Akankah semua akan terulang?

3 1 0
                                    

Hampir satu bulan lamanya Hesley berada di Italia. Sejenak ia kembali disibukkan oleh pekerjaan kantor. Tidak ada paksaan, murni atas kemauannya sendiri. Sangat membosankan baginya tapi mau bagaimana lagi, selain pergi ke tempat fitnes dan memasak tidak ada hal lain.

“Kau yakin akan kembali ke Perancis besok?” celetuk Leon dari belakang. Sejak lima belas menit yang lalu ia perhatikan Hesley yang sibuk menghitung dan merapikan barangnya ke dalam koper.

“Lavender telah dipanen cukup lama. Sudah waktunya mengurus ladang lagi sebelum musim salju datang,” jawab Hesley tanpa menoleh ke arah Leon.

“Aku hanya ingin kau ada di sampingku setiap saat,” ucap Leon sambil memeluk Hesley dari belakang.
Mendaratkan dagu di pundak wanita itu.
Mengangkat satu tangan mengusap lembut wajah Leon yang terasa sedikit kasar karena bakal janggut yang belum sempat pria itu cukur.

“Carilah wanita yang benar dan nikahi dia. Tidak bosankah hidup sendiri, usiamu juga sudah matang,” ucap Hesley lembut.

“Kenapa kau malah membahas pernikahan? Ayolah, aku masih muda. Kau dan Reyna sudah lebih dari cukup,” Leon tampak frustasi. Ia sangat sensitif jika mengenai perihal ‘pendamping dan pernikahan’.

“Cepatlah istirahat. Aku keluar,” ucap leon datar.

“Kau marah?” teriak Hesley sambil menelengkan kepala melihat keluar pintu kamar yg terbuka lebar.

“Iya!” teriak Leon. Suaranya mengecil karena jarak sedikit jauh.

“Aku ingin makan pizza!” teriak Hesley.

Kali ini tidak ada sahutan. Hanya rasa dingin dari penyejuk ruangan.
Hesley menjulurkan kepala semampu lehernya menjulur untuk melihat di luar kamar yang tidak ada sahutan. Mengangkat bahu cuek dan kembali meneliti semua barang miliknya agar tidak tertinggal.

Bersandar pada kepala ranjang sambil memangku laptop, juga kedua telinga yang disumbat earphone,Hesley berlayar pada data kantor. Sebelum meninggalkan negara ini dan kembali menjadi petani, ia memastikan tidak ada data atau laporan yang bocor. Ia pastikan semua berjalan sesuai pada jalurnya.

“Pizza pesananmu, Nona....” seru Leon di samping telinga Hesley yang telah ia buka.

Sontak Hesley memekik tersentak kaget hingga melempar laptop. Untung saja tidak sampai jatuh.

“Leon! Jantungku hampir lepas, astaga!” bentak Hesley sambil memegang dadanya sendiri.

“Belum lepas. Sejak tadi aku mengetuk pintu berkali-kali tapi tidak ada jawaban. Jadi, aku masuk saja,” kata Leon santai. Memasangkan kembali earphone yang sempat ia ambil dari telinga sebelah Hesley.

“Mau tidak? Kalau tidak mau, aku makan sendiri,”

“Makan saja! Habiskan!” teriak Hesley.

“Ya,sudah.” Leon beranjak keluar. Tapi langkahnya terhenti mendengar Hesley menggerutu.

“Mau makan sendiri saja berlagak menawarkan pada orang lain,” imbuh Hesley dengan suara pelan pun menggerutu.

Leon berbalik. Membuang nafas pelan sambil menatap Hesley yang bermuka masam. Ia dekati wanita itu yang langsung membuang muka ke samping.

“Aku membeli untukmu, tersenyum lalu makanlah,” tutur Leon lembut sambil mengusap sebelah pipi Hesley.

