16. Fakta Mengerikan

24 5 1
                                    

"Hidupku adalah hidup yang memalukan. Aku sendiri bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana mestinya menjalani hidup seperti manusia....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Karna aku adalah 'orang gagal'" — dari novel "Orang Gagal, karya Osamu Dazai.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

16. Fakta Mengerikan


"Jadi ini rencana rahasia yang lo maksud?" Andreas memasang wajah nelangsa. Mengetahui apa yang akan mereka lakukan benar-benar jauh diluar ekspektasinya.

Lauren mengajak Mevia dan Andreas menuju samping gedung sekolah. Lauren mengatakan bahwa mereka akan naik tangga menuju lantai dua yang akan membawa mereka menuju gudang sekolah. Di sana cukup aman untuk mereka bersembunyi hingga bel istirahat berbunyi. Itu artinya mereka sudah bolos dua mata pelajaran sebelum istirahat. Para guru tidak akan menyadarinya. Sekalipun ada absen, Lauren punya ide gila. Dia akan menghapusnya dengan Tipe-X.

"Ya, nggak bisa lakuin seenaknya gitu dong. Memanipulasi absensi kehadiran? Udah gila?" ucap Mevia tidak habis pikir.

"Kalau sampe kita absen bolos lebih dari sepuluh kali, kita bakal di DO." jelas Andreas. Sampe segitunya? "Nggak sih. Pertama orang tua kita bakal dipanggil. Kalau masih nggak ada perubahan serta penyebabnya nggak jelas, bakal dikeluarkan dari sekolah ini."

"Di sekolah gue sebelumnya kalau misalnya nggak pernah masuk tanpa izin, guru-guru bakal datengin siswa itu dan nyari tahu penyebabnya. Setelah itu dia bakal dibujuk gimana caranya biar bisa masuk sekolah lagi." ucap Mevia menoleh pada Andreas yang kini juga menatapnya.

"SMA VN emang ketat peraturan dan nggak mau ambil pusing." komentar Andreas.

"Woy!! Bantuin gue dong!" Teriak Lauren dari arah belakang. Cewek itu cukup kesulitan membawa sesuatu. Mevia dan Andreas cukup tercengang melihat cewek itu membawa tangga setinggi lima meter.

Yah, cewek itu berkata akan meminjam sesuatu ke rumah sebelah dan menyuruh mereka berdua menunggu. Tanpa penjelasan lebih Lauren datang dengan benda itu. Jadi, tangga tersebut mereka gunakan untuk naik ke lantai dua. Lauren sudah memikirkannya ternyata. Mengingat pagar dan dinding sekolah di bagian ini sedikit merapat. Jadi ujung tangga, akan langsung menuju jendela ruangan lantai dua.

Andreas dengan cekatan membantu Lauren disusul Mevia.

"Gue kira kita bakal manjat." ucap Mevia menebak.

Lauren tersenyum miring menanggapi. "Manjat? Emang siapa yang mau jadi pijakan buat kaki lo?"

Mevia menunjuk pohon yang kebetulan dahannya merambat ke arah lantai dua. Mungkin mereka bisa memanfaatkannya.

"Gue kasih tahu, ya?" Lauren berusaha memposisikan tangga—terbuat dari bambu yang dibuat sedemikian itu menjadi undakan dengan benar ditempatnya. "Gue nggak bisa manjat pohon. Terus resiko manjat pohon bisa jatoh atau bisa aja ada banyak serangga bersarang di sana. Itu bahaya." akunya.

Mevia menaikkan sebelah alisnya. Tidak menyangka Lauren akan mengatakan itu.

Sambil mengerjapkan mata, Lauren berkata sedikit gugup. "Tunggu apalagi? Siapa yang mau naik duluan?"

Terdiam selama beberapa detik membuat Andreas jengah. "Gue duluan aja yang naik. Kelamaan mikir lo berdua."

"Gue harap kita bisa berdamai." ucap Mevia tiba-tiba.

LOS(V)ER: You Live SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang