16. Lyora's Fault

132 2 0
                                    

Riyonal kini terduduk di kursi kerjanya sambil memandangi sebuah kain dengan logo kuning bertuliskan nama Mr. Johanson.

Hanya itu yang bisa mereka temukan setelah melakukan penyelidikan beberapa jam, karena semuanya sudah hangus terbakar api.

Saat ini Riyonal tengah berpikir, kenapa nama Mr. Johanson terdapat di kain itu. Apa penyebab meledaknya bom nuklir di bagian utara kota Florida merupakan campur tangan oleh Mr. Johanson sendiri?

Tapi itu tidak mungkin, pria paruhbaya itu sudah meninggal tujuh tahun lalu. Jadi jika, itu bukan Mr. Johanson, lalu siapa?

Seketika wajah Riyonal jadi menegang, pria itu terpaku, menatap kosong kedepan.

Apakah itu adalah ulah Lyora?

Jika ia, berarti gadis itu sedang dalam masalah besar sekarang.

Riyonal menekan tombol interkom untuk memanggil seseorang.

"Adrian, tolong panggilkan Lyora ke sini!" titah Riyonal dengan mata yang terus memandangi logo dengan nama Mr. Johanson itu.

"Dia sedang tidak ada di sini."

Riyonal mengerutkn keningnya,

"Maksudmu?

"Dia tidak datang hari ini."

Riyonal langsung mematikan panggilannya setelah mendengarkan itu. Pria itu berdiri dari duduknya, Riyonal segera keluar dari ruangan pribadinya, menuju basement untuk mengambil mobilnya.

Riyonal memutar setir kemudi sebelum benar-benar pergi dari kantor George Company. Pria itu ingin menemui Lyora.

Saat ini perasaannya sedang tidak enak, ia tau jika gadis itu tengah tidak baik-baik saja sekarang.

"Yora," gumam Riyonal dengan nada kecil, ia benar-benar khawatir dengan Lyora sekarang.

Mobilnya kini sudah berhenti tepat di depan mansion gadis itu, Riyonal menekan klakson beberapa kali dengan cukup kencang. Tapi tak ada satupun satpam yang ingin membuka. Mereka tidak berani sebelum mendapat perintah langsung dari sang nona, Lyora.

"Buka pintunya!" teriak Riyonal dengan suara keras. Pria itu menekan gas mobilnya dengan kencang dan me-remnya dengan kuat, hingga menimbulkan bunyi decitan panjang, karena ban mobilnya yang bergesekan dengan aspal.

Riyonal yang sudah geram pun mulai meraih pistol dari saku jas-nya.

DOR! DOR! DOR!

Riyonal menembak beberapa kali ke arah satpam yang sudah bergetar ketakuan itu.

"Kau masih tidak ingin membukanya!" teriak Riyonal dengan suara keras sambil menodongkan pistolnya tepat di kening satpam itu. Hal itu membuat satpam ketakutan di tempat dan terpaksa membukakan pagarnya karena ia tidak ingin mati sia-sia untuk sekarang.

Riyonal tersenyum miring, jika saja ia ingin, mungkin sekarang ia sudah menembak semua pekerja-pekerja yang ada di sini. Tapi ia tidak ingin melakukannya.

Karena ia tidak mau jika Lyora semakin membencinya.

Mobil Riyonal kini terparkir dengan asal di depan pekarangan mansion milik Lyora. Tanpa mempedulikan mobilnya, Riyonal segera keluar dan kembali memasukan pistol ke dalam saku jas-nya.

Pria itu berjalan dengan sedikit berlari, memasuki mansion mewah berwarna emas itu.

Riyonal memeriksa semua kamar untuk mencari keberadaan Lyora. Para pelayan yang melihat keberadaan Riyonal hanya bisa menundukan kepalanya takut dan perlahan menjauh, karena masih teringat dengan kekejaman pria itu tujuh tahun lalu. Ya, mereka memang pelayan yang sudah lama mengabdi di sini, bahkan ada pula pelayan yang bekerja di saat mom dan daddy-nya Lyora menikah. 

Love From MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang