Malam belum terlalu larut, tapi dua pria itu mulai berkelana di bawah gelapnya langit. Satu jalan dan hanya satu-satunya jalur, Flogy memarkir mobil sportnya berlawan arah. Tepat menghadang di tengah. Duduk melantai di atas aspal bersandar badan mobil. Musik berisik dan sebotol minuman mabuk menemani mereka.
“Apa yang kau pikirkan?” tanya Flogy kepada Leon setelah air panas melewati tenggorokkan.
“Kebahagiaan Hesley,” jawab Leon singkat. Lalu menegak juga air mabuk.
Flogy merangkul bahu Leon. “Sudah berapa kali aku katakan, ungkapkan saja perasaanmu itu.”“Shane masih tertanam kuat dalam hatinya. Aku tidak ingin dia menjaga jarak denganku, rasa canggung akan tercipta jika perasaan ini tak terbalas,” Jawab Leon lesu.
“Kau tidak akan tahu bagaimana perasaannya, jika terus kau pendam.” Flogy membujuk.
“Tidak. Menemani langkah setiap harinya saja sudah lebih cukup,” tetap pada prinsipnya.
“Aku iri kepadamu yang memiliki sifat ini. Mengabaikan rasa yang seharusnya Hesley ketahui, padahal kau ini tampan dan memiliki uang, di gilai banyak wanita karir yang sukses. tapi ruang hatimu memilih mengurung nama Hesley,”
“Aku menyukainya jauh sebelum Shane.” Ungkap Leon.
Flogy mendekatkan wajah hingga Leon harus mendorong wajah Flogy menjauh.“Kau menyembunyikan sesuatu dariku?”
“Bukan denganmu saja. Tidak ada yang tahu,” jawab Leon.
“Hari itu, hidupku terasa hancur dan kacau. Kedua orang tuaku meninggalkanku seorang diri yang masih berusia sepuluh tahun. aku menangis di depan gereja. Lalu, seorang gadis duduk di sampingku memberi satu tangkai mawar putih. Aku berteriak kepadanya tapi dia malah tersenyum manis.” Tersenyum dengan sudut mata berair.
“Kau menerima mawar itu?” sela Flogy dan Leon mengangguk.
“Kesedihan akan terus membuatmu gelap. Itulah kata pertama dia untukku dan tak akan pernah aku lupakan hingga sekarang. Setiap sore dia akan berada di taman dan aku diam-diam menguntit.” Lagi lagi Leon tersenyum mengingat kekonyolan dulu dan bahkan kini terulang lagi.
“Lanjutkan ceritamu! Kau pikir aku tidak penasaran,” desak Flogy. Bahkan mengalihkan alkhohol agar tetap waras mendengar detail asal muasal sahabatnya itu jatuh cinta.
“Tunggu, aku masih mengingat dan menyaring. Tidak semua akan ku ceritakan kepadamu,”
“Kenapa? Aku ini teman sekaligus sahabatmu,” suara Flogy naik satu oktaf.
“Itu kisahku, mengapa kau protes?”
“Oke, oke. Lanjutkan!” Flogy mengakhiri perdebatan. Jangan sampai Leon mengurungkan bercerita.
Menghela nafas. “Hampir dua bulan aku memperhatikan dia, bahkan diam-diam mengikuti sampai rumah. Satu hari setelah itu kakek mengambilku.”“Jadi, pertemuanmu saat masuk sekolah menengah bukan pertama kalinya? Mengapa dia tidak mengenalimu?”
“Bagiku tidak masalah. Melihatnya kembali sudah cukup membuatku senang,” jawab Leon sambil menoleh pada Flogy.
“Sedikitpun dia tidak mengingat jika kau lelaki depan gereja?” Flogy memastikan kebenaran.
“Kita masih anak-anak. Lagi pula, banyak lelaki seusia yang dia jumpai. Kehidupannya tidak seperti kita yang dibatasi harus dengan siapa. Berjumpa hanya satu kali, itupun hanya sebentar. Tentu saja dia sudah lupa,” jelas Leon.
Hening. Baik Flogy maupun Leon diam seribu bahasa. Keduanya menikmati semilir angin malam yang menerpa. Angin di musim panas yang sebentar lagi berganti.
Leon mendongak menatap bintang yang bertabur. Sengaja tidak melanjutkan cerita, karena di bulan yang mendatang Hesley menjalin kasih dengan Shane. Butuh waktu lama menerima kenyataan bahwa wanita yang disukai bersama pria lain. Gelap dan mendung hati Leon setiap harinya. Semangatnya meredup hingga ia harus datang lambat agar tidak melihat dua orang itu bergandeng tangan. Tidak jarang ia harus menghibur diri dengan menghabiskan waktu di perpustakaan.
Sinar harapan kembali berhembus kepadanya saat tragedi itu. Berpisahnya Hesley dan Shane memberi harapan besar dirinya kembali dekat. Tidak ada niat menggantikan posisi Shane, ia hanya menempatkan diri sebagai sahabat yang bisa wanita itu andalkan. Memberikan semua waktunya disaat wanita itu butuh dan memberi tempat berlindung untuknya. Semua dilakukan sebagai bentuk rasa cintanya. Biarlah hanya Tuhan yang tahu bahwa dalam dirinya telah mengemas rapi nama wanita itu.
“Kita harus menemui seseorang satu jam lagi,” ucap Flogy. Bangkit dan masuk ke dalam mobil.
“Kita belum membicarakan dengan Hesley,” sahut Leon cepat.
“Tidak perlu. Wanita itu keras kepala dan sok kuat, padahal rapuh. Sudahlah, kita urus saja. Jangan sampai sesuatu tidak baik tiba-tiba datang dan kita tidak punya persiapan,” jelas Flogy.
Leon akhirnya mengikuti apa yang dikatakan Flogy. Ada benarnya jika waspada.Di gedung yang menjulang tinggi itu, Shane terdiam di kursi kebesarannya. Setelah selesai dengan pekerjaannya, melamun dan memikirkan Hesley. Ia sangat tahu jika harapan bersatu kembali dengan Hesley tipis. Mengeluarkan kotak merah yang selalu dalam saku, ia buka dan menarik benda bulat bertahta berlian. Sebuah cincin yang sejak lama ia beli untuk melamar Hesley. Kini, wanitanya telah kembali.
“Besok adalah tanggal saat kita memulai kisah asmara, dan aku akan melamarmu untuk memulai hidup baru selamanya,” ucap Shane pada bingkai foto mereka yang selalu berdiri di atas meja kerja.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower Girl
RomanceKetika kamu kembali dipertemukan dengan cinta disaat hatimu telah lumpuh untuk merasakan rasa itu lagi. Memilih untuk meninggalkan negara tercinta lalu menetap di sebuah desa dan memutuskan mendirikan toko bunga serta mengolah lahan, justru memperte...