05 Februari, 2023
#prompt: Memakai prompt generator
"Mereka Bertemu di Hari Pertama masuk TK di Usia Lima Tahun"
#Monthly Writing Blackpandora_ClubType: Cerpen 839 kata (minimal 500 kata)
***
"Wajahmu berseri. Ada berita bahagia?" E'Rheaze kembali berdiri di samping Lize.
"Ya. Lihatlah ini!" Lize melesat dan memeluk kristal Onyx hitam yang berkedip-kedip semangat.
Alis E'Rheaze terangkat dan menyunggingkan senyum sambil melipat tangan di depan dada. "Gradasi biru, eh?"
"Wahai, Goblin! Ceritamu semakin menarik! Berpendar ... berpendarlah lebih terang!"
"Lize, jangan terlalu banyak menyerap energi itu. Kau bisa kewalahan."
"Ini luar biasa!"
"Aku tahu, aku sangat tahu itu Lize ...."
Kristal Onyx yang tengah mereka amati menampilkan Jae yang jatuh bebas dari lubang besar terbuka. Sebuah portal yang mengantarnya ke dunia baru dan asing.
E'Rheaze bergumam singkat, "Sudah dimulai? Mari kita nonton, Lize."
"Ya! Aku sudah menyiapkan ini. "Lize menyodorkan semangkuk kembang jagung.
"Kembang jagung?"
"Bukan! Di dunia tiga serangkai kita, ini disebut popcorn!"
"Oh, mereka punya kristal yang bisa memutar adegan?"
"Ya, layar mereka raksasa. Di dunia mereka disebut bioskop. Satu lagi, jangan sebut 'adegan', tapi film."
"Kau lebih banyak tahu dariku rupanya."
"Tentu saja! Selain mengirim kristal-kristal itu pada mereka, aku juga--"
"Oh, pantas kau lama sekali berada di dunia mereka."
"Ah! Itu ... itu--Itu karena portalnya sering macet!"
***
Entah ini hari, bulan, atau tahun ke berapa sejak torehan memori dalam kepalaku seperti tumpahan tinta hitam tanpa makna. Aku tahu, tapi tidak akan menerima kenyataan ini begitu saja.
Seperti bumi yang terus mengelilingi porosnya, aku juga terus kembali berputar ... mengelilingi realita hampa. Sampai kapan pun ... aku tidak akan berlutut dan kalah dalam permainan nasib kelam roda kehidupan.
Seperti matahari yang tenggelam di ufuk, semua kehidupan juga akan tenggelam. Namun, aku memilih menjadi matahari terbit, meski aku harus merangkak untuk mencapai angkasa.
Aku tidak akan pernah berlutut lagi!
---
Jae duduk bersandar pada sebatang pohon yang berseberangan dengan pohon bencana. Ya, bencana karena pohon raksasa yang terus ditatap tanpa berkedip adalah pohon penyerap esensi kehidupannya hingga habis bila tidak ditolong oleh Inseo.
Sosok lelaki berambut perak nyaris putih, megintip ke bawah dari cabang tempatnya biasa bertengger. "Apa metode Yang berhasil?" Bulu-bulu putih pada ekor Inseo terus berkibar akibat terpaan angin malam yang menusuk.
"Metode apa?"
"Kupikir kau duduk berhari-hari di situ sambil menatap penuh cinta tanpa berkedip karena melakukan metode aneh dari dia?"
"Bukan. Aku hanya berpikir tempat ini--khususnya pohon itu--berkaitan dengan masa laluku."
"Soal ini kita sama-sama tahu, bukan? Aku yang menemukanmu di sini--lupa?"
Jae menggeleng pelan dan mengeluarkan lencana Onyx miliknya. "Bagaimanapun caranya, aku pasti menemukan jati diriku."
Embusan angin membangkitkan kewaspadaan Inseo. Ia sibuk mengendus-endus udara sebelum melompat turun. "Aku pergi. Aku mencium baunya."
Siluman seperti Inseo memang harus waspada pada para pemburu siluman. Dari sekian banyak, hanya ada satu pemburu yang getol ingin menangkapnya.
***
Jae berdiri di samping Yang. Mereka sama-sama menghadap sebuah portal terbuka.
"Siap menjemputnya? Mungkin akan ada sedikit perlawanan, tapi aku yakin kau bisa menangani wanita liar itu."
"Wanita liar?"
"Kau akan tahu setelah bertemu dengannya." Yang berteka-teki lalu mendorong Jae masuk ke dalam lorong waktu. "Saatnya bekerja!"
Entah kapan terakhir kali Jae merasa seluruh organ tubuhnya tertarik dan terkumpul menjadi satu dalam tengkorak kepalanya. "Ya~ang ...! Sialan kau! Ini tidak seperti naik roller coaster seperti yang kau bilang!"
"Aku tahu, aku sangat tahu itu Jae ...," Yang terkekeh, "Ini hadiah dariku dan wanita iblis itu. Ha~ah ... bahkan cara kami bicara pun semakin mirip."
Entah berapa lama Jae harus melewati sensasi jatuh dari lubang tanpa dasar hingga akhirnya ia mendarat kasar di atas permukaan yang lembut. Matanya yang terpejam perlahan terbuka dan disambut pelototan seseorang.
"Kenapa kau menduduki temanku!" dengusnya sambil menudingkan jari.
Imut ... suara gadis ini imut sekali!
"Cepat berdiri, Jin bukan bangku!"
Jae mengikuti mata sosok yang menatap pilu pada sosok yang pingsan tertimpa dirinya. "Whuah! Maaf," pintanya sambil bergeser dan berdiri.
Ada yang aneh. Setegak apa pun Jae mengondisikan dirinya, ia tidak pernah bisa melewati tinggi dua anak perempuan yang memakai seragam sekolah. Bisa dipastikan mereka adalah siswi Taman Kanak-kanak.
Sekarang Jae tengah dihakimi dengan tatapan penuh tanda tanya dan sedikit kemarahan.
Apa yang terjadi?
Jae menunduk dan mengamati sepuluh jemari mungil yang bergerak sesuai kemauannya. Masih kurang puas, ia menolah pada sebuah jendela.
Bocah? Wajahku ... aku jadi bocah?
"Hei, bocah! Aku di mana?"
Gadis berambut hitam dengan banyak jepitan lucu di kepalanya, semakin meringsut di belakang gadis lain yang masih berkacak pinggang. "Aku akan melindungi Karla. Jadi, Karla tidak boleh takut!"
"YANG APA YANG TERJADI PADAKU!" teriak Jae ke angkasa. Setelah terdiam sejenak, ia meraba lehernya. "Hilang? Jakunku hilang?"
Karla terkutik akibat bentakan Jae. Seluruh tubuhnya gemetar. Jemari mungilnya semakin mencengkeram seragam sekolah gadis di depannya. "Hyun ...."
Hyun juga gemetar, tapi pura-pura kuat demi Karla. Sahabatnya yang lain--Jin--masih terkapar tidak sadarkan diri. Ia menekan sebuah tombol pada sebuah pin yang tersemat di seragam sekolahnya.
Tidak sampai satu menit beberapa orang dewasa berlari menjumpai mereka. Hyun mengeluarkan bakat terpendamnya--menangis sambil menunjuk Jae sebagai pelaku perundungan terhadap mereka.
***
Kenapa ...? Kenapa?
Baru hari pertama menjalani tugas, ia justru menjadi korban perundungan dari bocah lima tahun. Sekarang ia harus menjalani hukuman yang diberlakukan di sekolah Taman Kanak-Kanak, tempatnya terdampar.
Jae dihukum berlutut sambil mengangkat tangan.
Bukankah ini perundungan anak kecil? Aku bisa melaporkan ini pada Komisi Perlindungan Anak, kan?
"Jangan berdiri sampai diizinkan!" perintah sang Kepala Sekolah dengan nada penuh otoritas.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystallize
Fiction généraleSelamat datang di Taman Kristal milik Lize. Jangan pedulikan posturnya yang kecil seukuran kutu! Apabila dia sudah menelan satu kristal Boraserium, maka dia akan seukuran dirimu. Baiklah, Pixie tak bersayap yang membutuhkan embusan angin (embusan an...