29 Januari, 2024
#prompt: Kamu sangat mencintai dirimu. Tapi saat kamu ketemu sama diri kamu yang lain, bagaimana kamu mencintai kamu?
#monthly writing (January) for Blackpandora_Club
Type: Cerpen (fantasi) min. 300 kata [906 kata]Status: Siri x Grim Reaper
***
Aku uring-uringan beberapa hari setelah menonton ulang film Final Destination. Masuk kamar mandi langsung diliputi perasaan was-was. Lampu kedap-kedip saja langsung dianggap pertanda. Pertanda buruk pastinya. Berbagai skenario langsung menerobos masuk seenaknya ke dalam kepala. Mulai dari terpeleset dan terbentur tembok kamar mandi, sampai terjerat selang air dan kelelep di bak mandi karena tidak bisa berenang! Absurd memang, tapi mau bagaimana lagi? Namanya juga takut, iya kan?
Ketakutan tidak beralasan ini berakar dari satu penyebab--Kematian tidak suka dicurangi. Inilah yang terjadi padaku.
Kau lihat sosok berjubah hitam yang berdiri di sampingku? Abaikan saja arit plastik yang dia bawa, katanya itu atribut yang dia pakai waktu cosplay jadi Grim Reaper.
Aku tidak tahu dia berasal dari mana karena mulutnya terbungkus perban. Menghayati peran sekali dia ini. Lah, kalau dia ogah bicara, dari mana bisa tahu dia itu Grim Reaper? Sediakan kertas dan pensil, dan semuanya beres.
Jadi, Grim yang bisa menulis dan membaca ini tiba-tiba saja muncul di kamarku.
Boro-boro dia muncul sambil bilang, "Surprise ...! Aku datang membawa hadiah karena kau telah menjadi anak manis selama setahun."
Yang ada, dia malah mengatakan mengemban misi suci sebagai malaikat pelindung untuk menyelamatkan satu nyawa. Nyawaku. Konyol sekali, cara berpakaiannya saja bertolak belakang. Di mana-mana, malaikat pelindung itu berjubah putih dan memiliki sayap. Minimal ada cahaya-cahayanya begitu. Lah, ini ... Grim pengundang gerimis yang ada.
Alhasil, selama tiga hari dia dikurung di gudang. Dia lebih takut dengan ancamanku untuk memanggil polisi dan menangkapnya. Lagipula, ketahuan sekali dia amatir karena meninggalkan jejak-jejak 'kejahatan' di mana-mana. Aku bilang jahat karena sudah tahu akhir bulan adalah waktunya menghemat pengeluaran. Eh ... dia malah menghabiskan semua jatah mie instan dan sekilo apel di kulkas. Bukan hanya itu, dia berhasil membobol laci rahasia di dalam lemari pakaianku. Raib sudah sebungkus permen karamel dan enting-enting kacang pemberian sepupuku yang baru pulang dari Singapura. Jelas sudah ada alasan kuat untuk menuduhnya sebagai maling dan tindakanku tidak melanggar HAGR--Hak Asasi Grim Reaper.
Grim gadungan sempat berkilah dan memintaku melihat rekaman CCTV. Jujur, aku sempat merinding karena dia memang tahu-tahu muncul begitu saja setelah lampu berkedip berkali-kali. Namun, nyatanya dia sempat menitikkan air mata sambil memegangi dahinya sewaktu ditampar dengan seikat daun bawang, salah satu bahan yang seharusnya menjadi penghuni semangkuk mie instan, tapi gagal karena satu bungkus terakhir mie rasa soto sudah teronggok mengenaskan di dasar tong sampah karena tertimpa pecahan kulit telur. Siapa lagi pelakunya kalau bukan si maling gadungan.
***
Begitulah pengalaman mengesalkan bertemu dengan Grimis. Ya, ini nama panggilanku untuk dia. Awalnya memang risih karena merasa diintai 24 jam. Namun, perlahan-lahan aku bisa menerima kehadiran entah makhluk dari ras apa ini. Dia punya obsesi dengan apel merah. Ini juga baru kuketahui setelah menemukan gundukan sisa-sisa apel jamuran yang berserakan di lantai gudang tempatnya disekap dulu.
Sejak kehadirannya, aku memang terhindar dari beberapa kejadian yang hampir memutuskan kontrakku dengan kehidupan.
Kurang lebih ada lima kejadian besar yang kualami dan setelah dipikir-pikir mirip dengan adegan dalam film-film Final Destination. Anggap saja mirip karena yang kualami versi lokal.
Truk yang membawa barang muatan banyak dan besar-besar, tidak hanya gelondongan kayu di jalan raya, selalu membuatku khawatir dan tidak ingin berlama-lama berada di belakangnya. Nah, sekarang tokoh antagonis dalam kejadian pertama adalah ibu-ibu yang membawa motor skutik dan menjepit galon air di antara kakinya. Tahulah, lampu sein ke kanan beloknya ke mana?
Aku tidak begitu ingat kejadian selanjutnya, karena aku terbangun di rumah sakit dengan kondisi kaki diperban. Ibu-ibu yang menjadi biang keladi kecelakaan beruntun, harus menghuni ruang jenazah. Dua hari kemudian, aku menghadiri pemakamannya.
Selesai dikebumikan, aku menemukan Grimis tersandar lesu pada sebatang pohon. "Grim?"
Tangan Grimis dengan cepat menuliskan sesuatu pada buku bertali yang disangkutkan di lehernya. Kenapa jadi begini?
"Apanya?"
Grimis tidak menulis lagi dan hanya menggeleng, lalu membenamkan dagunya pada kedua lutut yang dipeluk. Pikiranku saat itu adalah 'ternyata Grim Reaper bisa berduka dan bersimpati pada kematian seseorang'.
Kejadian kelima menjadi puncak dari semuanya dan membuka identitas Grimis. Penerbanganku sempat tertunda karena ulah seorang gadis yang berteriak-teriak histeris. Ia mengatakan semua orang akan mati jika menaiki sarana yang akan mengantarku ke Korea.
Enak saja, siapa dia? Berani-beraninya menghalangi rencana libur perdanaku untuk menonton konser salah satu band favorit di Negeri Ginseng ini.
Aku hanya tertawa mengejek saat bertemu mata dengannya. Diusir dari pesawat, ya? Sukurin! Siapa suruh membuat gaduh.
"Kenapa jadi begini!" teriaknya lagi. "Jangan naik pesawat itu, Siri ...!"
Aku sempat heran juga karena dia tahu namaku. Penasaran, aku menengok ke belakang dan perlahan-lahan sosok itu berubah menjadi Grimis. Dia membuka tudung hitam dan perban di wajahnya terurai begitu saja, menampilkan wajahku sendiri yang perlahan-lahan menghitam dan buyar begitu saja.
***
Berita di televisi menampilkan rekaman video amatir detik-detik meledaknya pesawat sesaat setelah lepas landas.
"Apa kubilang. Kau tidak bisa mencurangiku," ucap sosok bertudung hitam yang membawa sebuah arit besar. "Ayo ikut, Grimis."
"Janngan mengejekku," ucapku lemah sambil mengekori Grim Reaper yang asli.
"Perjalanan waktu yang sia-sia, bukan?" Sepanjang perjalanan mengarungi portal waktu, Grim Reaper terus terkekeh dan baru berhenti setelah menelan sebutir apel merah yang kuberikan padanya.
Bagus, dia tersedak.
Jangan pikir aku menyerah begitu saja! Aku sudah menyiapkan hadiah untukmu di persimpangan jalan, Kakek Tengkorak! Aku tidak akan berhenti sebelum berhasil mencurangimu. Aku mencintai kehidupanku, tapi kau yang terus merebutnya dariku. Apa itu nasib tragis? Aku ingin mati tua bersama priaku yang masih kucari! Aku akan terus mengulang waktu!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystallize
General FictionSelamat datang di Taman Kristal milik Lize. Jangan pedulikan posturnya yang kecil seukuran kutu! Apabila dia sudah menelan satu kristal Boraserium, maka dia akan seukuran dirimu. Baiklah, Pixie tak bersayap yang membutuhkan embusan angin (embusan an...