9. Suspicious

112 4 0
                                    

Lyora berjalan beriringan dengan Lea, memasuki sebuah ballroom hotel. Gadis itu menatap semua orang-orang yang tengah sibuk dengan kegiatannya sendiri.

"Lyora!" panggil seseorang dengan berjalan sedikit berlari, mendekati Lyora.

Lyora terdiam beberapa saat, menatap orang yang memanggilnya, dia 'kan pria yang menggunakan gelang perak tadi. Untuk apa dia ke sini dan memanggil nama Lyora?

Setelah berdiri tepat di hadapan gadis itu, pria itu pun mulai mengelurkan tangannya sambil menyunggingkan senyum manisnya.

"Kau tidak mengingatku?" dengan wajah berharapnya.

Lyora menggeleng kecil, "Maaf." Ujarnya dengan wajah tidak enak.

"Tak apa." Ria itu terkekeh kecil, "Mari berikenalan."

"Oh iya." Lyora mengulurkan tangannya pada pria yang sedari tadi mengulurkan tangannya tapi tidak di balas oleh Lyora.

"Lyora." Ujar Lyora denga tersenyum kikuk. Pasalnya ia tidak mengenal pria itu. Apalagi ia menggunakan gelang berwarna perak dan terdapat gerak-gerik mencurigakan tadi, walau sekarang gerakan pria itu sangat kontras dengan yang tadi. Jadi gadi gadis itu harus berhati-hati.

"Anggara."

"Anggara?" mata Lyora mengadah ke atas, terlihat tengah berpikir. Ia merasa seperti familiar dengan nama itu.

"Sepupumu."

Mata Lyora seketika melebar ketika baru ingat,

"Jadi, kau Anggara yang gendut itu?"

"Kau jangan terlalu memperjelasnya." Anggara terkekeh kecil, sambil menggaruk tengkuknya terlihat malu.

Lyora memandangi tubuh Anggara dari atas sampai bawah. Kemudian Lyora mengulum bibirnya, menahan rasa geli yang mengganggu dirinya.

"Kau sangat berbeda dengan sekarang."

"Apa bedanya? Apa aku semakin tampan?"

Lyora mengangguk, "Kau juga semakin kurus. Tak se-gendut dulu." Setelah mengatakan itu, tawa cantik mulai keluar dari bilah bibir Lyora.

"Aku tidak menyangkal jika aku dulu memang sangat gendut. Tapi aku juga tidak menyangkal kalau sekarang aku sangat tampan. Terpesona?"

Lyora menggeleg geli, "Tapi aku tetap tidak berselera dengan pria sepertimu." Aku Lyora dengan jujur.

"Aku cukup tertohok princess." Ujar Anggara dengan jujur, pria itu mengulurkan satu tangannya pada Lyora.

"Berdansa denganku?"

"Umm .... " Lyora mengedarkan pandangannya untuk mencari Lea, tapi matanya malah bertubrukam dengan mata hitam pekat milik Riyonal. Riyonal memandangnya dengan pandangan tajam. Tangan pria itu terkepal erat di atas meja.

Lyora langsung memalingkan wajahnya ketika mendapat laser merah dari pria itu seolah memperingatinya.

Mata Lyora kini berhenti melihat tangan Anggara yang masih terulur darinya. Lyora tersenyum manis. Gadis itu menerima uluran tangan Anggara

Anggara menuntun Lyora menuju ke tengah-tengah tempat dansa. Kini keduanya menjadi pusat perhatian. Lyora tertunduk ketika dari arah lain ada mata Elang yang mengawasinya.

"Ini menyenangkan bukan?" Anggara mengambil tangan Lyora dan menaytukan tangan keduanya. Anggara melingkarkan tangan yang satunya di pinggang Lyora sedangkan tangan Lyora yang satu lagi ia letakkan di bahunya.

Lyora hanya tersenyum kikuk sambil melirik-lirik kecil ke arah Riyonal.
"Kau sedang melihat apa?" tanya Anggara, hendak mengikuti arah pandang Lyora, tapi gadis itu segera mengalihkan pandangannya kembali mengahadap Anggara.

"Tidak apa-apa." Ujar Lyora.

"Saatnya berganti pasangan princess." Ucap Anggara ketika suara sang MC yang menuntun acara.

Lyora pun berbalik, memutar tubuhnya untuk mencari pasangan baru.

Lyora di buat memekik tertahan ketika tangannya malah di tarik oleh seseorang.

"Kau--" ucapan Lyora terhenti ketika Riyonal kini menatapnya tajam. Satu tangan pria itu melingkar erat di pinggang rampingnya. Riyonal mendekatkan tubuh Lyora hingga otomatis Lyora meletakkan kedua tangannya di dada Riyonal, memberi jarak.

"Siapa dia?" tanya Riyonal dengan suara mendesis tertahan. Pria itu mempererat pelukannya, bukannya berdansa, mereka berdua malah terdiam di tempat dengan menatap satu sama lain.

Lyora menurunkan tatapannya, menatap dada Riyonal, Lyora benar-benar tidak sanggup melawan pesona pria itu, bisa-bisa ia malah pingsan sekarang. Ya, Riyonal memang sangat tampan malam ini. Lyora menggigit bibir bawahnya, dadanya tiba-tiba berdesir dan pipinya memanas. Lyora melirikan matanya menatap jam tangan yang melingkar di tangan Riyonal.

"Kau dan Anggara sangat cocok." Ujra Lyora tanpa sadar. Riyonal terdiam, tatapan pria itu jadi datar, siap menunggu kelanjutan ucapan Lyora.

"Tadi, aku melihat beberapa orang berkerumun di parkiran dan mereka menggunakan gelang masing-masing. Anggara yang berdansa denganku juga menggunakan gelang itu, tapi hanya warnanya saja yang berbeda. Anggara menggunakan warna perak,  sedangkan yang lain berwarna maroon, dan sekarang kau juga memiliki gelang berwarna perak, walau kelihatan seperti jam tangan. Apa Anggara juga seorang mafia, sama sepertimu?" Tanya Lyora dengan tatapan menyelidik.

Riyonal terdiam, hal itu membuat Lyora bisa menyimpulkan sendiri.

"Aku tidak menyangka jika sepupuku sama seperti dirimu. Aku sangat membenci para mafia terlebih dirimu!" perkataan Lyora tiba-tiba menajam.

Riyonal mengerutkan alisnya, kemudian pria itu tersenyum samar,

"Jangan dekat-dekat dengan pria itu," Aku Riyonal dengan bergumam kecil.

Setelahnya, Riyonal melepas tangannya yang melingkar di pinggang gadis itu. Riyonal pun melenggang pergi begitu saja, menuju meja para tamu yang di sana terdapat Adrian dan juga Felix yang tengah meminum tequila dari gelas crsytalnya masing-masing.

Lyora mengerutkan alisnya bingunng, kemudian gadis itu tersenyum miring, ternyata Riyonal merasa tertohok rupanya.

Lyora kemudian melenggang pergi begitu saja seraya mendengus kecil, dia sudah seperti gadis yang di tinggalkan oleh kekasihnya. Lyora pun berbalik, gadis itu berjalan untuk mencari teman.

"Kau sudah menempelkan alat pelacak padanya?" tanya Adrian.

"Ya." Riyonal mengambil satu botol tequila dan meminumnya dari botolnya langsung.

"Aku mendapat beberapa informasi." Terang Riyonal seadanya.

"Tentang?"

"Martinez." Terangnya dengan bibir tersungging miring.

"Ternyata sangat mudah mendapatkannya." Ujar Adrian dengan tersenyum remeh.

"Mafia Red black." Gumam Riyonal tanpa sadar.

Felix dan Adrian saling bertatap-tatapan.

***

Lyora saat ini tengah uring-uringan. Gadis itu tengah memcari keberadaan Lea yang sedari tadi belum di temukan.

"Lea memang sangat menyebalkan." Gerutu Lyora dan mulai mendudukan dirinya di kursi para tamu yang paling ujung.

Lyora mengehela nafas panjang, gadis itu kelihatan lelah, terus berjalan ke sana kemari dengan stiletto setinggi lima belas senti.

Lyora memalingkan wajahnya menatap seluruh orang-orang yang tengah bersadansa. Mata gadis itu menatap Anggara yang saat ini tengah berjalan menuju keluar dari ballroom hotel. Gadis itu memincing curiga. Ia sedari tadi memang mencurigai Anggara. Walaupun pria itu mengaku sebagai sepupunya, tetap saja wajah pria itu sedikit berbeda dengan sepupunya tujuh tahun lalu. Terlebih matanya,  sepupunya memilik warna mata sebiru laut, warna mata kesukaannya, sedangkan warna Anggara yang sekarang berwarna cokelat muda. Apa pria itu mencoba menyamar sebagai Anggara?

Lyora memang sudah curiga dengan pria itu sedari awal ketika ia melihat gelagatnya di parkiran dengan orang-orang yang juga sepertinya bersekongkol dengan dirinya.

Love From MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang