Black Onyx File 3: Let Us Live, Since We Must Die

24 2 2
                                    

02 Oktober, 2023
#prompt: Picture Prompt (Pilih satu art lalu buat cerita dari art itu)
#Monthly Writing for Blackpandora_Club

Type: Cermin, min. 100 kata [346 kata]

Status: Jae x Mara

Ketika kematian (Doom) mencintai kehidupan dan pemberi kehidupan melakukan apa saja demi bersama Doom

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika kematian (Doom) mencintai kehidupan dan pemberi kehidupan melakukan apa saja demi bersama Doom.

***

Ke mana ... ke mana pusaran hitam ini mengisapku? Aku tidak ingin hidup dalam penyesalan, tapi sekarang aku menyesal tidak berhasil menyingkirkan dia, sumber dari segala kekelaman yang selalu menaungi kita dan dunia ini. Sekali ini ... sekali ini saja berikan aku ....

"Mara! Mara ...! Hentikan, apa pun yang kau rencanakan, hentikan!" teriakan panik sekaligus memohon, meluncur dari seorang lelaki muda yang memakai penutup di sisi kiri matanya. Namun, ia diabaikan oleh gadis berpakaian serba hitam yang berdiri di tepi jembatan.

Matanya ditutup kain hitam, meski ia tidak buta. Sebagai simbol kematian ia tidak bisa memilih siapa yang akan disentuhnya. Apakah dia Dewi Fortuna versi kegelapan? Entahlah. Yang pasti semua orang takut padanya.

Satu langkah lagi dan ia akan tercebur ke dalam pusaran air hitam di Sungai Nyx, tempat persinggahan yang memisahkan dunia orang hidup dan mati. Mara menatap langit yang selalu malam dalam dunia peralihan, dunia yang hanya bisa dilalui oleh mereka yang telah mencapai batas yang telah digariskan. Sewaktu benang kehidupan itu digunting oleh salah satu Fates, saat itulah mereka memulai babak 'kehidupan' yang baru, hidup dalam dunia orang mati.

Ia mendengar kabar tenggelam dalam pusaran air hitam Sungai Nyx akan memberinya kedamaian abadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, tidak akan ada lagi yang menyalahkan atau menyumpahinya atas kematian orang-orang terkasih. Ia tidak perlu meneteskan air mata lagi, tidak perlu merasa hancur dan hampa setelah menyentuh kehidupan yang hilang di tangannya.

"Jae Ha ...." Mara menoleh pada pria berpakaian compang-camping yang sudah membuka penutup matanya, menyingkap bola mata bersinar yang memberikan kehidupan baru melalui setetes air mata yang ditumpahkan. Bibirnya bergerak membentuk kata-kata tanpa suara.

Jae Ha mencoba membaca gerak bibirnya. "Sewaktu kita dilahirkan, saat itu juga kita mulai menghitung kematian datang."

"Mara! Ada alasan di balik semua yang terjadi!"

"Sekali ini ... sekali ini saja aku ingin Ataraxia."

"Mara ...!" Jae Ha berhasil menangkap tangan gadis yang menjadi Kematian itu sendiri. "Vivamus, moriendum est," ujarnya sambil tersenyum dan menjatuhkan dirinya bersama Mara ke dalam pusaran air hitam.

***

Note: Pic by Pinterest






CrystallizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang