Tanpa judul?

115 4 0
                                    

"Luna tenang dulu jangan gini. Aku gak mau kamu sakit."

"Sayang nanti temen kamu balik lagi. Atau enggak kita ke rumahnya gimana."

"Itu bocah satu muncul bikin orang nangis terus pergi se enak jidat!" Chelzea yang jengkel karna Ruby tiba - tiba pergi.

"Aku mau Ruby. Aku khawatir sama itu anak, aku juga khawatir sama orang tuanya Bastian." Sambil menggegam tangan Bastian.

"Nanti aku aja Ruby pulang. Sudah jangan nangis lagi, kita pulang aja ya kamu istirahat. Devanno biar kita pindah kan ke mansion aja ya biar kamu bisa cek keadaan nya tiap hari." Gadis itu hanya bisa menjawab dengan anggukan, tatapan nya begitu kosong.

"Berly ajak istri lo pulang. Sementara jangan sekolah dulu deh, firasat gue agak gak enak." Ucap Bastian yang terus mengingat Ruby bicara.

Berly langsung mengajak Luna pulang secepatnya dan Caca di gendong oleh Zico. Berapa murid sana sudah tidak heran jika Berly seorang mafia tapi tidak dengan Luna mereka masih tidak tau siapa Luna.

Sampai mansion Berly langsung mengajak Luna masuk ke kamar sedangkan Caca di ajak Chelzea potong rambut terlebih dahulu. Berly melihat dari tadi istrinya melamun entah apa yang di pikirkan.

"Sayang kamu mikirin apa?" Tangan pria itu mengusap rambut istrinya dengan lembut.

"Mikirin ucapan Ruby sayang. Kenapa itu anak bisa tau masa depan."

"Gak perlu dipikir sayang. Bukan nya dia bilang adalah cenayang? Apakah dia teman kamu dan kenapa dia marah saat aku lirik bola matanya."

"Tapi aneh lo dad, emang sih di masa depan pasti ada bahaya jangan kan masa depan saat aku melahirkan nanti pasti ada berapa penyusup. Gak tau aku kalau itu tapi itu anak agak gak waras otaknya. Kamu mau setor nyawa sama dia! Bola mata Ruby warna hijau."

"Aneh mana nya sayang. Untuk itu aku akan melindungi keluarga kita sayang, aku tidak ingin kamu kenapa - kenapa lagi. Sama kayak kamu tiba - tiba nangis kadang galak. Kenapa sih sama matanya? Dia hantu atau apa." Luna mendengar jawaban suaminya menghelah nafas kasar.

"Pokok nya aneh suamiku. Kamu gak bakal bisa sayang, alay. Namanya juga lagi hamil sayang!! Coba kamu jadi aku. Aku gak bisa jelasin ke kamu sayang, pokoknya jika siapapun yang menatap bola mata gadis itu akan ketakutan." Penjelasan singkat Luna yang langsung di jawab anggukan oleh Berly.

"Tidur yuk dad capek aku. Ohiya gimana kabar kedua orang tua kamu." Tanya Luna sambil menepuk kasur sebelahnya.

"Tapi Caca belum pulang sayang. Iya begitu tapi mereka sering sakit - sakitan akhir ini, kemarin salah satu pelayan menghubungiku." Berly naik ke atas kasur sambil mengusap perut sang istri.

"Sudah pulang kok mereka, Ada di rumah sebelah sayang. Suruh mereka tinggal disini, kita rawat mereka, aku tau perusahaan mereka sedang hancur juga banyak hutang di mana - mana dalam hitungan detik mansion juga perusahaan bakal di tarik bank. Mereka tidak berani bicara padamu sayang karna mereka merasah bersalah." Ucap Luna bikin syok Berly dan tidak percaya.

"Kenapa tidak pulang ke mansion. Aku tidak ingin mau berantem sama orang tuaku lagi sayang. Kamu tau dari mana itu sayang, mereka tidak bilang apapun soal itu hanya sakit aja."

"Entah tanya aja sama anak kamu sendiri sayang, kamu gak mau berdua sama aku? Jahat sekali. Enggak sayang suruh aja mereka kesini sayang, aku sudah melupakan yang dulu. Dari mana aja sayang, mereka takut sama kamu. Sekarang tlfon mereka suruh tinggal disini juga biarkan mansion dan perusahaan di ambil alih bank." Tangan gadis itu mengusap pipi suaminya sambil tersenyum.

Berly langsung mengambil ponsel miliknya dan mengirimkan pesan kepada pelayan mansionnya untuk menyiapkan barang orang tuanya. Luna yang mendengarkan pembicaraan Berly dengan mertuanya membuat nya ketiduran sambil peluk suaminya, pria itu merasakan hembusan di tengkuk lehernya membuatnya mengakhiri tlfonnya.

Mafia And Ruthless Psychopaths || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang