14. Secret Room

181 2 0
                                    

Riyonal menarik cepat tangan Lyora agar segera keluar dari jeruji besi tempat mayat Anggara, ia tidak ingin membuat gadis itu kembali shock nantinya.

Lyora mengikuti langkah Riyonal. Ia memang belum mengetahui mayat Anggara, tapi ia yakin pria itu pasti sudah mati sekarang. Bahu Lyora sedikit bergetar, tapi lengan Riyonal segera merangkul erat tubuh gadis itu. Riyonal menuntun Lyora untuk keluar dari dalam markas Godard, memencet jarinya pada tombol yang ada di dekat pintu agar sidik jarinya bisa di deteksi.

Setelahnya, Riyonal berjalan keluar dari markas sedangkan Adrian dan Felix kembali menuju markas.

Riyonal melajukan mobilnya, meninggalkan markas Godard. Di tengah-tengah mengemudi mobil, Riyonal melirikan matanya sejenak, menatap Lyora yang tengah menatap datar jalanan.

"Aku hanya ingin membalas dendam karena dia sudah kasar padamu." Tukas Riyonal di tengah keheningan yang mendera.

Lyora mengangguk kecil, 

"Terimakasih," umamnya. Riyonal tidak menjawab, pria itu hanya memperhatikan dengan intens wajah Lyora.

"Kau sudah tidak apa-apa?" tanyanya memastikan.

Lyora mengangguk kecil,

"Tolong antarkan aku ke mansion. Aku ingin pulang sekarang." Terang Lyora dengan lirih.

Riyonal yang hendak membantah mengurungkan niatnya, ia hanya kembali menatap datar ke depan. Pria itu pun mulai membelokkan mobilnya ke arah hutan-hutan, menuju mansion keluarga Lyora yang tersembunyi.

Tidak sampai membutuhkan waktu setengah jam, kini mobil Riyonal berhenti tepat di depan mansion keluarga Lyora.

Riyonal menatap datar ke depan, pria itu memperhatikan setiap sudut mansion berwarna emas. Tidak ada yang berubah setelah tujuh tahun terakhir. Lyora membuka pintu mobil untuk keluar.

"Terimakasih," ucap Lyora lagi. Riyonal kembali tak menjawab, hal itu membuat Lyora sedikit berdecak kesal. Riyonal memang terlalu irit bicara.

Riyonal memutar setir kemudi kemudian pria itu menjalankan mobilnya, meninggalkan mansion Lyora setelah sebelumnya menatap gadis itu melalui kaca spion.

Lyora menatap kepergian Riyonal dengan lesu, setelah mobil Riyonal sudah berjalan jauh meninggalkan mansionnya, gadis itu pun mulai memasuki mansion miliknya.

Lyora memasuki mansion mewahnya tanpa adanya orang-orang di dalamnya. Semuanya terasa sepi. Gadis itu menunduk seraya menghela napas, selalu seperti ini setiap saat.

"Lyora," sapa Leora yang baru menuruni anak tangga.

Lyora tak menjawab, gadis itu terus menghiraukan keberadaan Leora yang saat ini terlihat bingung menatapnya dan berjalan menaiki anak tangga.

"Kenapa kau baru pulang sekarang?" tanya Leora dengan terus mengikuti langkah gadis itu.

Lyora menghela napas panjang, lebih baik ia menganggap Leora hadir daripada terus-menerus merasa sendiri seperti ini.

"Aku lelah," ucap Lyora sambil menatap Leora.

Gadis itu melemparkan tubuhnya di atas ranjang seraya memejamkan matanya.

"Mom di mana?" tanya Lyora mulai berbicara dengan Leora lagi.

"Sudah pergi berbelanja."

Lyora menghela napas, "Padahal aku ingin bertemu dengannya."

***

Lyora kini berdiri di balkon kamarnya, angin malam mulai menusuk kulitnya. Matanya menghadap ke atas, menatap bintang-bintang yang bertebaran. Lyora mengelus lengannya yang tiba-tiba merinding karena merasakan angin malam menerpa tubuhnya.

Love From MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang