Lyora menghembuskan napas di ambang sadar. Sebelum benar-benar menutup mata, Lyora bergumam kecil.
"Mom, Dad, Abang, Leora, kita akan segera berkumpul kembali."
Setelah mengucap kalimat itu Lyora pun memejamkan mata dan ambruk tidak sadarkan diri di lantai.
Anggara tersenyum menyeringai. Ia menatap pistol yang ada di tangannya seraya menggeleng-gelengkan kepala. Sebegitu takutkah gadis itu pada pistol?
Ia bahkan belum menembak gadis itu tapi Lyora malah sudah pingsan duluan. Anggara memang hanya menembak satu senti di atas kepala gadis itu.
Pria itu menggeleng-gelengkan kepala kecil, lantas berjongkok, menatap tubuh Lyora yang saat ini sudah terbaring tak sadarkan diri di ubin lantai yang dingin.
Anggara tersenyum menyeringai. Pria itu sedikit kecewa karena Lyora sudah pingsan bahkan sebelum ia benar-benar membunuh gadis itu.
Tapi tak apa, Anggara akan tetap membunuh Lyora walaupun gadis itu sudah pingsan. Anggara pun mulai mengambil pisau lipat dari saku celana. Ia ingin menyiksa gadis itu terlebih dahulu sebelum benar-benar membunuhnya. Ia ingin melihat Lyora kesakitan dalam tidurnya. Jiwa psikopatnya mendadak muncul kepermukaan setelah sekian lama ia pendam.
Anggara tersenyum miring, tapi saat akan menancapkan pisau, pria itu mengurungkan niat. Anggara kembali memasukan pisau itu ke dalam sakunya.
Tangan Anggara dengan perlahan terulur, menyentuh pipi gadis yang masih terdapat jejak tangannya. Anggara menjilat bibir bawahnya ketika melihat wajah cantik Lyora. Apa ia harus bermain-main dulu dengan gadis itu? Tangan Anggara yang mengelus pipi Lyora perlahan turun ke bawah. Pandangan Anggara kini jatuh, menatap bibir merah Lyora yang terpoles lipstick nude. Wajah Anggara pun dengan perlahan mendekat, ingin mengecup bibir gadis itu.
***
Riyonal kini kembali mendudukan diri di kursi dengan terus menatap sang MC yang tengah berbicara. Riyonal, Adrian, dan Felix baru saja keluar untuk membuat sebuah rencana dan strategi untuk menyerang kelompok mafia Red Black.
Riyonal juga sedikit berterimakasih pada Lyora yang tanpa sadar telah memberi tahunya tentang orang-orang yang memakai gelang itu.
Suara panggilan MC yang berteriak keras dengan memanggil nama Lyora untuk mendekat padanya diiringi dengan tepuk tangan pun mulai mengundang atensi Riyonal. Ia mengedarkan pandangan ke segala arah, mencari keberadaan Lyora yang saat ini masih belum kelihatan berjalan mendatangi sang MC. Bahkan, ketidakdatangan Lyora membuat keadaan menjadi hening, semua orang menatap satu sama lain dengan pandangan yang bertanya-tanya. Kenapa gadis itu tidak datang-datang? Padahal tadi mereka barusan melihatnya memasuki ballroom hotel milik Lucero's Company.
Bukan hanya para tamu dan undangan saja yang saat ini, bertanya-tanya. Adrian dan Felix pun juga bertanya-tanya seperti yang lain. Mereka yang biasanya tidak peduli dengan hal-hal seperti itu mendadak jadi peduli.
Mata Riyonal kembali menatap ke seluruh penjuru ruangan. Pria itu mengalihkan pandang menatap Adrian dan Felix yang saat ini juga tengah menatapnya. Entah kenapa jantung Riyonal mendadak berdebar dengan kencang, sepertinya sesuatu tengah terjadi pada gadis itu.
"Lacak keberadaannya!" titah Riyonal dengan tanpa bantahan. Untung saja tadi ia telah menempelkan alat pelacak tersebut pada pakaian gadis itu.
Adrian mengangguk patuh, pria itu mengambil ponsel pintarnya dari sakunya, untuk melihat keberadaan Lyora sekarang ini.
"Ikuti aku," tukas Adrian dan mulai berjalan di ikuti oleh Riyonal dan Felix di belakangnya. Mereka bertiga pun pergi tanpa mempedulikan sang MC yang kembali berteriak-teriak heboh karena model Lyora tidak kunjung datang setelah dipanggil tiga kali, maka MC tersebut pun mulai melewati hal tersebut dan kembali melanjutkan acara.
Adrian terus mengikuti dimana keberadaan Lyora melalui penunjuk arah yang ada di ponselnya.
Adrian dengan cepat mulai menaiki anak tangga yang tiada habis-habisnya itu. Kini langkah ketiganya terhenti ketika menemukan sebuah pintu rooftop.
"Di dalam sana." Tunjuk Adrian setelah melihat dari dalam ponsel pintarnya yang menunjukkan jika Lyora tengah berada di dalam sana.
Tanpa berbasa-basi lagi, Riyonal dengan cepat pun mulai menendang pintu rooftop dengan kakinya hingga pintu tersebut terbuka dengan kencang. Pandangan pria itu kini terjatuh, menatap Lyora yang kini tergeletak lemah di lantai dengan Anggara yang hendak mencium bibir mungil menggoda milik Lyora.
Saat itu juga Riyonal mengeraskan rahangnya, pria itu menggertakkan gigi menahan amarah, tatapannya berkilat tajam menatap Anggara yang saat ini tengah terkejut menatapnya kedatangannya.
"Apa yang kau lakukan padanya, Martinez!" Riyonal meraih pistol dari sakunya,
DOR! DOR! DOR!
Riyonal menembaki tubuh Anggara yang saat ini tengah mencoba untuk menghindar.
DOR!
Hingga yang kelima kalinya Riyonal berhasil menembak tangan pria itu, berhasil membuat Anggara terjatuh.
Felix dan Adrian juga sama, kedua lelaki itu kini sedang menembak beberapa anggora Red Black yang mencoba menyerang.
Riyonal berjalan dengan langkah cepat, mendekati Anggara yang saat ini tengah ketakutan menatapnya.
"Kau memang lebih licik dariku, tapi kali ini keahlian menembaklah yang sangat di butuhkan untuk mengalahkan musuh seperti dirimu," Mata tajam Riyonal menatap Anggara yang saat ini tengah berusaha untuk berdiri, tapi Riyonal kembali menendang dengan kasar tubuh Anggara hingga pria itu terpental jauh.
"Ternyata, ketua Red Black selemah ini," Riyonal berkata sinis. Kembali pria itu mengangkat kakinya hingga tapak sepatu pantofelnya menginjak dada Anggara, Riyonal semakin menekan kakinya di dada Anggara hingga nafas pria itu menjadi sesak. Anggara hanya bisa memegang kaki Riyonal yang sedang menginjak dadanya tanpa mampu menahannya, kekuatannya memang sangat lemah.
"Katakan, apa yang kau lakukan pada Lyora!" teriak Riyonal dengan suara yang keras. Dalam sekali hentak Riyonal menendang pipi Anggara dengan sangat kuat hingga wajah pria itu menoleh ke samping. Anggara terbatuk-batuk hingga darah pun mulai keluar dari bibirnya.
Riyonal menarik kerah baju Anggara, meninju wajah pria itu dengan membabi buta.
"Apa yang kau lakukan pada gadis itu, hah!" Riyonal memelintir tangan Anggara dengan kencang, membalik tubuh pria itu dan menendangnya dengan keras.
"Aku hanya, me-nam-par-nya saja," ungkap Anggara dengan sedikit terbata-bata. Riyonal menatap nyalang wajah Anggara, pria itu pun mulai meninju keras pipi Anggara hingga wajah pria itu tertoleh ke samping.
"Bawa dia ke markas! Aku masih ingin memberinya pelajaran!" titah Riyonal pada Adrian dan Felix yang telah berhasil melumpuhkan anak buah Martinez dengan di bantu oleh anak buah Godard yang di perintah oleh Adrian tadi.
Riyonal kini beralih menatap Lyora yang saat ini masih tergeletak lemah tak berdaya di lantai, dengan sangat hati-hati tangan Riyonal kini beralih menggendong tubuh gadis itu dan membawanya keluar dari hotel Lucero's Company.
Tanpa mempedulikan tatapan-tatapan bertanya semua orang, Riyonal tetap berjalan dengan cepat menuju mobilnya yang terparkir rapi di parkiran hotel.
Riyonal dengan hati-hati mendudukan Lyora di kursi samping kemudi, memasang seatbelt gadis itu dan menurunkan sandaran kursi agar Lyora bisa nyaman.
Riyonal pun mulai melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, tapi tidak menyalip kendaraan lain. Ia hanya tidak ingin jika Lyora sampai kenapa-napa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love From Mafia
RomanceRiyonal George, pria tampan yang menjadi incaran banyak wanita. Namun di balik itu semua, Riyonal menyimpan berbagai rahasia kelam. Riyonal, seorang mafia kejam, penguasa dunia hitam yang sangat menakutkan. Misi pembalasan dendam terhadap Mr.Johanso...