Toko yang biasanya buka jam delapan, hari ini buka sedikit lebih awal. Hesley tampak sibuk mengganti air dalam pot untuk menyegarkan bunga-bunga. Suasana hatinya membaik untuk pagi ini.
“Ekhm...” Reyna yang baru saja datang berpura-purq batuk.
“Selamat pagi,” ucap Hesley setelah tahu siapa yang datang.
“Sley, hari ini kau cantik.” Timpal Zil dari belakang.
“Aku mencium bau aneh di sini,” sindir Hesley. Bukannya menanggapi tapi Hesley berpura-pura mengendus sekitar.
“Pulang saja kau! Kau belum sehat!” seru Zil kesal sambil berkacak pinggang.
“Aku sudah sehat dan bugar,” sahut Hesley tidak terima.
“Pergilah! Nikmati harimu. Hari ini Shane sedang sibuk, aku jamin tidak akan mengganggu hari bahagiamu.”
“Benarkah?” memastikan sambil menyenggolkan bahunya ke lengan kekar Zil.
“Karenamu, pekerjaannya bertumpuk.” Ungkap Zil.
“Menyalahkanku. Bosmu sendiri yang mengusikku terlebih dahulu,” bantah Hesley sambil melangkah menuju laci tempat penyimpanan alat merangkai buket.
“Hei! Aku ingin bertanya kepadamu?”
“Katakan!” jawab Hesley sedikit berteriak karena ia mempersiapkan buket bunga di sudut belakang.
“Apa kau menyukai bosku?” tanya Zil.
“Tidak.” Sahutnya cepat.
“Kenapa? Dia tampan. Juga, mapan.” Zil menggoda.
“Tidak peduli.” Hesley menyahut dengan enteng tanpa beban.
“Tapi, jika bosku menyukaimu?” masih pantang menyerah.
“Suruh dia melupakanku,” jawab Hesley sambil menepuk dada Zil pelan sebelum meninggalkan toko.
Zil mengerjap beberapa kali. Jawaban di luar otaknya. Santai tanpa beban, juga tanpa pikir panjang setiap jawaban. Ia sangat yakin dengan wanita seperti ini, galak dan susah ditaklukkan. Tamat riwayat kisahmu, Shane.
“Selamat berjuang, teman.” Ujar Zil dalam hati.
Menyusuri setiap gang kecil yang membelah desa. Sesekali melambaikan tangan pada setiap orang desa yang berpapasan dengannya.
Tak lama, ia sampai di pondok yang berada di ujung desa. Di samping pondok itu terdapat dua pohon apel, satu pohon lemon, kedua jenis pohon itu boleh dipetik oleh siapa pun. Seperti halnya sekarang, Hesley sengaja mendatangi tempat ini karena ingin mengambil beberapa apel dan lemon.
Sambil mengunyah apel, Hesley duduk menghadap ladang luas yang sebagian telah dipanen. Menjatuhkan kaki ke bawah dan ia ayun-ayunkan pelan. Di dalam otaknya masih berputar-putar tentang Shane. Pria yang dengan kurang ajar kembali ke dalam hidupnya.
Jujur, saat ini ia tidak memikirkan apa pun tentang pria itu. Meski jauh di dalam hatinya masih menyimpan rasa pada Shane, tapi tidak sedikitpun ia berpikir tentang apa yang terjadi besok dan selanjutnya. Dirinya masih kosong dan hanya ingin melakukan aktifitas hingga menjelang malam.
**
“Shane. Kau mau kemana?” tanya Zil. Sedikit terbelalak melihat teman sekaligus bosnya itu berjalan santai dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.
Mengangkat kantong plastik tinggi tepat di depan wajah Zil. Masih panas dan aroma yang begitu lezat masum ke lubang hidung Zil.
“Untukku?” tanya Zil cepat dengan bobir melengkung ke atas.
Shane menumbuk bahu Zil cukup kuat, “Asisten tak berguna. Aku kerja sampai otakku meledak, kau asik membual dengan para wanita.”
“Bukankah kau yang tidak membutuhkan diriku?” Zil mengingatkan.
“Tidak membutuhkan bukan berarti kau pergi seenak pantat,” kembali Shane memukul bahu Zil.
“Aku tidak sengaja melihat Reyna lewat depan rumah. Jadi, ya aku menemani dia,” Zil membela diri.
“Setelah ini kau mau pulang?” tanya Zil segera.
“Entah. Ke rumah Sley, sepertinya,” jawab Shane menimbang.
“Jangan!” cegah Zil cepat.
“Kenapa?” tanya Shane dengan menyipitkan kedua mata pada Zil.
Sambil menggaruk tengguk yang tidak gatal, “Lebih baik kau pulang saja dan menyelesaikan pekerjaanmu segera,” jawabnya cepat.
“Aku bos atau kau bos?”
“Pulang dan selesaikan semua file yang ada, Shane” bujuk Zil lagi.
“Mengapa kau mengaturku? Kau seperti tidak waras.
“Aduhh bagaiman ini,” Zil terlihat frustasi mengacak rambutnya sendiri.
“Kau aneh.” Setelah mengatakan itu, Shane pergi dari hadapan Zil.
“Shane! Astaga,” Zil mengejar.
“Tolong jangan temui Hesley hari ini. Aku terlanjur mengatakan jika kau sibuk dengan pekerjaanmu dan menyuruhnya menikmati hari tanpa gangguan darimu,” ungkapnya.
Shane menaikkan sebelah alis. “Kalau begitu, aku akan menemuinya dan dia akan memarahimu karena kau berbohong,”
“Ayolah, Shane,” Zil memelas. Tapi Shane acuh.
Melenggang pria itu dari hadapan Zil. Pria nyaris sempurna. Bersiul merdu seolah bunyi yang ditimbulkan sedang mengejek Zil yang masih berdiri di tempat.
Tidaklah sulit menemukan wanita itu sekalipun berada di tempat yang belum pernah ia tahu. Hanya bertanya pada warga lokal saja, mereka akan memberitahu semua tempat yang selalu dikunjungi wanita itu.
Dari jarak dua puluh meter, Shane telah sampai di dekat pondok yang Hesley gunakan untuk bersantai. Shane sengaja memperhatian dari balik pohon besar. Ia ingin melihat apa yang sedang wanita itu lakukan di tempat yang cukup sepi. Bibirnya melengkung ke atas, wanita itu selalu membawa buku bacaannya kemana pun dia pergi.
“Maaf telah membuatmu sangat terpuruk,” ucap Shane setelah berada di samping Hesley.
Ia pun ikut duduk dengan kaki di gantung ke bawah. Menatap lurus pada luasnya ladang.
“Itu sudah berlalu,” sahut Hesley tanpa melihat Shane. Tatapannya tetap fokus pada apa yang dibaca.
“Aku ingin berdamai denganmu,” ungkapnya.
“Berdamai tentang apa. Tidak ada yang perlu di damaikan. Antara kau dan aku hanya salah paham,” sahutnya lagi dan dengan posisi sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower Girl
RomanceKetika kamu kembali dipertemukan dengan cinta disaat hatimu telah lumpuh untuk merasakan rasa itu lagi. Memilih untuk meninggalkan negara tercinta lalu menetap di sebuah desa dan memutuskan mendirikan toko bunga serta mengolah lahan, justru memperte...