8. Riyonal Plan's

126 3 0
                                    

Riyonal berdiri gagah di depan anak buahnya dengan stelan jas berwarna navy lengkap yang membalut tubuh kekarnya dengan sebuah pistol yang bersarang di balik saku jasnya bagian dalam. Aroma citrus yang menguar dari tubuh Riyonal menambah daya tarik tersendiri baginya.

Riyonal menatap beberapa anak buahnya,

"Kali ini kita akan kembali menangkap Martinez. Kalian akan menjaga di luar. Awasi setiap pergerakan yang mencurigakan," pungkas Riyonal dengan mengambil pistol yang ada di balik saku jas dan kembali mengisi amunisi hingga penuh.

"Baik, Bos," ucap anak buahnya secara bersamaan.

Setelahnya, Riyonal keluar dari markas Godard dan memasuki mobil hitam miliknya. Riyonal memutar setir mobil dan melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, membelah jalanan yang di padati pengendara, di ikuti oleh mobil Adrian dan Felix yang berjarak tiga meter dari belakang.

Drrt ... drrt ...

Panggilan masuk pada ponsel, dari Adrian, mengundang atensi Riyonal. Pria itu melirik ponselnya sebelum benar-benar mengangkat panggilan dari Adrian, dengan satu tangan yang memegang setir kemudi Riyonal menggunakan sebelah tangannya untuk mengangkat panggilan dari Adrian dan menggunakan earpic di telinganya.

"Kau sudah mendapat ide untuk mendapat Martinez?" tanya Adrian dari seberang telepon.

"Jangan banyak bertanya. Kau tinggal tunggu hasilnya saja," terang Riyonal dan kembali mematikan ponselnya.

Riyonal mengalihkan pandangan pada jalanan yang ada di hadapannya. Ia melirik jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangan kiri sebelum benar-benar menatap kembali ke arah jalanan yang sangat macet.

Sedangkan di tempat lain.

Lyora mengoleskan lipstik berwarna nude di bibir tipisnya sebagai polesan terakhir. Malam ini, ia akan menghadiri sebuah acara di hotel Lucero's. Tadi pagi, ia tidak menyangka mendapatkan sebuah undangan yang di beritahu oleh managernya sendiri.

Sebenarnya, ia tidak ingin pergi. Ia masih ingin terus beristirahat karena terlalu lelah berjalan kaki dari ruang sakit menuju mansion. Tapi mau bagaimana lagi, ia sudah terlanjur di undang, dan demi kariernya, Lyora terpaksa menghadiri acara itu.

Bibir Lyora tersungging manis menatap dirinya yang berdiri dengan sangat elegan di depan cermin. Ah! Semoga nanti di saat ia berada di pesta, ia akan mendapatkan jodohnya.

Setelah puas menata penampilan, Lyora mulai mengambil dompet yang berwarna navy yang senada dengan pakaiannya malam ini. Sepertinya ia akan menjadi bintang malam ini.

Lyora melangkahkan kaki jenjang yang berbalut stiletto setinggi lima belas senti menuju garasi untuk mengambil salah satu koleksi mobilnya. Ia bahkan sudah merelakan mobilnya yang di tinggalnya kemarin.

Lyora menatap beberapa koleksi mobil d garasi, ingin memilih mobil apa yang akan di kenakannya malam ini. Ia memutar pandang sejenak, menatap tiga mobil yang berjejer rapi di ujung garasi. Mobil itu adalah milik daddy, mommy, dan abangnya, Liens.

Lyora tersenyum kecil melihat itu, kembali gadis itu mulai memutar pandangannya. Matanya terhenti tatkala menatap sebuah mobil berwarna merah terang, mobil yang berkilau di antara semua mobil.

Kembali, bibir Lyora yang terpoles lipstik berwarna nude menerbitkan lengkungan tipis. Ia berjalan dengan perlahan mendekati mobil itu. Tangannya terulur memasuki mobil yang kuncinya sudah tersedia sendiri di atas dashboard karena akan terlalu sulit jika Lyora menyimpan semua kunci mobilnya secara bersamaan.

Mobil Lyora kini berjalan dengan perlahan meninggalkan garasi dan mansion keluarganya. Lyora membelokkan mobil ke arah jalan yang banyak pengendara. Ia tidak ingin hal seperti kemarin kembali terulang karena dirinya yang ingin cepat-cepat sampai ke rumah, sampai-sampai berani membelokan mobilnya di jalan pintas yang sangat sepi pengendara.

Lyora melihat sebuah mobil berwarna hitam metalik yang berjalan ugal-ugalan di depannya, menyalip beberapa pengendara, bahkan melewati lampu merah.

Tanpa mempedulikan hal itu, Lyora kini terus menjalankan mobil dan memberhentikan kendaraannya tepat di depan lampu merah.

Tidak menunggu hampir satu jam, kini mobil yang di kendarai Lyora memasuki pekarangan hotel Lucero's.  Gadis itu memarkirkan mobil di tempat parkiran mobil yang sudah di sediakan di sana. Matanya sedikit kaget menatap mobil hitam metalik yang tadinya berjalan ugal-ugalan kini terparkir rapi di sebelah mobilnya.

Setelah memarkirkan mobil, Lyora masih beranjak dari balik kemudi, ia masih belum ingin keluar. Ia tidak ingin keluar tanpa seorang teman yang menemaninya karena Lyora cukup pemalu jika berada di kerumunan orang-orang banyak. Lyora mengambil ponsel dari dalam dompet navy miliknya. Gadis itu ingin menghubungi Lea, sang manager.

"Halo," ucap Lea dari arah seberang dengan sedikit panik.

"Kau di mana? Aku sudah menunggumu di parkiran."

"Kau jangan masuk dulu! Tunggu aku. Aku masih menghias wajahku. Aku terlambat!" tutur Lea dengan nada panik.

"Kau masih belum siap?!" tanya Lyora dengan nada terlihat kesal.

"Sebentar lagi aku selesai. Pokoknya, tunggu aku di parkiran. Jangan masuk dulu!"

"Tap--"

Tut ... tut ...

Lyora menatap panggilan yang langsung diputuskan oleh Lea bahkan sebelum dia menyelesaikan ucapannya. Lyora kembali memasukan ponselnya dengan asal di dalam dompetnya seraya berdecak kesal. Lea memang menyebalkan!

Lyora melipat kedua tangan di depan dada, sambil menunggu Lea datang. Lyora mengalihkan pandangan ke arah beberapa mobil yang baru datang. Untung saja, kaca mobil Lyora hitam dan tebal, jadi tidak akan kelihatan dari luar.

Kening Lyora mengerut menatap beberapa pria kini sedang berkerumun dan berbicara. Lyora menajamkan indra pendengaran sedikit penasaran. Namun, sayangnya tidak terdengar karena jarak mereka yang cukup jauh.

Mata Lyora memincing menatap para pria itu memakai sebuah gelang berwarna merah maroon dan menyembunyikan benda tersebut di balik lengan jasnya. Terdapat satu gelang berwarna perak yang di gunakan oleh satu orang. Mata Lyora terus memincing, menarap satu objek, yaitu orang yang memiliki gelang perak itu.

Lyora menggaruk pelipis ketika  merasa familiar dengan wajah orang yang menggunakan gelang perak yang di sembunyikan di balik lengan jas itu.

"Siapa ya?" gumam Lyora sambil menggaruk ujung alisnya terlihat bingung. Ia terus mengikuti pergerakan mereka. Beberapa orang yang menggunakan gelang merah maroon berjalan memasuki gedung. Sedangkan satu orang yang seperti familiar dengan Lyora berjalan dengan santai, memasuki ballroom hotel. Lyora menggendikkan bahu ketika orang-orang itu semua bubar. Ia tidak terlalu peduli.

Mata Lyora kembali beralih menatap seluruh parkiran, Lyora kembali berdecak ketika tidak melihat tanda-tanda jika Lea akan datang.

Dasar gadis itu! Lyora bahkan sudah menunggu hampir setengah jam, tapi gadis itu tidak kunjung datang juga. Bahkan saat pertama kali Lyora terlambat di hari pertamanya bekerja di perusahaan George Company, Lyora tak pernah seterlambat Lea.

Bip ... bip ...

Bunyi klakson yang menggema di parkiran yang hening mengundang atensi Lyora. Gadis itu bernapas lega ketika akhirnya menemukan Lea yang ternyata baru keluar dari mobil, mata sipitnya menatap ke seluruh penjuru, mencari-cari keberadaan Lyora.

Lyora menggeleng-gelengkan kepala ketika melihat bentuk rambut Lea yang di buat curly, sangat berbeda dengan rambut Lea yang biasa, lurus.

Pantas saja gadis itu lama! Ia ternyata sibuk berdandan.

Love From MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang