Tok ... Tok ... Tok ...
Lyora mengetuk pintu beberapa kali, gadis itu berjalan memasuki ruangan Riyonal dengan berbagai pertanyaan yang memasuki otaknya. Lyora masih bingung kenapa Riyonal memanggilya di sini? Apa kinerjanya kurang baik dalam pemotretan?
Untuk mengetahuinya, ia harus bertanya saja langsung pada Riyonal.
"Masuk." Suara sahutan dari dalam yang mengijinkan Lyora untuk masuk pun terdengar.
Lyora berjalan masuk ke dalam, gadis itu menatap Riyonal yang saat ini tengah memijat pangkal hidungnya pusing. Riyonal menatap Lyora yang baru memasuki ruangan.
Riyonal memainkan jarinya, bermaksud menyuruh Lyora untuk mendekat. Lyora yang mengerti pun mulai mendekatkan tubuhnya pada pria itu.
"Ada apa," tanya Lyora tanpa berbasa-basi lagi.
Riyonal menghela napas panjang, dan berdiri dari duduknya sebelum benar-benar berbicara,
"Pemerintahan Amerika telah tau jika kau penyebab meledaknya bom di kota bagian utara Florida, dan sekarang mereka sedang mencarimu di sini."
Lyora menegang, wajahnya jadi pucat, gadis itu kaku, ia tidak tau apa yang harus di lakukannya.
"Ba-gaimana mereka bisa tau," tukas Lyora dengan terbata-bata. Gadis itu tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut dan takutnya secara bersamaan.
"Mereka telah menemukan bukti saat pertama kali menyelidiki. Aku sudah menyuruh Adrian untuk menghilangkan semua barang bukti, tapi ternyata mereka lebih dulu mendapatkannya, dan baru sekarang mereka membeberkan pelakunya di depan umum."
Lyora bergetar di tempat, ia tidak sanggup lagi berkata-kata, ia tidak memiliki tempat perlindungan. Apa yang harus di lakukannya. Apa ia harus berserah diri saja? Mata Lyora dengan perlahan mulai berkaca-kaca.
Riyonal yang menyaksikan itu langsung berdiri dari duduknya, ia mengelus bahu gadis itu dan membawanya ke dalam pelukan hangatnya.
"Tidak usah takut, aku akan melindungimu. Believe with me." Riyonal mengelus puncak kepala gadis itu dengan lembut.
Riyonal mengangkat dagu gadis itu dengan telunjuknya agar wajahnya bisa terangkat. Mata Lyora berkaca-kaca..
"Don't cry." Riyonal menghapus air mata gadis itu yang mulai jatuh, membasahi pipi mulusnya.
Drtt ... Drtt ...
Bunyi telepon berbunyi, Riyonal meraih ponsel itu dari saku jasnya. Menatap sang penelpon yang ternyata dari Adrian. Riyonal melirikan matanya sejenak, menatap Lyora yang saat ini tengah menghapus air matanya, gadis itu terus memperhatikan dirinya.
Riyonal menekan tombol loudspiker ponselnya agar Lyora juga bisa mendengarnya.
"Mereka sudah datang! Cepat sembunyikan Lyora. Saat ini resepsionis dan satpam sedang menahan langkah mereka."
Tut ... Tut ...
Panggilan pun di akhiri. Riyonal kembali memasukkan ponselnya di saku celana bahannya. Ia menarik tangan Lyora dengan lembut.
"Ingat, jangan bersuara okay. Aku akan berusaha melindungimu. Promise." Riyonal berusaha menenangkan gadis itu. Tangannya mengelus puncak kepala Lyora dan membawanya menuju sudut ruangan paling ujung. Ternyata ruangan rahasia itu sangat banyak gunanya.
Riyonal menempelkan telapak tangannya dan ruangan itu pun sontak terbuka. Pria itu menggenggam lembut tangan Lyora dan menuntunnya memasuki ruangan yang langsung berubah menerang dengan lampu yang menyala di saat Riyonal melangkahkan kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From Mafia
RomanceRiyonal George, pria tampan yang menjadi incaran banyak wanita. Namun di balik itu semua, Riyonal menyimpan berbagai rahasia kelam. Riyonal, seorang mafia kejam, penguasa dunia hitam yang sangat menakutkan. Misi pembalasan dendam terhadap Mr.Johanso...