Mobil BMW M2 warna hitam memasuki mansion yang begitu megah, Berly masih cangung jika berhadapan dengan ayah Luna, Berly juga tidak tau apa kah temannya mau menerima dia jadi temannya setelah aset yang Berly punya sudah di kembalikan ke orang tuanya.
"Kenapa dad, Apa ada masalah?" Tanya Luna yang sedikit takut di raut wajahnya.
"Gpp kok sayang, ayo kita turun sayang." Berly turun dari mobil dan membuka pintu mobil, Berly juga membawa kandang anjing dan menggandeng tangan anaknya.
Luna melihat gerak gerik Berly masih dengan raut wajah takut karna ulah orang tuanya. Luna mengambil kandang anjing itu dan merangkul tangan kekar suaminya, gadis itu hanya tersenyum dan mengajak masuk kedalam mansion yang sudah di sambut berapa pelayan mansion dan di sana sudah ada ayah dan lainnya.
"Habis dari mana nih anak ayah? Keluar gak ngajak - ngajak." Tanya sang ayah sambil minum kopi.
"Habis beli anak anjing ayah, cucu ayah yang minta dari semalam." Gadis itu sambil menujukan kandang anjing milik Caca. Gadis itu mengajak suaminya duduk di ruang tamu dengan tangan keringat dingin.
"Giovanni kemana ayah terus pasangan duo bucin kemana juga?" Gadis itu duduk di sofa bersama Berly dan membuka kandang anak anjing supaya bisa keluar.
"Gak tau itu anak kemana. Itu dia pasutri bucin." Jawab sang ayah sambil menujuk mereka entah dari mana.
"Kakak Caca punya anak anjing, tadi Daddy sama mommy yang belikan." Gadis kecil itu sambil mengelus bulu anjing yang Caca minta. Luna juga Berly tersenyum melihat anaknya yang begitu happy.
"Iiihhh... gemes banget kakak boleh pegang gak sayang, sudah di kasih nama belum ini." Chelzea juga aletta menghampiri Caca yang mengelus bulu anjing.
"Boleh kakak. Caca tidak tau di kasih nama siapa? Kakak mau bantu Caca kasih nama."
"Uhm... gimana kalau Luca dan Molly." Ucap Chelzea dengan enteng ia lupa jika Luca itu nama Bosnya.
"Luca? Lo mau mati di tangan gue CHELZEA!!!" Jawab gadis itu dengan suara khasnya tidak lupa dengan tatapan tajam.
"Eh... ia gue lupa hihihi jangan marah gue minta maaf." Jawab Chelzea sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Luna hanya diam tanpa menjawab karna malas bedebat.
"Ayah lihat lah wajah menantumu sangat tegang sekali dan bukannya teman suamiku ikut juga? Kemana mereka." Ucap Luna sambil melirik suaminya yang tegang dari tadi.
"Kenapa? Kalian berantem lagi atau kenapa. Itu mereka." Tunjuk sang ayah, gadis itu menoleh melihat mereka yang gak tau dari mana, giovanni membawa daging kesukaan Luna.
"Hei kalian dari mana, Giovanni itu apa yang kamu bawa."
"Kepo! Keluar gak ngajak - ngajak." Dengan wajah sinisnya membuat Rafael ketawa melihat mereka berdua berantem.
"GIOVANNI!!!" Rengek Luna yang hanya di lirik aja dan terus berjalan kearah dapur. Sedangkan Rafael dan lainnya membersikan tubuhnya.
"Tukang nuduh! Berly takut sama ayah karna ia tidak enak sama yang tadi itu! Jangan asal nuduh! Ayah Luna laper, itu Giovanni kenapa sih marah?" Sambil menyandarkan tubuhnya di bidang dada Berly.
"Biasanya kamu kan berantem terus sama suami kamu Giovanni cerita sama ayah. Yang tadi ayah tidak perduli meskipun gimana pun Berly tetap menantu ayah, ayah juga menerima Caca jadi cucu ayah karna ayah kalah taruhan sama kamu. Tanya aja sendiri sana sama orangnya, minta Giovanni masak sana atau pelayan masak." Jawab sang ayah, gadis itu langsung bangkit nyamperin Giovanni kedapur untuk minta tolong masakin sesuatu. Ayah juga Berly lagi duduk di ruang tamu sambil lihat Caca lagi bermain sama anak anjing yang barus di beli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia And Ruthless Psychopaths || END
Novela JuvenilMenceritakan seorang gadis yang begitu cantik mempunyai seribu sifat yang sangat susah di tebak. Suatu hari nanti gadis cantik ini di jodoh kan kepada seorang mafia yang begitu tampan.