Her Regrets

15 2 6
                                    

27 Desember, 2022
#prompt: Penyesalan

Type: Cerpen [717 kata]

Status: Ranko x Xirina x Armando from Halloween's Hunting Series

***

Ranko dan Armando duduk di ruang tamu bernuansa putih gading, warna kesayangan si pemilik rumah dulu, Sherly Sawa. Belum ada yang berubah dari pembawaan pengacara di hadapannya, kecuali selingan berwarna putih di antara helaian rambut dan janggut tebal.

"Sherly akan sedih melihatmu seperti ini, Ren."

Ranko bersedekap dan membuang muka. "Namaku Ranko. Ren sudah mati. Aku tidak sudi memakai nama pemberian dari orang itu, Armando."

Armando hanya menaikkan sudut bibirnya sesaat sebelum bersandar kembali dan merentangkan tangan pada sandaran sofa berlapis beludru. Meski tidak ada yang menempati, rumah penuh kenangan buruk ini masih terawat dengan baik. Tanda-tanda pernah terjadinya tindak kekerasan dan pembunuhan sudah hilang tak tersisa.

"Masih keras kepala seperti dulu," gumam Armando. "Jadi, kau siap menerima seluruh harta ibumu?"

"Aku tidak pernah bilang begitu." Lirikan Ranko dengan menyisakan separuh iris yang tersembunyi di balik kelopak sempat memanggil senyum Armando kembali.

"Kau benar-benar anak Sherly."

"Terima kasih sudah mengingatkan lagi!" sungut Ranko seraya berdiri dan meninggalkan ruang tamu. "Aku ingin istirahat. Lakukan sesukamu di sini. Jangan lupa mengunci pintu bila kau pulang."

"Ya ... jangan lupa mengintip kolong kasur dan lemari!" seru Armando.

"Kau menyebalkan!"

"Tapi hanya aku yang setia menjaga peninggalan ibumu, Ren!"

"Sudah kubilang aku tidak suka nama itu!"

"Tapi aku suka nama itu, sepupuku tersayang!"

Ah, iya. Ranko sering melupakan satu fakta penting bila pria tersebut masih memiliki hubungan darah dengannya. Pengacara berdarah campuran Spanyol dan Jepang itu adalah anak dari adik tiri sang ayah yang tidak pernah diliihat Ranko hingga sekarang.

Sifatnya terlalu loyal dibandingkan beberapa orang 'saudara' yang bermunculan seperti panu di tubuh setelah mendengar Sherly Sawa meninggal dalam kecelakaan maut. Ya, di berita memang cerita palsu ini yang beredar. Pada berita yang sama juga mengabarkan Sherly tewas bersama suami dan anak semata wayangnya. Siapa lagi kalau bukan Ren Sawa.

Hingga sekarang, nama legal Ranko adalah Ren Sawa. Bila ia ingin menerima semua harta warisan Sherly, ia harus mengakui nama yang dibencinya itu. Namun, lelaki muda yang terlalu keras kepala ini memilih lari dan memutus semua koneksi yang ia punya dari wanita yang bernama asli Shin Serizawa.

***

Cuaca hari ini cukup bagus, meski hawa dingin masih tersisa dan serpihan salju masih terus berjatuhan. Dari balkon lantai dua, Ranko bisa melihat hamparan danau yang membeku.

"Ah ... aku benci tempat itu!" Xirina kembali diingatkan bagaimana dirinya harus bertahan hidup dari beberapa makhluk astral yang berkeliaran di sekitar danau.

"Maaf. Bila aku punya pilihan, aku tidak akan kemari, Xiri."

"Ya, tidak perlu memberitahu. Aku lelah harus menyerap semua emosimu sepanjang hari ini."

"Terima kasih."

Dom ....

"Hei, hei, hei! Belum sehari lewat, tapi sudah merindukan dia?" Xirina mencibir sewaktu nama Dominic lewat dalam pikiran Ranko.

"Entahlah, Xiri. Apa yang aku lakukan ini benar atau tidak, tapi aku tahu kalau kita pasti akan pergi darinya cepat atau lambat."

"Ck. Yang suka padanya itu aku, bukan kau! Tapi, kenapa malah kau yang patah hati, hah?"

"Salahmu. Siapa yang membuat jantungku berdebar terus-terusan. Aku juga tidak suka menjadi seperti orang ketiga bagimu! Jadi, belajarlah menyimpan perasaanmu sendiri dan jangan membuatku bingung! Aku masih ingin bertemu gadis cantik dan jatuh cinta, Xiri!"

"Sulit. Perjalanan cintamu akan sulit, lelaki cantik! Mereka akan mundur karena merasa tersaingi olehmu."

"Hei, kata penghiburmu sama sekali tidak membantu!"

Perdebatan dua kesadaran dalam satu tubuh, meluputkan perhatian mereka dari Armando yang menyusul naik dan berdiri di ambang pintu.

"Ren!" panggilan Armando yang meninggi membuat Ranko terlunjak. "Hantu itu masih mengikutimu?"

"Siapa?" Ranko berpura-pura bodoh dan tidak mengerti arah pembicaraan Armando.

"Kau tahu akibatnya bila mengikat kontrak dengan makhluk astral, Ren? Hidupmu tidak akan panjang!"

***

Armando tidak jadi pulang dan menceramahi Ranko semalaman. Ranko bahkan sempat bergulat dan hampir kehilangan gelang parasut bermanik tiganya, sebelum kesabaran Xirina habis dan membanting pria paruh baya tersebut hingga tergeletak tak berdaya.

"Ini salah pendahulu kita. Andai saja ...." Armando mengulurkan tangan, meminta Ranko atau Xirina untuk menariknya berdiri. "Hei kau, bila kau mencelakai sepupuku ... aku sendiri yang akan mengirimmu ke neraka!"

Ancaman Armando tidak main-main karena dia menunjukkan kalung bermanik tiga yang mirip dengan milik Ranko.

"Kau ... juga punya?"

"Tentu saja. Semua keluarga dari garis ayahmu memiliki ini. Gadis astral milikmu boleh juga."

Hidupku semakin aneh ....

"Xirina, itu namamu, bukan?"

"Kenapa?"

"Penyesalanmu besar sekali. Apa yang kau inginkan dari Ren?"

"Tidak tahu. Aku ... tidak ingat apa-apa selain namaku sendiri."

Wajah Armando seketika muram. "Kembalikan Ren, aku ingin bicara dengannya."

"Bicara saja. Kami bisa sama-sama sadar. Kalian akan membahasku, kan? Jangan jadi pengecut dan membicarakan orang lain di belakang. Katakan saja di depanku."

***

CrystallizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang