Mulai dari 0 bersama Luca.

138 3 0
                                    

Cukup lama Berly menangis sambil menggegam tangan sang istri meskipun Caca terus menangis tidak ada berhentinya. Devano yang hanya diam sambil melihat wajah Luna sangat pucat sekali ia tidak berani mendekati Luna dan bertanya soal bayi dalam kandungan gadis itu tapi Devano mendengar jika bayi itu meninggal dalam kandungan Luna.

Chelzea yang dari tadi melamun sambil melihat tangan Luna di genggam Berly tanpa sadar tangan gadis itu bergerak membuatnya syok. Tangan Chelzea mengkucek ke dua matanya dan sampai akhirnya ia berteriak dan menyuruh panggil Kelvin.

"Luna~"

"Terima kasih tuhan aku berjanji akan menjaga keluarga kecil kami~" lilir Belry ambil mencium tangan istrinya.

"Mommy~"

"Mohon maaf Kalian tunggu di luar terlrbih dahulu." Ucap suster itu yang di jawab anggukan oleh mereka semua.

45menit berlalu Kelvin keluar sambil menghelah nafas panjang. Berly menghampiri Kelvin dengan raut wajah linglung.

"Kelvin bagaimana keadaan istri gue?"

"Kondisi Luna kembali normal. Kita akan pindakan terlebih dahulu, biarkan Luna istirahat. Tapi gue gak tau itu Luna atau Luca."

"Syukurlah. Gue gak perduli mereka siapa yang penting tubuh itu adalah istriku Kelvin." Ucap Berly sambil menggendong Caca.

Waktu terus berjalan Berly hanya melihat wajah istrinya masih tertidur pulas dengan berapa selang di tubuhnya, Orang tua Berly juga menunggu menantunya sadar. Devano hanya diam saja di balik pintu ia sangat menyesal karna ulahnya gadis yang di cintai terbaring di rumah sakit.

"Daddy mommy kok belum bangun~" tanya gadis itu dengan polos.

"Mommy lagi istirahat dulu sayang. Nanti mommy bangun, Caca laper?" Berly mendengar suara lapar dari perut sang anak.

"Tapi Caca kangen mommy. Nanti jam berapa daddy, iyaa daddy~" tangan mungil Caca bermain kancing kemeja Berly.

"Berly~ Caca~" suara lilir Luca sambil kepalanya yang sedikit sakit.

"Sayang, aku panggil Kelvin dulu ya~" Berly ingin berdiri dari kursi di tahan oleh Luca.

"Gak perlu Berly. Aku mau bilang aku bukan Luna tapi Luca, kemana anak Giovanni?" Dengan suara sangat lemah.

"Tapi kamu harus di periksa sayang. Aku tidak perduli itu lagi Luna atau Luca kamu tetap istriku. Bayi itu sudah meninggal saat kamu pingsan di jalan."

"Gak perlu Berly. Tapi aku belum nikah sama kamu otomatis kamu bukan suamiku, Kamu milik Luna bukan milikku. Oh.. tinggal mereka berati biarkan saja." Helah nafas Luca sambil melihat langit - langit Rumah sakit.

"Mommy~" panggil Caca membuat Luca menoleh kearah anak kecil itu.

"Iya sayang, Caca habis nangis." Tanya Luca yang di jawab anggukan.

"Siapa yang berani membuat anak cantik mommy menangis seperti ini ehm..." Luca yang selsai operasi tanpa beban duduk dan menggendong Caca membuat Berly juga mertuanya syok.

"Nak kamu habis selsai operasi! Nanti itu jahitan kamu robek bagaimana."

"Aku tidak perduli mami. Gak bakal tenang lah jangan takut." Luca sambil mengusap rambut sang anak dan mencium pipi Caca.

"Iya sudah kalau gitu mami juga daddy ke kantin bentar buat belikan makan Caca kasian. Kamu mau titip apa Luca."

"Hati - hati mi, kalau ada teman Luca suruh masuk meskipun Devano. Gak titip apa - apa mi." Ucap Luna yang di jawab anggukan oleh mertuanya.

Mafia And Ruthless Psychopaths || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang