“Hahhh.... kenapa lagi?” Tanya Zee dengan kesal, pasalnya sebagian besar jam makan siangnya harus terbuang sia-sia karena dia harus menemui bocah yang berada didepannya saat ini.
Sebenarnya Zee bisa saja tidak mengiyakan ajakan bocah ini untuk berbicara 4 mata, tapi karena sudah lama mengenal bocah ini, Zee sedikitnya tau jika hal itu bukanlah solusi. Bukannya meninggalkannya sendiri, bocah ini hanya akan terus mengganggunya setiap saat sampai dia mengiyakan ajakannya.
Jadi sebaiknya Zee mendengarkan apa yang ingin dibicarakan bocah ini sekarang dan terhindar dari kejarannya mungkin untuk 3 atau 4 hari kedepan.
“Uumm.... hia...” ucap bocah itu dengan malu-malu. Dan sialnya, Zee dengan mudah mengetahui apa yang akan diucapkan bocah itu selanjutnya.
“Nhu suka hia. Hia mau jadi pacar nhu nggak?”
Yup, seperti yang sudah Zee tebak. Nunew, atau juniornya yang sering dia panggil bocah didalam kepalanya itu menyatakan cintanya pada Zee entah untuk yang keberapa kalinya, Zee sudah tidak bisa menghitungnya lagi.
“Nggak.” Jawab Zee singkat.
Setelah itu, hanya ada keheningan canggung di atap kampus yang menjadi spot pilihan Nunew untuk menyatakan cintanya kali ini.
Zee sengaja membuang pandangannya ke arah lain dan menolak untuk mengarahkan pandangannya pada Nunew. Karena pria itu tau, jika juniornya itu saat ini mungkin sedang memandanginya dengan tatapan sedih berkaca-kaca. Zee benci melihat ekspresi itu.
Zee menghela nafas lelah, untuk kesekian kalinya mencoba menyampaikan kalau dia tidak memiliki perasaan apapun pada adik kelasnya itu, titik.
“berapa kali saya harus menolak kamu sampai kamu mengerti kalau saya nggak suka sama kamu, dan nggak akan pernah suka?” ujarnya tegas.
Nunew menahan keinginannya untuk menangis. Dia sendiri juga tidak tau kenapa dia masih saja terus berharap dan mencoba berkali-kali untuk mengucapkan perasaannya pada seniornya ini, padahal sudah jelas Zee tidak memiliki perasaan apapun padanya, dan mungkin tidak akan pernah.
“tapi.... nhu suka hia....” ujarnya lirih sambil menunduk, tidak ingin Zee melihat wajahnya yang memerah karena malu dan menahan tangis. Zee memandangi pucuk kepala Nunew, bocah itu terlihat menyedihkan.
“menyerahlah Nunew, kamu tau bangaimana perasaan saya. Dan perasaan itu tidak akan berubah.”
Nunew terdiam, Zee yang mulai melemah setelah mendapati bahu Nunew yang bergetar karena menahan tangis kembali menghela nafas lelah.
“lagi pula kamu juga tau kalau sekarang saya sedang mengejar orang lain, saya nggak suka kamu, saya sukanya sama Janis.” Ujarnya lagi dengan nada yang sedikit dilemahkan, mencoba membuat Nunew benar-benar mengerti kali ini. Zee sudah capek harus menolak Nunew setiap beberapa minggu.
Zee terpaksa menggunakan nama teman masa kecilnya untuk mengelabui Nunew, mencoba membuatnya percaya kalau Nunew tidak memiliki kesempatan sama sekali dengannya, walaupun Zee juga sama sekali tidak memiliki perasaan apa-apa pada Janis.
“uunggg....” sahut Nunew tanpa mengangkat kepalanya. Entah apa yang ada di otak bocah itu, tapi beberapa saat kemudian Nunew mengangkat kepalanya mantap, dan menatap langsung ke mata Zee dengan mata yang memerah.
“Ok... ok... nunew akan berhenti berharap sama hia, nhu akan berhenti suka sama hia.”
Zee mulai merasa lega, tapi perasaan itu tertahan ketika Nunew melanjutkan perkataannya.
“Tapi nhu punya permintaan terakhir sebelum Nunew benar-benar siap untuk move on dari hia.”
Duh, pikir Zee. Apa lagi yang diinginkan bocah ini? Semoga saja bukan hal yang aneh-aneh.
“apa itu?” tanyanya dingin.
“hia harus pergi kencan sama nhu,...”
“Ok-...”
“100 kali!” timpal Nunew langsung dengan suara falseto. Seakan bocah itu mengeluarkan kata-kata yang terpendam jauh didalam pikirannya dan tidak pernah berniat dia keluarkan.
Zee mengerutkan alisnya, baru saja dia akan merasa kasihan pada bocah ini, Nunew sudah berulah lagi dan mencoba memanfaatkan situasi.
“Terlalu banyak. Walaupun saya pergi nge-date sama kamu tiap hari. 100 kali itu lebih dari tiga bulan, terlalu lama buat saya. 1 kali.” Timpal Zee dengan wajah tidak bersahabat.
Nunew yang sudah terlanjur mengatakan kemauannya hanya bisa terus mendorong maju, tidak perduli dengan wajah dingin Zee yang diberikan padanya.
“50 kali!” tawarnya lagi.
“5 kali.” Balas Zee.
Nunew memanyunkan bibirnya, tidak rela hanya mendapatkan 5 kali kencan dengan senior yang sudah lama di taksirnya itu.
“25?” tawarnya lagi.
“Hahh.... ini penawaran saya yang terakhir. Kalau kamu nggak mau, no dates for you. 10 kali.”
Nunew menggigit bibir bawahnya beberapa saat, menimbang-nimbang perkataan Zee.
“Okay, 10. Tapi ngedate nya jangan tiap hari, semjnggu sekali, tiap malam minggu, ok hia?” mohon Nunew dengan penuh harap. Sebenarnya dia sedikit tidak rela hanya mendapatkan 10 kali kencan, tapi jika dilakukan satu minggu sekali Nunew memiliki waktu 10 minggu lebih lama dengan hia Zee nya, dia tidak perlu move on sebelum 10 minggunya habis.
Zee menatap kearah mata penuh harapan Nunew dan akhirnya menganggukkan kepalanya, walaupun pria itu terlihat tidak ikhlas.
“Yay!” ucap Nunew kegirangan sambil menunjukkan senyuman lebar di wajahnya.
“jangan senang dulu. Ingat, setelan 10 kali kencan berakhir. Kamu jangan pernah ganggu saya lagi.” Ujar Zee lalu pergi dengan langkah lebar, dan meninggalkan Nunew sendirian di atap bangunan sekolah itu.
Nunew yang ditinggalkan oleh Zee hanya bisa mendengus sedih, masih juga tidak mengerti apa yang tidak disukai Zee padanya sampai-sampai seniornya itu tidak pernah memberikannya kesempatan.
“padahan 100 kali kencan juga masih kedikitan.”
***
**
*
Nunew kembali ke kelasnya dengan mood yang sedikit lebih baik. Dan di sambut dengan 3 sahabatnya yang sudah menunggu kabar penolakannya yang terbaru.
James terlihat sedikit terkejut dengan rona wajah Nunew yang tidak tampak terlalu sedih itu, sedangkan Yim dan Nat dengan cepat menarik Nunew ke bangku yang sudah mereka sediakan.
Nat yang paling tidak sabar langsung menyambar.
“jadi gimana?”
Yim yang memang kehilangan filter sopannya langsung menimpali. “di tolak dengan gaya apa kali ini?”
James mendelik tajam pada keduanya, dan berhasil mendiamkan kedua temannya itu.
“kamu di tolak lagi nu?” tanyanya lembut, mencoba untuk menjaga perasaan Nunew.
Nunew menggelengkan kepalanya, yang sontak membuat 3 sahabatnya langsung berteriak kaget, tidak menyangka kalau usaha Nunew yang terakhir akan membuahkan hasil.
“Kamu diterima?” pekik James.
Tapi hanya di balas dengan gelengan lain dari Nunew.
“Jadi kamu di terima atau nggak?” tanya Yim tidak sabar, greget dengan Nunew yang dari tadi tidak bersuara.
“Ditolak. Dan kayaknya, ini yang terakhir nhu akan nembak hia Zee, hia sepertinya emang benar-benar nggak bisa nerima Nunew.” Ucap Nunew datar, entah kenapa rasa sedih yang di rasakannya di atap kampus tadi sudah banyak memudar, mungkin karena dia sudah lama tau jika perasaannya tidak akan berbalas, mungkin juga karena kemungkinan untuk pergi kencan dengan Zee selama 10 kali bisa banyak mengobati hatinya yang sakit.
Ketiga sahabatnya terdiam, sama-sama tidak tau harus berkata apa. Pasalnya mereka, terutama James sudah sering memperingatkan Nunew agar melepaskan perasaannya pada Zee dan memberikan hatinya pada orang lain yang memang menginginkannya. It’s not like tidak ada yang melirik sahabat mereka ini, Nunew adalah pria yang manis, selalu memberikan energi positif pada sekelilingnya dan senyumnya mampu melelehkan banyak hati, banyak yang menaruh hari pada Nunew, tapi sahabat mereka ini terkesan tidak peduli dan hanya menghabiskan waktunya untuk mengejar Zee.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZeeNunew Oneshoot Collection
Fanfictionkumpulan cerita pendek atau semi pendek zeenunew. berbagai genre tergantung mood waktu nulis. please follow for more stories ❤️