This Night

12 2 0
                                    

25 Desember, 2022
#prompt: Pergi

Type: Drabble [358 kata]

Status: Dominic Dawson x Ranko Sawa from Halloween's Hunting Festival Series

***

Langit memang redup malam ini, tapi malam ini tetap indah, bukan?
Aku ingin kita seperti ini dan tidak mengharapkan fajar datang. Namun, kau justru mendatangkan mendung yang tak kunjung usai.

Jangan salahkan aku yang menghapus kepahitanmu dengan kemanisan madu yang takdir teteskan pada lidahku yang getir ini.

***

Sejak setengah jam lalu Dom berjalan mondar-mandir di depan pintu apartemen Ranko. Entah ketukan keberapa yang akhirnya disahut seseorang yang baru keluar dari lift.

"Siapa yang Anda cari, Anak Muda?"

Dominic menoleh dan mendapati seorang wanita tua yang sedang memeluk barang belanjaan. "Seseorang yang tinggal di sini," balasnya sambil menunjuk dengan ujung jempol. "Biarkan saya membantu Anda, Nyonya."

"Ah, terima kasih." Wanita yang baru kali ini dilihat Dominic menyerahkan beberapa kantung belanjaan dan membuka pintu ruangannya yang bersebelahan dengan ruang yang disewa Ranko. "Masuklah."

Sesuai instruksi, Dominic meletakkan barang belanjaan di atas meja makan yang berseberangan dengan dapur.

"Terima kasih, Anak Muda. Aku hanya bisa menawarkan air mineral untukmu, bila kau tidak keberatan."

"Tidak perlu repot-repot, Nyonya. Saya masih ada keperluan lain." Dominic menolak halus dan melangkah ke arah pintu. "Saya permisi."

"Nona—maksudku—lelaki muda yang Anda cari sudah pergi dari dua jam yang lalu."

"Dia pergi?" Langkah Dominic tertahan dan ia memutar badan. Wanita yang ditanya melalui sorot matanya mengangguk cepan dan yakin.

"Ya, dia pergi dengan tergesa-gesa dengan menenteng satu tas besar."

"Apa ... dia mengatakan sesuatu pada Anda?"

"Tidak. Anak itu terlalu tertutup, Nak."

***

Apa lagi ini, Ran? Kenapa kau ingin lari dariku, hah?

Dominic meninggalkan bangunan bertingkat yang pernah ditinggali Ranko dan berjalan tanpa arah. Langit masih redup dan menumpahkan kepingan-kepingan putih yang sekarang tidak lagi indah di matanya. Ranko pergi tanpa mengatakan apa-apa, meninggalkan pesan pun tidak.

Kenapa jadi begini!

Kekesalan yang bercokol di hati Dominic berubah menjadi lesakan tinju yang tertanam di tembok.

"Wah, wah, wah ... untung saja tembok itu bukan manusia. Bila tidak—"

Dominic menoleh, kemarahan masih meraung-raung dalam matanya. Namun, wanita muda berambut cokelat dengan iris hijaunya sama sekali tidak terintimidasi, justru menjentikkan alis dan mengulas senyum tipis yang tajam.

"Ingin menemaniku minum? Aku yang traktir," ajaknya sambil menunjuk pada salah satu kafe di dekat mereka berdiri.

***

CrystallizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang