landak.
Mereka saling bisik tentang pelerku.
Aku hanya senyum2 melihat tingkah 2 bocil.

..

Tiap sesudah shalat subuh, kami pergi cari duren. Kedua bocil doyan duren.
Sejujurnya kalo mau dibandingkan, duren sini dengan durenku di kampung. Duren disini tak ada apa2nya.

Karena duren hutan buahnya kecil dan isinya tipis.

R A N T A UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang