Riyonal kini sudah bersiap. Pria itu mendekati kamar gadis itu untuk melihat apakah Lyora sudah banguna atau masih tidur karena sampai sekarang pria itu masih belum mendapatkan tanda-tanda bahwa Lyora sudah bangun.
Riyonal kini berdiri di depan pintu kamar gadis itu, ia memandanginya sebentar sebelum benar-benar mengulurkan tangan besarnya untuk membuka knop pintu. Riyona memutar gagang pintu.
Objek pertama yang menjadi penglihatannya yaitu tubuh Lyora yang saat ini tengah di balut oleh selimut tebal.
Ck! Gadis itu masih belum terbangun rupanya. Padahal satu jam lagi pesawat akan take-off dan Lyora mausb tertidur sekarang? Kalau seperti ini terus mereka pasti akan terlambat.
Riyonal mendekatkan dirinya pada Lyora yang saat ini tengah tertidur nyenyak dan bergelung dengan selimut hangatnya.
Tangan pria itu terulur untuk menepuk-nepuk pipi gadis itu.
"Wake up, Lyora!" Riyonal terus menepuk-nepuk kecil pipi gadis itu hingga membuat Lyora menggelita pelan dalam tidurnya, tapi tak kunjung juga terbangun. Gadis itu malah mempererat selimutnya.
Riyonal menarik selimut gadis itu,
"Dingin ...." Gumam Lyora dalam tidurnya, tangannya bergerak-gerak, mencari keberadaan selimutnya.
Lyora dengan perlahan membuka matanya. Lyora mengucek matanya pelan sebelum benar-benar membuka mata. Gadis itu terbangun karena tidak sanggup merasakan dinginnya suasana pagi hari. Ia masih ingin tidur sekarang.
Matanya menatap Riyonal yang saat ini tengah menatapnya dengan tajam,
"Mandilah ini sudah pagi! Kita akan terlambat." Riyonal menunjukkan jam tangan mahalnya pada Lyora, bermaksud memberi tahu gadis itu jam berapa sekarang.
Lyora yang sudah sepenuhnya sadar menatap Riyonal, gadis itu sesekali menguap dengan menutup mulutnya.
"Aku sungguh mengantuk, bisakah aku tidak Lima menit lagi?"
Riyonal menggeleng tegas, "Jika kau tidak ingin pergi, biar aku saja yang pergi." Setelah mengucapkan kalimat itu Riyonal kembali kelura, hendak berlalu dari hadapan Lyora, tapi dengan cepat gadis itu menghentikan langkahnya. Tapi suara panggilan dari Lyora lagi menghentikan langkahnya.
"Tunggu!" seru Lyora dengan suara sedikit melengking.
Riyonal menghentikan langkahnya, tapi pria itu tidak sedikit pun berbalik, hanya menunggu kelanjutan ucapan Lyora.
"Bagaimana dengan pakaianku?"
"Pelayanan akan membawanya ke sini. Cepat mandilah!"
Setelah mengucapkan kalimat itu, kini Riyonal segera berlalu dari hadapan gadis itu dan melanjutkan langkahnya menuju ruang tamu kembali, menunggu Lyora selesai mandi dan bersiap-siap.
Riyonal kini mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja. Pria itu menatap televisi yang ada di hadapannya dengan tak minat.
Riyonal meraih ponsel pintar dari saku celananya, dan mulai menyalakan benda sejuta umat itu.
Riyonal kini sedang asik menggulur layar beranda, melihat berita terbaru tentang seputar Lyora yang saat ini tengah di incar-incar oleh banyak khalayak.
Karena sekatang bukan saatnya untuk menggunakan koran. Riyonal mengehela napas.
Cukup lama kini menghabiskan waktunya untuk menggulir-gulir Laura beranda, kini Riyonal mulai menghentikan aktivitasnya itu karena terlalu bosan.
Ponselnya ia kembali kan ke dalam saku celananya. Kembali menatap anak tangga yang sampai sekatanga belum juga memunculkan batang hidung Lyora.
Riyonal mengehela napas panjang, pria itu berdiri dari duduknya kembali berjalan menuju undakan tangga untuk pergi ke dalam kamar Lyora kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From Mafia
Storie d'amoreRiyonal George, pria tampan yang menjadi incaran banyak wanita. Namun di balik itu semua, Riyonal menyimpan berbagai rahasia kelam. Riyonal, seorang mafia kejam, penguasa dunia hitam yang sangat menakutkan. Misi pembalasan dendam terhadap Mr.Johanso...