“Kau juga harus makan. Porsi itu terlalu besar untuk sejengkal perutku,”

Leon tersenyum lembut lalu membuka kotak pizza itu. Di dunia ini tidak ada yang lebih berharga dalam hidupnya selain Hesley. Jangan bertanya seberapa besar atau luas kasih sayangnya, luas samudera tak akan bisa mengartikan rasa sayangnya kepada wanita yang sedang menikmati pizza di depannya ini.
**

“Aku akan segera mengunjungimu secepatnya,” ucap Leon sambil memeluk erat Hesley.

“Jangan terlalu khawatir, aku ini sudah dewasa. Bisa jaga diri sendiri,”

“Diamlah. Cukup dengarkan saja, jangan membantah,”

Hesley mendorong dada Leon hingga ia bisa menatap wajah pria itu.

“Apa-apaan kau ini. Menangis di depan banyak orang,” ucap Hesley setelah melihat dengan benar Leon menjatuhkan bulir bening.

Leon mendorong jidat Hesley ke belakang menggunakan telunjuk. Ia sedang sedih karena akan jauh lagi dari Hesley, sedangkan wanita itu tampak biasa saja.

“Kau tahu aku dimana dan tempat mana aku berada. Terima kasih untuk semuanya, jika kau tidak ada pekerjaan berkunjunglah,” titur Hesley lembut. Ia bingkai wajah tegas Leon.

Hesley kembali ke Perancis menggunakan jet pribadi milik Leon. Jika ditanya bagaimana perasaannya saat ini, tentu sedikit aneh. Entahlah, sejak Shane berdiri di depannya dunianya hidupnya menjadi gelisah. Ia kembali pun karena mendapat kabar Reyna jika Shane telah kembali pulang setelah lavender dipanen.

Menghirup dalam-dalam udara kota yang telah membuatnya jatuh cinta. Terasa segar dan tentu menenangkan. Membuka kelopak mata perlahan lalu segera membuka pagar, bibirnya terus melengkung ke atas.

“Penuh sekali ranjangku,” gumam Hesley begitu masuk ke dalam kamarnya yang penuh bingkisan. Ia putari ranjang besar miliknya itu. Tumpukkan bingkisan memenuhi ranjang.

“Pria tidak waras itu yang mengirimkan,” seru Reyna dari belakang.

“Harusnya langsung kau buang saja, untuk apa ditampung.” Sinis Hesley menatap tumpukkan bingkisan yang cukup tinggi.

“Aku tidak tahu tentang masalah kalian berdua. Tapi aku melihat dia menyimpan penyesalan kepadamu, Sley,”

“Aku pulang dulu, kau istirahatlah.” Imbuh Reyna lalu meninggalkan rumah Hesley.

Di tempat lain,

Berteman gelapnya malam dan sebotol minuman, Shane merebahkan tubuh di atas lantai rooftop. Berbantal lengannya sendiri ia lemparkan jauh ke luasnya langit hitam berhias bintang. Sendu kosong tatapan kedua bola matanya.

"Kau masih sama. Ah, tidak. Kau jauh lebih cantik dari terakhir kita bertemu," Shane berbicara sendiri.

Tertawa sendiri. Tapi kedua sudut mata mengalirkan cairan bening. Di luar kesadarannya, ia luapkan di tempat ini. Pengaruh alkhohol sedikit mengurangi sesak yang ia pendam, sesak yang sulit ia ungkapkan.

"Akankah semua bisa terulang, Sley?" Tanyanya sendiri lalu menangis.

Di jarak yang tidak terlalu jauh, ada Zil yang melihatnya iba. Sungguh, ia tidak tahu apa yang terjadi pada temannya itu. Semua bermula saat bertemu wanita penjual bunga. Hidup Shane berubah, sering marah tidak jelas. Setiap malam menangis sendiri di tempat kesunyian, konsumsi minuman alkhohol berlebihan. Hal ini sangat langka karena Shane adalah pria yang menjaga kesehatan tubuh.

The Flower GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang