Into the Uncharted Territory

24 3 7
                                    

15 Mei, 2023
#prompt: Menulis Cerpen Berlatar Tahun 1800-an, min. 500 kata

Type: Cerpen [900 kata]

Status: Me x Game Online

***

'Ahoy, matey! Ketemuan di Lisbon, ya!'

Begitulah pesan yang aku terima setelah log in ke dalam permainan. Jujur, sampai sekarang komunikasi kami hanya terbatas saling menyapa dan mengirim pesan elektronik mengenai mekanisme permainan yang sempat membuatku frustasi. Aku tidak perlu menyebutnya di sini, nanti dikira promosi. Benar apa betul?

Sebagai seorang solo player alias orang suram yang tidak punya teman untuk diajak main bersama, ada seorang pemain yang mau membimbing pemula sepertiku, adalah suatu berkah. Jadilah aku menuruti semua saran-sarannya. Pertama, lulus sekolah pelayaran.

Sekolah pelayaran di sini dibagi menjadi tiga kelas. Kelas Adventure, Merchant, dan terakhir Maritime. Adventure itu kelas untuk yang suka tantangan dan doyan jalan-jalan untuk mendapatkan penemuan-penemuan di seluruh dunia. Ingin mengunjungi Atlantis? Jadilah seorang petualang.

Merchant, seperti namanya, pasti menarik bagi mereka yang suka berdagang dan hasilnya adalah uang! Ya, apa lagi yang diharapkan dari berdagang? Tentu saja menambah pundi-pundi uang, bukan?

Maritime, ini untuk mereka yang suka bertarung, bergelut di laut. Aku menyebutnya lempar-lempar bola. Bolanya tentu saja bola yang ditembakkan oleh meriam. Inilah kelas yang paling berat untuk seorang pecinta damai sepertiku.

Di tiap-tiap kelas pasti memiliki yang namanya keahlian khusus untuk dilatih. Nah, untuk kelas Adventure, pasti akan 'berkawan' baik dengan seorang sarjana. Mereka menyediakan berbagai buku bacaan dari Arkeologi sampai Astronomi. Para sarjana dapat ditemukan di perpustakaan kota-kota besar dan utama. Kota-kota utama di sini meliputi Marseille untuk pemain yang ingin di samping namanya tertera bendera Perancis. Seville untuk pemain yang ingin menjadi orang Spanyol. Lisbon untuk pemain Portugis. London untuk pemain Inggris. Rotterdam untuk pemain Belanda. Lalu, terakhir ada Venice untuk pemain Italia. Totalnya ada 6 pilihan dengan bendera negara, ups, bilang saja di sini kerajaan. Namanya juga permainan era penjelajaran samudra. Jadi, keenam kerajaan ini akan berlomba-lomba untuk mencapai India dan Asia Tenggara untuk mencari rempah-rempah.

Bosan dengan rempah-rempah dan ingin variasi barang dagangan, silakan berlayar lebih jauh hingga ke Asia Timur yang meliputi kota-kota pelabuhan di Cina, Taiwan, Korea, dan Jepang. Nah, untuk berdagang dengan penduduk Asia Timur, sistemnya tidak lagi membeli dengan uang, tapi barter.

Aku masih berada di kedai kota Frankfurt di Jerman untuk bertemu Atlas, sosok gadis misterius yang selalu muncul di tiap era. Saat ini Jam Dunia menunjukkan era abad ke-19. Karena malas berlayar sendiri, aku memanfaatkan fitur 'berlayar otomatis' yang disediakan oleh permainan.

Sambil meregangkan tubuh, aku berdiri dan berolah raga kecil untuk melemaskan seluruh otot yang kaku. Tahu-tahu panggilan alam datang hingga aku harus buru-buru menuruni tangga menuju toilet. Naas, akibat tempias air hujan yang masuk melalui jendela, anak tangga menjadi licin dan lagu latar berkumandang di belakang kepalaku,

I believe I can fly ....

***

Saat membuka mata, orang-orang mengerumuniku. Apakah aku manis seperti gula sehingga mereka menyemut begini? Jangan mimpi!

"Beatriz? Masih belum terbiasa dengan ombak, hah?"

Sebentar. Sudut pandangku jadi berubah. Kenapa rasa-rasanya aku tidak seperti menatap layar komputer, tapi melihat langsung pada lelaki tinggi bertubuh atletis yang tengah menunduk sambil mengulurkan tangan padaku?

"Yakin tidak mau dibantu? Mau sampai kapan kau tidur di situ?" Sosok di hadapanku sampai mengernyit heran dan menggerak-gerakkan tangan lagi supaya aku menyambut uluran tangannya.

Aku bukan sedang menikmati ketampanannya, tapi bertanya-tanya tentang nama Salvador Fidalgo dan bendera Spanyol yang melayang di atas kepalanya. Seperti tahu apa yang sedang mengganggu pikiranku, Salvador mendongak, tapi tidak ada apa-apa selain kumpulan awan di langit pelabuhan kota Lisbon.

"Ada yang aneh di wajahku?" tanya Salvador sambil meraba-raba wajahnya.

"Ti-tidak. Jadi, ada berita apa?"

"Ada dua. Peluncuran kapal uap Clermont di Benua Amerika. Jadi, aku akan mengajakmu ke sana untuk menjadi penumpang pertama."

Aku tahu tentang kapal Clermont karena memang sudah diperkenalkan oleh pengelola permainan dua bulan yang lalu sebagai kapal uap pertama yang diluncurkan pada 17 Agustus 1807. Untuk tenaganya sendiri berasal dari pembakaran batu bara, satu layar ekor (spanker), dan kincir air (paddle wheel) yang terpasang di tiap sisinya.

Clermont sendiri tidak dirancang untuk mengarungi samudra lepas karena seringkali terjangan ombak melubangi lambung kapal. Namun, aku tidak peduli karena tetap saja aku menyewa jasa seorang pembangun kapal (Shipbuilder) berpengalaman untuk membuatnya. Ruang palka yang luas, memungkinkan untuk menampung banyak muatan. Artinya, kantong-kantong emasku akan beranak-pinak lagi.

Sebagai seorang pelaut profesional--di dalam permainan--tentunya, aku dibantu oleh lima pelaut yang bisa direkrut dari berbagai pelabuhan. Sayangnya, hanya dua orang wakil yang bisa diajak berlayar bersamaku. Seorang pelaut Perancis bernama Pierre menjadi kapten untuk kapal Clermont yang selalu berlayar di belakangku. Sementara wakil lain, Sarah pelaut Belanda yang fasih berbahasa Jepang, ikut bersamaku di atas kapal Schooner. Kapal ini sendiri sudah muncul dari tahun 1700-an. Karena jumlah tiang layarnya yang banyak, tentu saja kapal ini menjadi pilihanku yang gila kecepatan.

Salvador membantu mengibas-ngibas debu yang menempel di pakaianku. Sejujurnya aku senang dengan perhatian lelaki bangsawan yang lebih suka menjadi penjelajah daripada hidup seperti seorang aristokrat lain.

Rasa bahagia yang menggaruk-garuk hati tidak berlangsung lama karena kehadiran dua orang jangkung yang entah sejak kapan berdiri di belakangku. Sontak aku terlonjak kaget. "Pi-Pierre ...? Sarah?"

Pierre dan Sarah saling tatap lalu mengendikkan bahu bersamaan. Dari bahasa tubuh keduanya aku bisa mengira apa yang mereka pikirkan. Tidak, aku tidak mabuk setelah menenggak satu gelas bir di kedai Frankfurt setelah bertemu Atlas. Hanya saja ...

APA YANG TERJADI SETELAH AKU TERPELESET DI TANGGA? JANGAN BILANG AKU TERDAMPAR DI SINI SEMENTARA TUBUHKU MASUK LIANG LAHAT DI DUNIA NYATA!

***

CrystallizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang