19. Chip Pelacak

127 3 0
                                    

Riyonal meletakkan gadis itu di bangku kemudi, tangannya dengan perlahan melepas kedua lengan Lyora yang masih melingkar erat di leher dantaku lupa juga untuk memasangakan seatbelt di tubuh gadis itu.

"Lyora terus menyaksikan hal itu dengan mata sayu."

Riyonal memasuki bangku kemudi, pria itu menutup pintu mobil dan menjalankan mobilnya meninggalkan  club malam itu.

Riyonal sesekali melirikan matanya, menatap Lyora yang saat ini tengah memandangi lekat dengan tubuh yang bersandar di kursi mobil.

"Tidurlah," tukas Riyonal sambil memandangi gadis itu dengan lekat.

Lyora menggeleng, gadis itu terkekeh geli,

"Aku benar-benar lelah hari ini." Gumam Lyora dengan bibir cemberut.

Riyonal masih memperhatikan hal itu, tapi bibirnya tetap terkatup rapat, tidak berbicara.

Lyora yang melihat itu menggoyang-goyangkan lengan Riyonal,

"Berbicaralah."

Riyonal menatap datar gadis itu, ia melepas tangan Lyora yang memeluk lengannya karena tak ingin jika konsentrasinya terganggu.

"Riyonal," panggil Lyora sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Riyonal tidak menjawab ucapan gadis itu, ia hanya melirikan matanya menatap Lyora yang hendak ingin muntah.

"Jangan di sini! Tahan." tukas Riyonal dengan melajukan mobilnya semakin kencang, meninggalkan gadis itu.

Lyora mengangguk kecil, gadis itu memejamkan matanya, berusaha untuk tertidur.

Riyonal menghela napas lega ketika akhirnya gadis itu tidak berbuat ulha lagi.

Tidak sampai lima belas menit, mobil kini berhenti tepat di mansion Lyora. Sang satpam langsung membukakan pintu saat melihat jika yang datang adalah Riyonal yang membawa nonanya.

Riyonal memarkirkan mobilnya dengan asal. Pria itu dengan segera keluar dan memutari mobil, menuju pintu samping kemudi.

Riyonal menatap sejenak Lyora yang sedang tersenyum manis menatapnya. Gadis itu mengulurkan kedua tangannya di depan Riyonal, meminta untuk di gendong.

Riyonal bukannya meraih tangan gadis itu. Ia malah melipat kedua tangan Lyora. Menyelipkan kedua tangannya di bawah tengkuk dan lutut gadis itu. Riyonal pun segera membawa Lyora masuk ke dalam mansion itu.

Lyora tersenyum manis, kemudian gadis itu kembali terkikik geli melihat wajah Riyonal.

Lyora mengangkup kedua pipi Lyora dengan tangan mungilnya. Gadis itu semakin tertawa. Setelah menghabiskan waktunya untuk tertawa, kini Lyora kembali menutup mulutnya dengan tangan.

"Riyonal aku ... Aku ingin muntah."

"Tahanlah! Sebentar lagi kita akan sampai ke toilet," Riyonal semakin mempercepat laju jalanannya. Pria itu mendorong kamara Lyora dengan kakinya, dan segera membawa gadis itu ke dalam toilet.

Setelah Lyora sudah turun, gadis itu langsung memuntahkan isi makannya tepat di depan wastafel kamar mandi.

"Huek! Huek!" Lyora memuntahkan isi perutnya.

Tangan Riyonal terulur, memijit tengkuk gadis itu.

Lyora terus memuntahkan isi perutnya hingga selesai.

Setelah selesai muntah, kini Lyora berkumur menggunakan air wastafel kamar mandi. Setelahnya, Lyora menoleh dan menatap Riyonal tubuhnya tiba-tiba jadi lemas.

"Sudah?" tanya Riyonal memastikan, pria itu menatap lekat wajah Lyora.

Lyora mengangguk kecil, saat hendak berjalan kembali, Lyora terjatuh. Gadis itu terjatuh, untung saja Riyonal dengan sigap menahan tubuh Lyora yang hampir lunglai dan jatuh.

Riyonal dengan sangat hati-hati membawa Lyora ke atas ranjang. Pria itu menidurkan gadis itu dengan hati-hati.

Riyonal menaikan selimut Lyora hingga sampai bahu.

"Aku pergi," gumam Riyonal dengan suara kecilnya. Pria itu mengelus puncak kepala Lyora dengan lembut sebelum benar-benar pergi. Riyonal berbalik, tapi langkahnya terhenti ketika Lyora menarik tangan pria itu.

Riyonal membalikkan tubuhnya kembali. Ia melihat wajah Lyora yang sayu. Gadis itu menggeleng kecil.

"Jangan pergi. Di sini saja." Riyonal terdiam, pria itu terus memperhatikan lekat wajah Lyora yang tengah memandanginya dengan wajah memohon.

Riyonal mengangkat wajahnya ke atas sebentar, dan kembali beralih menatap gadis itu. Riyonal menghela napas panjang.

Pria itu mendekati Lyora, membuka atasannya karena Riyonal tetap tidak akan bisa tidur dengan memakai atasan. Riyonal menaiki ranjang, ia memandangi wajah gadis itu.

Lyora merekahkan senyumnya, menatap Riyonal yang akhirnya mau tidur dengannya.

Gadis itu mendekatkan tubuhnya dengan Riyonal, bibirnya tersenyum manis, ia meletakkan kepalanya di dada pria itu dan melingkar kedua tangannya di perut Riyonal.

Riyonal balas memeluk erat gadis itu menggunakan satu tangannya. Riyonal tetap membuka matanya, menunggu gadis itu untuk tertidur.

Tidak lama menunggu, kini Lyora sudah tertidur pulas. Riyonal memandangi wajah gadis itu dengan lekat. Tangan Riyonal dengan perlahan terulur, menggeser tubuhnya Lyora agar bisa tertidur di atas ranjang, bukan di dadanya lagi. Tak lupa Riyonal juga menggeser tangan gadis itu dari tubuhnya.

Riyonal berdiri dari tidurnya, pria itu memandangi wajah Lyora dengan lekat. Riyonal menghela nafas panjang.

Pria itu berjalan keluar dari pintu mansion, menuju perkarangan rumah untuk memasuki mobilnya.

Riyonal membuka pintu mobil sampung kemudi dan berjalan langsung masuk ke dalam. Riyonal membuka Laci dashboard mobilnya, mengambil sesuatu dari dalam.

Riyonal memasukan benda tersebut ke dalam kantong celana bahannya. Pria itu kembali membuka pintu mobil bagian kemudi dan berjalan keluar.

Riyonal kembali memasuki mansion, pria itu berjalan mennaiki undakan tangga untuk bisa pergi ke dalam kamar Lyora. Tangan Riyonal dengan perlahan terulur, membuka pintu kamar Lyora. Riyonal kembali melangkahkan tubuhnya, memasuki kamar gadis itu. Ia melihat Lyora yang posisi tidurnya sama dengan posisinya tadi saat Riyonal tinggal.

Gadis itu sepertinya sangat kelelahan hingga tertidur seperrti mayat hidup, sedikit pun tidak bergerak.

Riyonal mendekati gadis itu, ia berjongkok di samping ranjang, menyamakan tingginya dengan Lyora. Tangan Riyonal terulur, menyentuh pipi gadis itu. Ia mengusap lembut pipi Lyora yang putih. Luka memar karena tamparan anggata pun sudah hilang.

Mengingat dengan tujuan utamanya, kini Riyonal kembali mengambil beberapa sesuatu di dalam saku celana bahannya.

Ternyata yang bawa oleh Riyonal ada sebuah jarum suntik, pria itu menyuntikan sebuah chip pelacak sekecil butir beras di dalam tubuh Lyora agar ia bisa selalu melacak keberadaan gadis itu. Untung saja ia datang di club malam itu sehingga ia bisa membawa pulang gadis yang langsung mabuk itu saat baru meminum satu teguk saja.

"Awww!" Lyora meringis kecil dalam tidurnya dan menggeliat kecil, melihat itu Riyonal langsung menyembunyikan jarumm suntik itu kembali ke dalam kantong celana bahannya setelah chip sekecil butir beras itu masuk ke dalam tubuh Lyora.

Lyora mengerjap-ngerjapkan matanya, "Aku di gigit semut," Akunya pada Riyonal yang tengah memandanginya dengan datar, tak lama setelah itu Lyora kembali tidur lagi setelah sebelumnya mencari posisi nyaman.

Riyonal menghela napas, pria itu memasuki kamar mandi, membuang suntik itu kembali ke tempat sampah.
Setelahnya Riyonal kembali memasuki kamar. Pria itu menidurkan tubuhnya di sebelah gadis itu.

Riyonal mengubah posisi tidurnya menjadi miring, menghadap jendela kamar, berhadapan dengan Lyora. Riyonal memejamkan matanya dan melingkarkan satu tangannya di tubuh gadis itu sebelum benar-benar tertidur

Love From MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang