Mereka berdua berada di dalam privasi kamar zee saat ini, tidak mengenakan sehelai pun pakaian dan hanya ditutupi oleh selapis selimut tipis, berbaring diatas ranjang luas yang baru tadi pagi ditiduri zee bersama istrinya.
Zee memandangi wajah nunew, wajah cantik yang beberapa bulan lalu tidak pernah zee pikirkan akan berada sedekat ini dengannya.
Wajah cantik yang kini mulai menghiasi mimpinya dan menghantui siangnya.
Wajah yang zee tidak yakin apakah sebuah hadiah paling mengesankan untuknya, atau kutukan paling mengerikan yang akan menggerogotinya.
Zee tidak yakin,
Tapi dia tidak ingin mengetahui jawabannya.
Zee sudah tenggelam terlalu jauh,
Dalam nunew,
Dan dia tidak mau kembali kepermukaan, jika tenggelam terasa begitu membebaskan seperti ini.
*
Semuanya berawal dari satu tatapan,
Satu tatapan penuh keluguan Yang dilemparkan padanya dari sebrang ruangan. Penuh lugu, tapi juga menyimpan godaan dan kenakalan jauh didalamnya.
Zee sedang mendengarkan ocehan maria, istrinya, dengan sebelah telinga, tidak terlalu memperhatikan apa yang wanita itu ucapkan, di tengah keramaian pesta.
Matanya menyapu seluruh ruangan, mencari apapun yang bisa sedikit membebaskannya dari kebosanannya saat ini,
Lalu kemudian pandangan mata mereka bertemu, zee mengingat dengan jelas saat itu.
Mata nunew bulat, layaknya seekor anak kucing yang hilang. Ekspresinya menunjukkan kebosanan yang sama dengan zee.
Mereka berdua tertegun, lalu nunew memberikan senyuman kecil pada zee, senyuman yang di balas zee hanya dengan anggukan kepala saat itu.
Itu awalnya.
Satu minggu kemudian, pandangan mereka bertemu lagi, kali ini tidak ditengah keramaian pesta. Tetapi didalam privasi ruang makan keluarga besar panich.
Saat itu maria, istrinya bercerita panjang lebar pada mamanya megenai liburan mereka di spanyol bulan lalu, menyenangkan menurut pendapat istrinya, membosankan menurut zee.
Tidak ada yang lebih membosankan dibanding berdiam berjam-jam didalam ruang hotel dan hanya ditemani oleh siaran televisi yang tidak dia pahami bahasanya, sementara istrinya sibuk menghabiskan waktu di spa hotel, dan berbelanja di mall.
Saat zee menahan rasa bosannya, matanya kembali bertautan dengan nunew yang duduk bersebrangan dengannya.
Adik iparnya itu terlihat kesulitan memotong steak yang ada di piringnya. Sedangkan adik zee, suami nunew, berkonsentrasi mendengarkan ocehan maria, sama sekali tidak memperdulikan kesulitan pasangannya.
Nunew tersenyum kikuk padanya, terlihat malu dengan kesulitannya. Zee membalas senyuman itu lalu dengan gerakan yang tidak dia sadari sepenuhnya, menukar piring mereka berdua. Mengambil steak alot nunew, dan menukarnya dengan miliknya yang lebih lemah.
Nunew terlihat terkejut sesaat sebelum memberikan senyuman merekah penuh terimakasih padanya, zee menganggukkan kepalanya.
Dan kemudian mereka kembali dengan urusan mereka masing-masing.
Tidak ada yang menyadari atau mempertanyakan tindakan mereka hari itu.
