Decitan ban dan aspal membuat beberapa orang langsung melihat ke arah Riyonal yang suka sekali melaju dan menginjak rem mobilnya dengan mendadak.
Riyonal dengan santainya terus menjalankan mobil dengan kencang, membelah jalanan yang di padati para pengendara. Terus melaju, membelok ke kanan, memasuki area hutan-hutan.
Riyonal menghentikan mobilnya di depan sebuah mansion mewah yang berada di tengah-tengah hutan diikuti oleh dua orang temannya yang juga menghentikan mobil mereka tepat di belakang Riyonal. Tanpa membuka pintu mobil, pria itu langsung saja melompat keluar dari kap mobil terbukanya.
Berjalan dengan santai namun penuh ketelitian, memasuki mansion yang sangat indah namun penuh bahaya. Riyonal menatap sekeliling dengan amat teliti, takut-takut akan ada yang menyerang tanpa di ketahui.
"Siapa kalian!"
DOR! DOR! DOR!
Riyonal tersenyum miring, setelah menembakkan pelurunya tepat sasaran di beberapa bagian tubuh para penjaga mansion hingga membuat orang-orang itu tergeletak tak berdaya di lantai.
Ya, hari ini mereka akan melakukan penyerangan terhadap Mr. Johanson, pria paruh baya yang menjadi rival abadi Riyonal, baik dalam dunia bisnis maupun luar bisnis.
Mendengar suara tembakan yang menggelegar, para penjaga mansion pun semua keluar dan menodongkan senjatanya di depan Riyonal.
Riyonal menatap datar orang-orang tersebut. Ia beralih menatap pistol yang ada di genggamannya dengan santai. Riyonal melirikan mata elangnya menatap anak buah Mr. Johanson. Oh! Sebegitu lemah kah orang-orang yang ada di dalam mansion ini sampai-sampai memperkerjakan berpuluh-puluh anak buah?
"Disgraceful!" ejek Riyonal dengan terkekeh jemawa.
DOR! DOR! DOR!
Kembali Riyonal menembakkan pistolnya pada beberapa anak buah yang menghalangi jalannya untuk memasuki mansion.
Tak membutuhkan waktu berapa lama, semua anak buah yang tadinya menghalangi jalan, kini sudah tergeletak di lantai dengan beberapa peluru yang bersarang di tubuh masing-masing.
"Ck! Lemah," ujar Riyonal dengan terkekeh mengejek dan mulai melangkahkan kaki semakin dalam memasuki mansion.
Sampai di sini, tidak ada yang mengundang kecurigaan, Riyonal terus melangkah hingga mendapati sebuah pintu utama mansion yang berwarna coklat tua. Tanpa berpikir panjang, Riyonal menendang pintu hingga terdorong dengan cukup keras dan kemudian berjalan masuk.
"Sepertinya aman," tukas salah satu temannya bernama Adrian yang berada di belakangnya, Riyonal tak menjawab, tapi indra pendengaran tajam pria itu mendengar pergerakan tak jauh darinya.
DOR! DOR! DOR!
Beberapa tembakan terus di layangkan ke arah Riyonal dan kedua temannya. Riyonal menggulingkan tubuh ke lantai, menghindari beberapa tembakan peluru yang terus menyerangnya.
Riyonal balas meraih pistol dari saku celananya dan menembakkan pelurunya pada beberapa anak buah Mr. Johanson.
Mereka berhasil menemukan kediaman Mr. Johanson yang telah menahan beberapa anak buah kepercayaan Riyonal. Lokasi kediaman Mr. Johanson telah di lacak dengan keberadaan anggota Godard melalui chip sekecil butir beras yang telah di tanam di setiap tubuh anak buah Riyonal.
Riyonal memberi isyarat pada Adrian dan Felix untuk masuk lebih dalam, mencari keberadaan Mr. Johanson yang sampai sekarang belum juga muncul.
Riyonal menghembuskan pistolnya yang mengeluarkan asap dan kembali memasukkan di dalam sakunya. Ia ikut berjalam untuk mencari keberadaan Mr. Johanson.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From Mafia
Roman d'amourRiyonal George, pria tampan yang menjadi incaran banyak wanita. Namun di balik itu semua, Riyonal menyimpan berbagai rahasia kelam. Riyonal, seorang mafia kejam, penguasa dunia hitam yang sangat menakutkan. Misi pembalasan dendam terhadap Mr.Johanso...