Menyibak sedikit tirai putih yang menutupi jendela kaca. Ia pandangi Shane yang berjalan gontai meninggalkan halaman rumahnya. Bahu tegap itu terlihat jatuh dengan kepala menunduk lesu. Meremas pelan dress yang ia kenakan. Rasa bersalah dan simpati mendadak muncul dari dalam diri Hesley. Ia beralih masuk kembali menghampiri nampan yang tergeletak.
“Aku masih kesal denganmu. Kau dengar!” maki Hesley pada kepiting tak bernyawa itu.
“Tapi, aku juga bahagia bisa melihatnya kembali,” lanjutnya. Masih bicara dengan kepiting itu.
Tersenyum singkat lalu mulai menyantap hidangan yang diberikan Shane. Bau maupun cita rasa sama denganbyang ada di italia tempat Leon makan tadi. Senyumnya kian mengembang. Entah ini karena ia mendapatkan apa yang diinginkan atau si pembuat makanan lezat ini. Tapi yang jelas hati dan moodnya membaik.
“Apa dia menolak?” todong Zil yang sedari tadi menunggu di teras.“Tidak tahu,” jawabnya lemah. Berjalan gontai melewati Zil. Masuk tanpa ada semangat pada pria itu.
Zil tampak menebak sejenak. Lalu ikut masuk untuk bertanya lebih lanjut.“Boleh aku bertanya?” seru Zil mantap.
“Hm,” singkat Shane menjawab.
“Kau, mengenal dia? Atau kau sedang mengambil hatinya?” ucapnya. Ia duduk di kursi pantri sambil menatap kemanapun Shane bergerak.
“Lebih dari mengenal,” jawabnya dengan nada murung.
“Maksudmu? Kau pernah datang ke sini dan pernah menjalin hubungan dengannya?” semakin kepo Zil dengan ucapan Shane yang sengaja di potong dan terlalu abu-abu.
Shane menghela nafas pelan. Ia lepas celemek yang sedari tadi melekat pada tubuh indahnya. Ia lempar ke bakul kotor lalu mengambil botol minuman dingin dari kulkas dan membawa ke meja pantri. Duduk berdampingan dengan temannya itu.
“waktu kecil aku sering ikut pulang pengasuhku. Halamannya luas dan terbuka. Setiap sore akan ada banyak anak kecil seusiaku. Aku tidak pernah diperbolehkan bergaul dengan anak lain, bahkan saat itu aku hanya duduk di bangku saja.”
Bibir pria itu melengkung ke atas, “satu gadis kecil menghampiri dan memberiku satu apel.”
Flasback
“Siapa namamu?” Tanya salah satu anak perempuan yang tiba-tiba menghampiri dan duduk di samping.
“Shane.”
“Siapa namamu?”
“Hesley.”
“Senang bertemu denganmu,”
“ikutlah bermain dengan mereka! Mereka takut ingin mengajakmu karena kau anak orang kaya,” ungkapnya tanpa mengalihkan pandangan pada buku yaɓng sedang dipegang.
“Kau tidak ikut bermain dengan mereka?” tanya Shane lalu menggigit apel yang Hesley berikan.
Menutup bukunya kasar lalu Hesley menatap tajam pada Shane sehingga Shane kecil cukup dibuat ngeri.
“Leon melarangku.” Setelah mengatakan hal itu, ia membuka kembali halaman terakhir bukunya.
**“Sejak saat itu, aku dan Hesley semakin dekat. Dia selalu memberiku semangat. Dan hidupku semakin bergantung kepadanya,”
Menunduk lesu, “Semua berubah saat kita memasuki sekolah menengah. Kisah cinta yang sebenarnya aku sendiri tidak tahu apa itu cinta. Tapi aku gunakan untuk mengikat Hesley.”
“Lalu, sekarang kau mau apa?” tanya Zil. Meski belum pasti titik permasalahannya, tapi Zil cukup paham.
“Aku menginginkan dia kembali kepadaku,” ungkapnya.
“Shane, berjanjilah jika kau tidak akan memaksakan perasaan wanita itu untuk kembali padamu,” pinta Zil.
“Aku mencintanya. Bagaimana bisa kau menyuruhku untuk melepaskannya,” bantah Shane.
“Hubungan sehat, adalah hubungan tanpa paksaan. Hubungan yang dibangun oleh dua belah pihak yang menerima setiap kekurangan dari orang yang akan dijadikan pasangan. Jika memaksakan kehendakmu tanpa memberi ruang Hesley untuk memilih, itu kau egois.” Jelas Zil, memberi sedikit pengertian kepada sahabatnya.
“Lalu aku harus bagaimana?” Shane meminta pendapat. Ia letakkan kepala pada meja, detik selanjutnya punggung pria itu mulai bergejolak lalu disusul isakan. Ya, Shane menangis.
“Lakukan apa pun yang ingin kau lakukan. Lakukan jika itu kau anggap untuk menebus kesalahanmu di masa lampau. Tapi, kau harus selalu ingat. Apa pun yang kau lakukan, jangan pernah berpikir mendapat imbal balik. Lakukan sebagai penebus kesalahanmu,” peringat Zil.
“Sesulit apa pun jalannya, jika tuhan telah menggariskan untukmu maka dia akan tetap kembali kepadamu, Shane.” Imbuh Zil, lalu menepuk pelan bahu Shane yang masih menangis.
Di meja itu, Shane menceritakan semua yang terjadi antara dirinya dan Hesley tanpa terlewat sedikitpun. Setelah Hesley pergi darinya, barulah Zil ada. Meski pertemanan mereka sangat lama, tapi kisah Shane dan Hesley terjadi sebelum Zil menjadi teman dekatnya.
Jika Shane sedang berbagi cerita dengan Zil, berbeda dengan keadaan di kamar Hesley. Ranjang besar miliknya penuh dengan album foto saat masih remaja. Lebih tepatnya, album tentang dirinya dan Shane yang masih ia simpan rapat dan ia bawa ke tempat ini. Bohong, jika melupakan pria itu. Pada dasarnya hatinya masih terpaku erat pada Shane. Satu persatu ia buka kembali setiap lembar foto penuh kenangan .
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower Girl
RomanceKetika kamu kembali dipertemukan dengan cinta disaat hatimu telah lumpuh untuk merasakan rasa itu lagi. Memilih untuk meninggalkan negara tercinta lalu menetap di sebuah desa dan memutuskan mendirikan toko bunga serta mengolah lahan, justru memperte...