Riyonal mendudukan dirinya di atas meja kerjanya. Jari-jarinya menari di atas papan keyboard. Mata tajam Riyonal fokus pada satu arah, keningnya mengerut, setelahnya hanya senyum miring terukir di bibirnya, ternyata pria ini mencoba untuk bermain-main dengannya. Aura dingin semakin melekat di tubuhnya.
Tangan besarnya mulai meraih interkom, memanggil Adrian sang tangan kanan.
"Adrian." Suara berat nan dingin dari Riyonal mampu mengubah atmosfer yang ada di sekitarnya.
"Batalkan hubungan kerja kita dengan David Company sekarang juga."
"Kenap--"
Tut... Tut...
Riyonal langsung mematikan interkomnya dan mengembalikan pada tempatnya. Riyonal terkekeh mengejek, dia pikir dia bisa menipu Riyonal?
Riyonal menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kerjanya dengan kaki kiri yang di lipat di atas kaki kanan. Jari-jarinya mengetik permukan meja.
Tangannya meraih pistol yang ada di balik jas mahalnya, ia sungguh bosan sekarang.
Wajahnya beralih menatap ruang rahasia miliknya. Riyonal berdiri dari duduknya, menurunkan kaki kirinya yang terlipat ke bawah.
Kembali, kakinya melangkah ke dalam ruangan itu. Mencari pekerjaan lain yang membuat dirinya tidak bosan. Riyonal berdiri tepat di ujung dinding, tangannya menyentuh permukaan rata itu.
Srettt...
Tak lama kemudian, dinding itu pun terbuka, menampilkan sebuah ruangan lain yang tersembunyi di dalamnya. Riyonal melangkahkan kakinya untuk masuk ke ruangan itu lebih dalam. Saat memasuki pijakan pertama, otomatis lampu-lampu yang ada di ruangan itu langsung hidup dalam sekejap, seolah menyinari jalan Riyonal, sang penguasa kegelapan, dunia hitam ataupun ruangan ini.
Srett...
Pintu itu pun kembali tertutup ketika Riyonal kembali sudah masuk ke dalam. Pria itu mendudukan dirinya di sebuah sofa yang berwarna merah terang. Matanya menatap ke seluruh penjuru ruangan, Riyonal mendekati sebuah lemari yang menyimpan berbagai pistol, revolver dan senjata api.
Lyora kini sedang mengernyit dahinya bingung menatap semua para karyawan yang sedang menatapnya.
"Ada yang aneh denganku?" tanya Lyora pada Lea yang saat ini juga tengah mengernyit bingung.
"Sepertinya tidak ada."
"Tapi mengapa mereka terus-menerus menatapku?"
"Aku juga tidak tau. Mereka tidak seperti biasanya, aneh sekali!" gumam Lea.
Lyora mengangguk menyetujui, gadis itu menundukan kepalanya karena terus-menerus di perhatikan seperti itu.
Lyora menghembuskan nafas panjang, gadis itu terus melanjutkan langkahnya menuju tempat pemotretan dengan sangat tidak percaya diri.
"Ada apa dengan mereka." Gumam Lyora dengan wjaha menunduk sedikit kesal, ingin beryanya namun tidak berani.
***
Adrian kini berjalan tergesa-gesa, memasuki rungan sang CEO perusahaan George Company. Tanpa meminta permisi seperti biasanya, Adrian langsung membuka pintu ruang pribadi Riyonal.
Adrian juga tidak bersikap formal seperti biasanya karena kali ini bukan masalah pekerjaanlah yang ingin di bahas, walau sekarang waktunya untuk bekerja, tapi Adrian tetap akan membahas masalah ini karena sangat penting.
Pria itu melangkahkan kakinya memasuki rungan pribadi Riyonal yang sangat hening seolah-seolah tidak ada seseorang di dalam.
"Riyonal!" teriak Adrian ketika ia tidak menemukan keberadaan pria itu dia sekitar sini. Padahal baru setengah jam yang lalu ia melihat Riyonal masuk di ruangannya. Bahkan dari perjalanan menuju ke sini, Adrian tidak sedikit pun menemukan tanda-tanda adanya Riyonal.
Sebenarnya dimana pria itu?
Mata Adrian mengedar ke seluruh ruangan. Tapi tak sedikitpun ia menemukan batang hidung Riyonal.
Mata Adrian memincing curiga ketika melihat sudut dinding yang rat, dahinya berkerut samar, ia sudah seperti tidak asing melihat ujung dinding yang permukaannya rata itu, bahkan sangat rata hingga mampu membuta orang yang ada di sekitar sini tidak tau jika di situ terdapat ruangan rahasia lain ....
Adrian menjentikkan jarinya ketika teringat dengan keberadaan Riyonal sekarang. Jika pria itu tidak ada di sini, berarti dia pasti sedang ada di ruangan rahasia itu.
Adrian pun mendekati dinding yang berada u ujung itu. Telapak tangannya mulai terangkat, menyentuhku permukaa rata dinding itu. Namun apa yang terjadi? Tidak ada!
Adrian di buat bingung, kenapa telapak tangannya tidak bisa di membuka pintu itu? Padahal dia sangat jelas-jelas melihat Riyonal membuka pintu itu hanya dengan telapak tangannya saja. Apa pintu ini di khususkan akan terbuka hanya untuk telapak tangan Riyonal saja?
Adrian berdecak, pria itu memutar boap matanya malas sebelum menggedor-gedor pintu itu dengan sangat keras. Adrian bahkan terus-menerus menendangnya. Tapi tak ada sahutan dari dalam. Apa ruangan itu juga kedap suara?
"Riyonal!" Adrian terus-menerus menggedor-gedor pintu.
Hingga tak lama kemudian pintu tergeser ke samping. Adrian bernapas lega, ia akhirnya berjas juga.
Riyn menatap Adrian tanpa ekspresi. Pria itu mendudukan dirinya dengan santai di kursi kebanggannya.
"Ini masalah penting. Para polisi Amerika telah mengetahui siapa penyebab meledaknya bom di koran bagian utara Florida!"
Ekspresi Riyonal langsung berubah dalam sekejap, ini bukan masalah main-main. Ini menyangkut Lyora, dan hukumnya tidak main-main, tidak jauh dari kematian.
Riyonal berdiri dari duduknya, aura yang di keluarkannya kali ini berbeda, Riyonal tegang, mendapat berita itu secars tiba-tiba.
"Kenapa mereka bisa tau?"
Adrian meneguk ludahnyaa dengan susah payah.
"Mereka juga menemukan apa yang kita temukan. Yaitu logo berwarna kuning dengan nama Mr. Johanso--"
"Aku sudah menyuruhmu untuk menghilangkan barang bukti itu!"
"Tapi mereka menemukannya saat pertama kali menyelidiki, dua hari sebelum kau menyuruhku untuk menghilangkan semua barang bukti yang ada di sana. Hanya saja, mereka batu memberi tahunya sekarang karena mereka ingin menyelidiki terlebih dahulu dan musuh juga tidak akan kabur dari mereka, dan--" Adrian menejeda, ekspresinya benar-benar serius.
"Saat ini mereka sedang menuju ke sini. Mereka ingin mencari keberadaan Lyora."
Riyonal menelan salivanya kasar, pasti seluruh pemerintahan Amerika sedang mengerahkan pasukan untuk mencari Lyora. Karena Lyora telah melenyapkan berpuluh-puluh jiwa, hal itu bukan di anggap masalha sepele.
"Panggilkan Lyora ke sini, dan tutup semua mulut karyawan juga semua yang bekerja di kantor ini agar mereka tidak ada yang membeberkan keberadaan Lyora. Jika mereka bertanya, jawab saja Lyora tidak bekerja lagi di kantor ini."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Adrian pun berdiri dari duduknya, pria itu dengan cepat berusaha melakukan tugasnya sesuai permintaan Riyonal, sang bos besar.
Riyonal menghela napas panjang, pria itu memijat pangkal hidungnya terlihat pusing. Tidak ada cara lain untuk menyelamatkan Lyora selain ....
Riyonal meraih ponsel pintar dari saku celananya. Pria itu mengetikan nama Felix di papan keyboard ponselnya dan mulai menghubungi pria itu.
"Beli salah satu pulau di daerah terbaik untukku, jika perlu cari pulau yang sudah lengkap fasilitas. Amankan radar laut sampai kejauhan satu hektar. Upayakan segala keselamatan karena aku dan Lyora akan tinggal untuk sementara di sana."

KAMU SEDANG MEMBACA
Love From Mafia
Lãng mạnRiyonal George, pria tampan yang menjadi incaran banyak wanita. Namun di balik itu semua, Riyonal menyimpan berbagai rahasia kelam. Riyonal, seorang mafia kejam, penguasa dunia hitam yang sangat menakutkan. Misi pembalasan dendam terhadap Mr.Johanso...