Amethyst Route 2: LIPS (Love Is Painfully Stupid)

78 31 31
                                    

17 Desember, 2022
#prompt: Travelling

Type: Cerpen [1289 kata]

Status: Karla x Hyun

***

Cukup sudah berkutat dengan hal yang sia-sia. Aku tidak bisa terus-terusan terpuruk seperti ini. Aku pasti bisa menghadapinya. Tidak masalah bila terlambat memulai dan menemukan cinta yang baru.

Aku hanya perlu terluka, bertahan, dan mengulangnya lagi. Bukankah begitu roda kehidupan berputar?

Hidupku dan emosi kalian terpelintir. Seperti labirin. Namun, aku percaya suatu saat kita bisa mengurai semua ini. Aku bukan Minotaur yang akan menghalangi pertemuan Theseus dan Ariadne.

Aku, yang dibuang Theseus akan menemukan Dionysus dan menjadi Ariadne untuknya.

***

Merayakan hari mereka berkencan yang jatuh tepat di tanggal pernikahan Sonya dan Rin, Hyun yang membabat habis rambut panjang dan diwarnai merah muda, dan yang paling keterlaluan adalah duduk di pangkuan dan dirangkul Jin adalah hasil 'Jika' dari kristal Amethyst—atau dari Karla—sendiri. Siapa yang tahu isi hati terdalam seorang perempuan galau sepertinya?

Apakah kristal yang ditemukannya di perputakaan tempo hari, sebelum perjalanan berlibur mereka juga menerapkan teori Efek kupu-kupu? Teori kekacauan yang erat kaitannya dengan kondisi awal. Bila benar, inilah kekacauan yang sesungguhnya. Peristiwa-peristiwa abstrak yang berasal dari satu perasaan yang terlanjur berakar di hati, akan terus mengantar Karla menjelajahi rumpang waktu yang tiada habisnya.

Tentu dengan hasil akhir yang tidak bisa ditebak oleh Karla sendiri. Cinta itu benar-benar kebodohan yang menyakitkan. Mungkin.

Sensasi tersedot kembali dialami Karla, ketika pertama kali kristal Amethyst aktif. Tidak, Karla tidak menganggap perjalanan waktu pertama yang memberinya pengalaman palsu adalah pengabulan suatu permohonan. Ia tahu pasti harus segera beralih ke panggung pertunjukan berikutnya.

Bila Karla terus tertahan dalam tubuh wanita kesepian yang terbaring lemah di atas tempat tidur besar, lelah dengan permainan hidup, dan menyambut uluran tangan Sang Maut, saat itu juga ia akan benar-benar berpindah dimensi. Raganya tertanam enam meter di bawah tanah, sementara jiwanya entah ke mana. Memang ke dunia orang mati, tapi yang mana? Surga, Neraka, atau hantu gentayangan?

Yang jelas ... terlupakan, bukan begitu?

Tubuh Karla melayang-layang bebas tanpa massa, lalu ditarik gravitasi sebuah planet dan terbanting keras hingga ia terkesiap dan membuka mata, berharap sekarang kembali terbaring di sofa kesayangan di apartemen kecilnya.

Tidak terkabul. Dirinya justru terbaring di atas rerumputan, di bawah bayangan pohon besar. Ia benar-benar tidak ingin diantar ke alur yang lebih aneh lagi. Untung saja kejadian pilu yang diperlihatkan oleh kristal Amethyst tidak benar-benar terjadi—kecuali pernikahan Sonya dan Rin. Di dunianya yang nyata dua insan tersebut memang sedang menunggu kelahiran putri pertama mereka.

Tempat ini ....

Benar. Pohon Sakura besar di atas bukit yang tidak jauh dari rumahnya, Jin, dan Hyun. Was-was menyusup dan menggelitik hati Karla untuk menatap kedua belah tangannya. Normal. Ia berada dalam tubuhnya sendiri, seorang perempuan berusia sembilan belas tahun. Meski begitu, napas lega tidak jua meluncur dari sela bibir yang setengah terbuka.

Karla menoleh ke kanan dan mendapati sosok berambut hitam tertidur pulas di samping kepalanya. Ia tidak bisa melihat si pemilik wajah yang ditutupi buku tebal bersampul putih dengan gambar astronot dan galaksi. Tarikan napasnya teratur.

CrystallizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang