Melepas tangan yang melingkar pada tubuhnya lalu segera masuk ke dalam kamar. Sungguh, ia hanya ingin berendam untuk waktu yang cukup lama. Jangankan bersuara, melihat Shane saja harus menguatkan jiwa dan mental. Bohong, jika dirinya tidak merasakan reaksi apa-apa. Pada kenyataannya, dirinya tidak cukup untuk menerima segala hal yang masih berhubungan dengan Shane. Berdiri dan bertahan disini karena dirinya tidak ingin lagi menghindar dari bayang hubungan yang dianggap Shane belum selesai.
“Sayang, aku membawakan yang kau minta,” ucap Shane sembari masuk ke dalam kamar Hesley dengan membawa paperbag.
“Terima kasih. Letakkan di meja dan silahkan keluar! Aku ingin membersihkan tubuh,” ucap Hesley sopan. Layaknya penghormatan kepada tuan rumah.
“Baiklah. Kau mau teh mint atau susu? Aku akan membuatkan untukmu,” tawar Shane lembut.
“Tidak. Tubuhmu butuh istirahat setelah seharian bekerja,” tolak Hesley. Tanpa menatap Shane, ia sibuk mencari baju nyaman.
“Aku tidak lelah. Ayo, katakan mau apa?” deaak Shane.
“Aku ingin segera tidur,” jawabnya datar tanpa ekspresi.
“Em. Oke.” Shane keluar dengan menutup pintu kamar. Hesley segera mengunci rapat.
Masih di depan pintu kamar Hesley, Shane berdiri memejamkan kedua mata agar tidak menjatuhkan air mata. Sesak yang dirasakan saat wanita yang dicintai menganggap seperti orang asing.
Berjalan sedikit sempoyongan meninggalkan kamar Hesley. Tidak ke kamar pribadinya, ia melangkah ke ruang tengah. Satu botol beer ia ambil dan dibawa ke balkon. Duduk di atas karpet bulu menatap gelapnya malam yang serupa dengan keadaannya. Saat ini yang paling ia takutkan adalah kehilangan Hesley.
Bertemankan sebotol air mabuk, dan kewarasannya yang masih terjaga, Shane terus berpikir keras bagaimana cara agar Hesley luluh kembali. Tentang Celine yang tiba-tiba kembali semakin membuatnya ingin meledak. Mengacak rambutnya frustasi lalu menegak air mabuk itu. Bangkit kembali ke kamar Hesley.
“Apa kau sudah tidur?” teriak Shane sambil mengetuk pintu dua kali.
Tanpa jawaban pintu itu terbuka memperlihatkan Hesley telah berganti baju tidur dan tampak lebih segar.“Ada apa?”
“Bisa kita bicara?” tanya Shane.
Hesley mengangguk lalu keluar kamar menuju ruang tengah. Sengaja duduk berseberangan agar pria itu sadar jika pembatas itu dia sendiri yang membuatnya.
“Aku ingin menjelaskan tentang apa yang terjadi antara aku dan Celine,” ucap Shane langsung pada inti.
Ingin rasanya Hesley menjerit sekuat mungkin. Hatinya seolah ditembak mendengar nama itu. Ia memilih untuk mendengar, apa yang akan pria itu jelaskan. Seberapa pahit akan ia telan.“Saat itu, aku sangat minim dengan dunia bisnis. Aku dituntut untuk menggantikan posisi di usia yang sangat muda. Tender besar harus jatuh ke tanganku untuk menstabilkan kondisi perusahaan yang diambang bangkrut.”
“Aku mendekati Celine untuk ku jadikan lompatan agar ayahnya mau menyerahkan tander itu kepadaku. Aku menyetujui undangan pesta ulang tahun Celine. Dia membuatku mabuk dan kita terlibat....”
“Aku tidak mengapa. Kita telah dewasa dan kau berhak melakukan yang terbaik untuk perusahaan,” potong Hesley santai. Raut wajahnya santai dan tenang.
“Sley, aku tidak berniat tidur dengan wanita lain. Dia yang menjebakku,” buru-buru Shane menjelaskan. Jantungnya mulai berdebar dengan tanggapan Hesley.
“Shane, aku bertahan disini karena aku ingin kita punya waktu untuk saling melihat, memperbaiki komunikasi, dan membuatku kuat untuk melihatmu kembali,” jelas Hesley. Berusaha tetap tenang tapi kedua mata yang berkaca-kaca seolah memperlihatkan betapa dirinya masih sangat rapuh.
Bangkit memutari meja dan duduk di samping Hesley. Ia tatap lekat wanita yang telah lama hilang dari pandangan, tapi yang di tatap membuang muka ke samping. Enggan untuk membalas tatapannya.
“Masih ada kah, tempat untukku di hatimu?” tanya Shane. Jangan ditanya bagaimana di dalam tubuhnya, gejolak rasa bercampur jadi satu.
Memaksakan senyum menatap pria di sampingnya, “Aku tidak tahu,” jawabnya lemah.Sialan. Air mata itu jatuh saat tatapannya bertemu dengan netra Shane. Menunduk karena semakin deras dan tidak bisa ia cegah lagi.
“Percayalah, hatiku selalu milikmu,” Shane meyakinkan pun ikut menjatuhkan air mata. Tak kalah deras dari Hesley.
Bibir bergetar itu Hesley paksa untuk bersuara, ia lawan sekat yang menyumbat dalam tenggorokkan. Ia dobrak belenggu sesak yang menghalangi.
Mendongak kembali menatap Shane yang masih menatapnya penuh air mata. Mencoba masuk ke dalam netra itu sedalam yang bisa ia capai.
“Sepasang mata yang kau lihat ini, sepasang mata yang melihat kau memenuhi temanku. Sepasang mata yang melihat kalian berbagi kehangatan. Panas. Menggairahkan. Melodi lenguhan. Semua terekam jelas di sepasang mata ini.” Ucap Hesley terkekeh rendah tapi kedua mata terus mengalir deras.
“Di balik gantungan baju yang berderet rapi, ada aku yang terikat tali dengan mulut tersumpal. Berharap kau mencariku dengan satu pesan yang ku kirim. Benar, kau datang. Tapi untuk memperlihatkan kalian saling memenuhi.” Terkekeh lagi tapi air mata tetap berjatuhan.
“Aku tahu tanpa kau menjelaskan apapun kepadaku, Shane.” Hesley mengusap kasar bekas air mata di wajahnya. Mengipasi wajahnya dengan tangan berusaha mengembalikan dirinya yang tadi ceria dan tegar.
“Sudah malam, tidurlah. Angin malam tidak bagus untuk kesehatan,” Pesan Hesley siap beranjak dari tempat.
Secepatnya Shane ikut bangkit menarik pergelangan Hesley dan memeluknya erat. Menumpahkan air mata dalam pelukkan itu.Kembali, air mata Hesley jatuh. Satu tangan dengan ragu memeluk punggung Shane yang bergetar. Berat namun ia lakukan menepuk-nepuk pelan punggung tegap Shane. Kisahnya tidak akan akan pernah selesai karena kepergian dirinya sepihak. Meskipun semua jelas tapi ia wanita yang punya perasaan. Siapa pun tidak akan ada yang mampu berdiri melihat orang yang dicintai berbagi ranjang dengan wanita lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower Girl
RomansaKetika kamu kembali dipertemukan dengan cinta disaat hatimu telah lumpuh untuk merasakan rasa itu lagi. Memilih untuk meninggalkan negara tercinta lalu menetap di sebuah desa dan memutuskan mendirikan toko bunga serta mengolah lahan, justru memperte...