29.5 Titik Terang (Bagian 2)

43 5 3
                                    

Benar. Tatapannya memang aneh. Dia seperti menatap ke arah bawah, tapi Mevia merasakan dia melihat ke arahnya. Walaupun wajahnya terlihat cute, tapi jika auranya berbeda, akan terasa berbeda pula. Seperti hantu Belanda.

"Gue nggak nyangka, lo bisa memahami triknya dengan mudah." Dia mengeluarkan suara rendah dan serak dengan nada yang halus. Seperti angin dingin berhembus yang membawa aroma dupa.

Andreas meliriknya. Mencerna ucapan orang bertubuh mungil itu. Lantas ia tersenyum miring.

"Wahh... Jadi lo nguping pembicaraan gue dan Mevia? Menarik. Apa lo juga menyelidiki kasus ini? Sepertinya gue punya partner lain." ucap Andreas diselingi kekehan singkat.

Matanya bergerak mengamati Andreas. Cowok yang tidak diketahui namanya itu melangkah dengan tertatih. Seperti yang mevia lihat terakhir kali, memang ada masalah dengan kakinya. Untuk itu Mevia mencoba mengakrabkan diri padanya. Membuka topik pembicaraan lain.

"Siapa nama lo? Bukannya lo seharusnya ada di gedung khusus kasta elite. Kenapa ada di sini?" Mungkin pertanyaan mevia terdengar seperti mengintrogasi, tapi ia berusaha untuk berhati-hati agar dia tidak tersinggung dan membuatnya dengan nada yang bersahabat.

"Jangan sok akrab," balasnya dingin. Dia berhenti berjalan dan mengambil jarak yang jauh dari jangkauan Mevia dan Andreas. Dia duduk di sisi tribun lain.

"Dateng-dateng langsung masang wajah menyebalkan kayak gitu. Kalau nggak niat ngobrol sama kita, ya udah." Andreas mencibir.

"Ryu Sakazaki. Itu nama gue," ucap cowok berjas merah itu dengan sukarela memperkenalkan dirinya tanpa ditanya. "Kalian bisa gue Ryu."

Namanya adalah nama khas Jepang, namun wajahnya tidak menunjukkan itu. Apa dia anak blasteran?

Mevia dan Andreas terdiam menatap sosok itu. Satu orang lagi nama yang diperebutkan untuk diketahui di sekolah ini. Dia bahkan datang dengan sendirinya.

"Seperti yang kalian tahu, di sekolah ini ada kasta elite yang disebut sebagai "The Royal Blue Period", dan aku adalah salah satu dari lima anggota misterius itu. Tapi, apa kalian tahu apa tujuan dan mengapa itu ada?" Ryu menundukkan kepalanya.

Tentu saja mereka tidak tahu. Semua orang di sekolah ini juga tidak tahu.

"Jangan bertele-tele." ujar Andreas. "Sebenarnya apa tujuan lo ngasih tahu nama lo? Apa lo pengen kita nyebarin ini ke setiap kelas, ha? Pengen orang-orang pada heboh lagi, setelah kehadiran Hideo waktu itu?"

"Sebarin aja. Informasi itu udah nggak penting lagi. Lagi pula rencana kami sebentar lagi selesai." ucap Ryu membuat mereka mengernyit. Kami? Siapa? Apa maksud dari rencana itu?

"The Royal blue Period, bukanlah nama julukan seperti yang kalian tahu. Sebenarnya itu adalah nama organisasi." Ryu melirik mereka dari ekor matanya. Melihat reaksi mereka. Ia segera melanjutkan, "kebakaran SMA Hardhikusuma, penusukan di samping sekolahnya, menjebak kepala administrasi sekolah itu, dan yang terakhir, dua pembunuhan di dua tempat berbeda dalam satu waktu."

Andreas dan Mevia menahan nafas di tempat. Mereka mencerna apa yang orang itu katakan. Dia mengetahui semuanya bahkan apa yang tidak mereka ketahui. Menjebak? Pembunuhan itu terjadi di waktu yang sama?

"Ah, iya. Ada satu pembunuhan lagi. Di rumah sakit. Dokter yang menangani pasien yang sebelumnya tertusuk itu. Dia dibunuh untuk membungkam informasi." lanjutnya.

Apa yang barusan ia katakan? Itu diluar informasi dan fakta yang ada.

Mevia melihat sekilas bibir tipis Ryu tersenyum miring. Sangat kecil sehingga sulit terlihat.

LOS(V)ER: You Live SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang