December Rain - Epilogue

993 97 12
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















DECEMBER RAIN
EPILOGUE
































Zee, tidak berada dibawah kuasa tuan Perdpiriyawong, dia sudah tidak berada dibawah kuasa pria itu selama bertahun-tahun. Zee bebas.

He is his own man now.

Dan Zee sudah berhasil menorehkan namanya sendiri di dunia perbisnisan, memiliki perusahaan kecilnya sendiri, memiliki karyawannya sendiri, dan memiliki kekayaannya sendiri. Walaupun apa yang dimilikinya masih tidak sebanding dengan apa yang dikumpulkan oleh keluarga Perdpiriyawong selama beberapa generasi.

Dan saat ini, Zee sudah kembali bersih, mengenakan pakaian yang sedikit terlalu ketat milik Nunew, menggantikan jas terbaiknya yang sudah basah karena hujan, duduk bersebrangan dengan tuan Perdpiriyawong di ruang kerjanya.

Persis seperti beberapa tahun lalu, saat pria tua itu memintanya pergi dari kediaman Perdpiriyawong.

“Pruk Panich?” tanya tuan Perdpiriyawong,

Zee mengangguk, mengiyakan pertanyaan pria tua itu. “Panich adalah nama keluarga ibu saya. Saya menggunakannya setelah keluar dari rumah ini.” Jelas Zee.

“Tentu saja... kamu mengganti namamu. Karena itu aku tidak pernah bisa menemukanmu.”

Keduanya kembali terdiam.

Lalu Zee memberanikan dirinya untuk mengatakan maksudnya datang kembali kekediaman keluarga Perdpiriyawong.

“Sebenarnya... saya memiliki tujuan kembali ketempat ini.”

Zee mengambil tas kulit yang dibawanya dari tadi, dan membukanya. Lalu menyerahkan map yang disimpannya dengan aman didalam tas itu.

“apa ini?” tanya tuan Perdpiriyawong, sambil membaca isi dokumen yang ada didalamnya.

"Semua uang bisa saya kumpulkan sampai saat ini, semua yang saya miliki tuan." Jawab zee, kepalanya tertunduk. Lalu, ketika tuan Perdpiriyawong masih terdiam, zee melanjutkan kembali kalimatnya.

“Selama ini, saya sudah berhutang budi pada tuan. Tuan yang sudah memberikan saya tempat tinggal, pakaian dan makanan yang layak, ketika ayah saya sendiri membuang saya tanpa pikir panjang. Tuan yang sudah menyekolahkan saya sampai memiliki gelar sarjana, tuan juga yang sudah mengajari saya berbagai macam hal yang seharusnya diajarkan oleh orang tua saya. Saya memiliki hutang budi yang tidak akan pernah bisa saya tebus sampai kapanpun pada tuan. Tapi hari ini, saya ingin menebus sebagian hutang budi itu, semua dana yang sudah tuan keluarkan untuk memberi makan dan menyekolahkan saya, saya ingin mengembalikan semuanya hari ini.” Jelas Zee panjang lebar.

ZeeNunew Oneshoot CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang