24. Neara

40 5 1
                                    

"Mari, marilah kematian,
Baringkanlah aku di bawah pohon Cypress;
Terbang, terbanglah nyawa;
Aku dibunuh perawan cantik yang kejam.
Kain kafanku yang putih, penuh dengan racun
Yang disiapkan;
Tak seorang pun yang jujur,
Terlibat dalam kematianku ini." — William Shakespeare
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

" — William Shakespeare

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24. Neara

Sudah beberapa menit sejak bel istirahat berbunyi, tapi Mevia menelungkup di meja kelas. Tidak berminat ke kantin. Anna akhirnya meninggalkannya dan pergi ke sana dengan temannya yang lain.

Lauren menatap dari belakang. Kakinya ia silangkan di atas meja sambil bersendekap tangan. Hari ini ia tidak pergi ke kantin karena malas. Melihat Mevia melakukan hal sama itu membuatnya heran. Yah, satu kelas memang ia yang paling jarang ke kantin.

Sikap cewek itu juga aneh. Mevia seperti gelisah sejak tadi. Lauren menghampirinya dan duduk di kursi depan yang kosong dengan posisi menghadapnya.

"Lo ada masalah? Btw, lo belum cerita apapun tentang rahasia lo. Nggak adil karena gue udah cerita banyak." ucap Lauren padanya. Mungkin Mevia tidak benar-benar tidur dan mendengar apa yang ia katakan.

Benar cewek itu mendongak. "Gue nggak punya rahasia menarik buat diceritain." balasnya.

"Wah enak banget. Berarti hidup lo mulus tanpa halangan, ya?" Lauren mencibir.

"Nggak tahu. Gue kesepian." ucap Mevia sambil memanyunkan bibirnya.

"Kan, lo ada gue. Lo juga ada Anna di sini. Lo banyak temen juga. Dan temen sekolah lo sebelumnya. Mereka pasti pengen ketemu lo, kan? Lo masih kontak-kan sama mereka, kan?" tanya Lauren.

"Iya sih, masih. Cuma gue kalau di rumah kesepian. Nggak ada orang." Setiap kali ia pulang tidak ada yang menyambutnya.

"Loh orang tua lo? Ah, lo bilang tinggal sama kakak cowok lo, kan? Dia pasti sibuk kerja." ucap Lauren.

"Dia polisi. Jadi kadang dia nggak pulang sampe berhari-hari. Mungkin pulang cuma sebentar." balasnya.

Lauren tercengang. "Keren. Kakak lo abdi negara?! Pasti berat ya, kerja kayak gitu. Dia ditingkatan apa?"

"Gue nggak begitu tahu. Semacam detektif swasta. Dia kerja di firma hukum kayaknya."

"Intelijen negara?!"

LOS(V)ER: You Live SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang