24. Mansion

136 4 0
                                    

Riyonal memarkirkan mobilnya tepat di depan mansion mewahnya yang berwarna dark. Pria itu segera keluar dari dalam mobilnya, di ikuti oleh Auryn yang juga tengah memeluk erat bingkai foto itu.

Riyonal melangkahkan kakinya, memasuki mansion, semua para pelayan menunduk hormat seperti biasanya. Riyonal menuntun Auryn,  membawa gadis itu untuk memasuki kamar yang akan di tempatinya untuk sementara waktu.

"Kau tidur di kamar ini saja," tukas Riyonal sambil menggentikan langkahnya tepat di kamar yang akan menjadi tempat peristirahatan Auryn untuk sementara waktu. Tempat tidur Auryn saat ia pertama kali Riyonal membawa gadis itu ke rumahnya saat pingsan karena di siksa oleh Anggara.

Riyonal memandangi wajah gadis itu, mengusap tengkuknya sebelum benar-benar melanjutkan ucapannya,

"Atau kau ingin tidur di kamar ku saja?"

"Apa maksudmu?!" Auryn menatap Riyonal dengan wajah malu nya, ia jadi teringat saat dia mabuk dua hari lalu dan berakhir tidur dengan pria itu di atas ranjangnya tanpa menggunakan dengan Riyonal yang tidak menggunakan atasan. Memalukan! Walau nyaman.

"Tidak, di sini saja." Auryn menggeleng kecil menjawab ucapan terakhir Riyonal. Gadis itu benar-benar malu saja.

Riyonal mengangguk kecil,

"Kau bisa menempel foto itu di atas dinding jika kau ingin. Tapi kau jangan sampai lupa membawanya saat kita pergi," terang Riyonal sebelum benar-benar pergi dari tempat itu.

Lyora mengangguk kecil walau Riyonal tidak melihatnya karena pria itu sudah berlalu. Lyora menggigit bibir bawahnya malu menatap pria itu. Ia sedikit salah arti atas ucapan Riyonal tadi.

Lyora mengerjap-ngerjapkan matanya, dan memukul kedua pipinya dengan tangan mungilnya.

"Apa yang kau pikirkan Lyora ...," gumam Lyora dengan malu.

Lyora pun dengan cepat masuk ke dalam kamarnya ketika para pelayan-pelayan yang ada di sana memperhatikan tingkah lakunya, tak jarang juga dapat yang terkekeh geli.

Lyora langsung menutup pintu kamarnya dengan malu. Gadis itu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Lyora meletakkan foto tersebut di atas meja nakas. Ia melempar tubuhnya di atas ranjang. Gadis itu menghadap langit-langit kamar, walau ia sedikit terhibur dengan hari ini, tetap saja ia sedikit takut karena menjadi buronan warga.

"Apa yang harus aku lakukan Dad," gumam Lyora dengan suara kecil. Lyora mengangguk tidak tau apa yang harus di lakukannya sekarang, jika saja daddy-nya masih ada, mungkin dia sudah meminta bantuan dengan pria paruh baya itu. Sekarang ia terpaksa harus mempercayai Riyonal karena ia tidak punya siapa-siapa lagi untuk mengadu dan membantunya dari masalah seperti ini.

WaWalau sebenarnya Lyora mempercayai Riyonal murnia dari hati. Hanya saja ia masih belum menyadarinya.

Lyora mengambil ponsel dari sakunya, gadis itu mulai menghidupkan layar beranda ponselnya, menggulir layar nya dan melihat apakah ada pesan atau panggilan. Tapi ternyata tidak ada, Lyora memang kurang bergaul, otus sebabnya ia tidak punya banyak teman atau pun pacar. Bahkan sekatanga benda sejuta umat yang di pegangnya sekarang tidak ada gunanya sedikit pun.

Lyora sedikit cemberut, gadis itu dengan asal melempar ponselnya hingga jatuh di atas ranjang. Lyora mengubah posisi tidur telentangnya menjadi telungkup.

Hari ini sungguh melelahkan, tapi Lyora tidak pernah sedikit pun mengantuk sekarang. Lyora berdiri dari tidurnya, gadis itu berjalan menuju balkon, menggehser tirai nya dan membuka pintu nya.

Lyora menghirup udara sebanyak-banyaknya. Udara malam memang kurang baik untuk kesehatan. Tapi Lyora sangat suka dengan udara malam karena dingin.

Lyora menatap ke bawah, mata gadis itu berhenti pada satu objek ketika melihat Riyonal yang saat ini tengah berbicara dengan seseorang. Lyora mengerutkan keningnya. Pria itu sedang berbicara dengan siapa?

Love From MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang